Ketika pulang menjadi keputusanku, maka jangan salahkan rindu, jika ia tiba-tiba mengusik. Karena sebelum kaki kembali menginjakkan kaki di tahan kelahiran, rindu sudah menggangu dan membuat pilu.
Lemari tua itu, memang tidak memperlihatkan tanda rapuh, tetapi debu yang berada didalamnya, membuatku harus mengeluarkan semua buku ku. Ah, melelahkan.
Namaku Rona Mecca Aurora, biasa dipanggil Mei atau Rona, senyamannya, aku tidak akan memberikan pilihan. Aku masih tetap saja hidup dengan segala kenangan, merasa waktu sekarang bukanlah sebuah kesenangan. Aku masih merasa bosan dengan kehidupanku yang sekarang. Aku sudah pernah mencoba mencari bahagia seperti yang ku rasakan dulu, tetapi sulit, meskipun bertemu, rasanya ada yang berbeda.
Aku merapikan kembali buku-buku ku, tak lupa dengan membaca ulang tulisan tanganku. Aku memang suka sekali menulis, semenjak SD, lebih tepatnya semenjak aku kehilangan teman untuk bercerita, semenjak aku tidak tahu lagi harus meluapkan segala rasa kepada siapa. Berawal dari kebiasaan itu, menulis menjadi hobi ku, bahkan cita-cita ku. Semoga semesta meng-aminkannya.
Di sela waktu yang masih bercengkrama dengan rindu. Aku menemukan tulisan tanganku, tulisan tepat satu tahun yang lalu. Tertulis disana sepenggal kisahku dengan sesorang yang membuatku jatuh hati berkali-kali, seseorang yang membuatku kembali menemukan tempat untuk pulang, dan mencurahkan isi hatiku.
Suaranya benar-benar candu, sampai membuat ku melupakan sang waktu.
"Kenapa telponnya dimatikan?" Nadaku terdengar seperti protes, memang iya.
"Banyak orang."
"Kenapa tidak pindah?" Ujarku
"cepetan pindah." Aku masih tetap memaksa.
"Iya sabar." Dia sama sekali tidak menolak. Aku merasa nyaman di sampinya. Aku merasa ada yang kembali utuh, ketika dia ada. Benar, dia perhatian.
"Pindah kemana?" Aku bertanya ketika langkah kaki sudah tidak lagi terdengar.
"Kamar aku yang dulu."
"..."
"Banyak banget kenangan tentang kita di sini."
Aku terdiam mendengar pernyataan itu.
Seperti sekarang, aku terdiam, kembali mengingat tentangnya.
Aku mengela napas, lelah. Rindu masih terus mengejarku, padahal aku berharap, aku bisa beristirahat sejenak. Melupakan rasa yang pernah menggelitik jiwa. Mengacuhkan rasa yang pernah menyemai raga. Mengabaikan rasa yang pernah melebur dengan asa, tetapi sepertinya kenangan masih belum bisa berdamai denganku, selalu mengacau.
.
.
.Dapat salam dari doi kawan.
.
.
Kira-kira dia jadi siapa ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
kita tetap menjadi teman kan?
Teen FictionYa, kita akan tetap menjadi teman, meski keadaan pernah membuat kita renggang. Kita akan tetap menjadi teman, meski beberapa hari lalu, waktu membuat kita tidak tenang. Kita akan tetap menjadi teman, dan mengambil keputusan untuk tidak lagi melibatk...