"pak hongjoong! mereka sudah kabur!"
hongjoong mengeraskan wajahnya. sudah beberapa bulan mereka menyelidiki kasus ini. berharap mendapatkan titik terang atau setidaknya sedikit informasi mengenai mereka.
namun, nyatanya, tidak ada yang didapat. sedikit petunjuk pun tidak. tapi yang pasti, pelaku dari pembunuhan secara berantai ini sama.
karena di setiap kasus, terdapat tulisan 'bad person' beserta beberapa kejahatan atau kriminalitas yang mereka lakukan di kertas. yang pastinya ditulis menggunakan darah.
para polisi ini sebenarnya bimbang. haruskah mereka bersyukur? ataukah tetap menyelidiki kasus ini lebih lagi?
"kenapa kita tidak menutup kasus saja, kak?" seorang polisi muda dengan name tag choi san bertanya.
karena menurutnya, di kasus ini, mereka tidak dirugikan sama sekali. toh yang dibunuh adalah para pejabat yang melakukan korupsi, tindakan pelecehan dan sebagainya.
jadi.. apa yang harus dilakukan?
hongjoong menghela nafasnya berat, "apakah para warga tidak curiga?"
san menoleh dan mengedikkan bahu, "pasti. tapi aku tidak peduli. pembunuh itu selalu membunuh iblis-iblis mengerikkan ini."
"aku tidak tahu harus bersyukur atau bersedih," benar. ucapan choi san seratus persen benar menurutnya.
"tapi choi, bila kita menutup kasus ini. pasti ada kemungkinan untuknya membunuh korban yang tidak bersalah."
hongjoong memutar bulpoin di jemarinya, "masalahnya ia sudah gila. pasti suatu saat, korban yang tidak bersalah akan ada."
san memegang kedua sisi kepalanya, "ah tidak tahu. kepalaku terasa pening. aku akan beristirahat."
"ya ya ya, pergilah," ucap hongjoong sembari melambaikan tangannya.
---
"aku pulang!"
suara langkah kaki terdengar tergesa datang ke arahnya. hongjoong tersenyum saat menemukan suaminya; kim seonghwa yang berjalan ke arahnya dengan senyuman lebar.
"sini, biar ku bawa jas dan kopermu."
"terimakasih, strawberry."
hongjoong beserta seonghwa berjalan pelan memasuki rumah mereka. sesekali hongjoong menyisir rambut birunya ke belakang.
"strawberry, sini, duduk dulu disini."
seonghwa; yang akan membuatkan hongjoong minuman terpaksa berhenti dan mendudukkan diri di samping sang suami. matanya menatap polos wajah lelah hongjoong dan terkekeh kecil.
cup!
kecupan dilayangkan. hanya sebatas kecupan ringan namun dapat membuat darah hongjoong berdesir panas.
"haaaaah. aku merindukanmu, kim seonghwa."
seonghwa beranjak memeluk hongjoong, ia juga merindukan si suami. sudah hampir dua minggu, dan hongjoong baru pulang ke rumah. rasanya sangat lega.
"aku juga merindukanmu, pak polisi."
tatapan hongjoong mengeras, ia mengangkat dagu seonghwa agar maniknya dapat bersitatap dan menyadari sesuatu.
"new kink, eh?"
seonghwa tersenyum, tangannya dibawa mengelus dada hingga perut milik hongjoong dengan sensual. membuat si empu semakin mengeraskan tatapannya.
"lupakan masalahmu, ayo bermain denganku, mr police."
seonghwa memanggut bibir hongjoong, berniat untuk mendominasi namun sayang, ia kalah telak. apalagi saat hongjoong menariknya dan memperdalam ciuman mereka. seonghwa dibuat melayang olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀cta est 𝐅abula.
Fiksi Penggemarwarning: - oneshot, twoshot or etc. - bxb with some crackpair. - some mature content (🔞). written in bahasa feat lowercase.