02. Flower Kingdom

147 13 5
                                    

"Emmmm...." gumam seorang gadis saat merasakan cahaya matahari menyelinap masuk ke dalam kamarnya.

Daisy membuka matanya perlahan. Dia terkejut setengah mati melihat ruangan yang ditempatinya. Dekorasi ruangan ini sama seperti ruangan di zaman kerajaan yang pernah dilihatnya dalam sebuah film yang bertemakan kerajaan. Daisy menyibakkan selimut dari tubuhnya. Dia ternganga melihat pakaian yang dikenakannya. Tampak seperti gaun yang dikenakan para princess pada film Disney. Daisy merasa, saat ini dirinya tengah bermimpi. Untuk membuktikannya, dia mulai mencubit lengannya sendiri.

"Aw... Sakit sih, berarti ini bukan mimpi?" pekiknya yang masih tak percaya.

Pandangannya teralih saat mendengar suara pintu yang terbuka.

"Tuan Putri? Tuan Putri sudah sadar?" tanyanya berkaca-kaca.

Daisy celingukan. Dia tak tahu siapa yang dimaksud oleh gadis seusianya itu.

"Tuan Putri? Siapa?" gumamnya masih celingukan.

Gadis itu berlari meninggalkan kamarnya. Daisy mengedikkan bahunya tak acuh. Dia tak memedulikannya. Namun, saat mendengar teriakan seseorang membuat dirinya membeku.

"Yang Mulia Raja! Yang Mulia Ratu! Tuan Putri Daisy telah sadarkan diri!"

Mulut Daisy terbuka lebar. Raja? Ratu? Apa maksudnya? Dia sama sekali tak paham. Ketika dirinya melewati sebuah cermin, dia terperanjat melihat warna rambutnya yang berbeda. Rambut hitam panjangnya telah berubah warna menjadi merah.

"Ya Tuhan!! Rambut hitamku!!" teriaknya seketika membuat langkah segerombol orang terhenti diambang pintu.

Daisy dapat melihat mereka dari pantulan cermin. Dengan cepat, dia membalikkan tubuh. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali menatap orang-orang yang memakai pakaian kerajaan seperti dirinya. Apa dirinya terlempar ke dimensi lain? Dia rasa, benar.

"Siapa kalian?" teriaknya menggema di ruangan tersebut.

Sontak, mereka semua saling memandang. Tak menyangka jika Putri dari Flower Kingdom tak mengenali keluarganya sendiri.

"Daisy, apa kau tak mengenali kami?" tanya seorang pria paruh baya dengan lembut.

Daisy menggeleng cepat. Pria tersebut berjalan mendekatinya dan Daisy berjalan mundur menjauhinya. Dia takut, jika pria itu akan melakukan suatu kejahatan padanya.

"Aku ayahmu, nak."

Deg!

Jantung Daisy berhenti berdetak selama beberapa detik. Ayah? Bukankah, dia tak memiliki ayah? Keluarga pun dirinya tak memiliki. Lalu, siapa pria itu yang mengaku sebagai ayahnya?

Daisy memukul kepalanya sendiri.

"Bodoh, bukannya kau terlempar ke dimensi lain? Jadi, otomatis jalan hidupmu juga berbeda," benaknya setelah sejenak berpikir.

"Apa kepalamu terasa sakit, Sayang?" Seorang wanita mengelus kepalanya. Untuk kali pertama, Daisy merasakan kelembutan seorang ibu. Dia menduga jika wanita itu adalah ibunya di dunia ini.

"Lebih baik, kau istirahat. Ibu akan menemanimu," ucapnya menggiring Daisy menuju kasur.

Daisy membaringkan tubuh sesuai instruksi yang diberikan olehnya. Dia melirik orang-orang yang masih berdiri diambang pintu. Mereka tersenyum hangat padanya dan Daisy pun membalas dengan senyuman pula.

"Adikku, panggilkan tabib untuk memeriksa keadaan Daisy," suruh Orchid—Raja Flower Kingdom, sekaligus ayah Daisy.

Mata Daisy tak luput memperhatikan mereka semua. Setelah memberikan penghormatan dengan membungkukkan tubuh, mereka mengangkat kaki. Kemudian, Orchid berjalan mendekati putrinya dan ikut duduk di pinggiran kasur bersama sang istri.

Princess Of Flower KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang