04. Putri Daisy Flower

38 7 2
                                    

"Siapa?" tanya Daisy penuh penasaran.

Peony mengulum senyum. Jangan sampai dirinya membocorkan sebuah rahasia besar yang selama ini dirahasiakan oleh keluarga kerajaan. Dulu, semua tanaman Daisy mati secara serentak. Membuat orang-orang kerajaan merasa keheranan. Mereka yang tak mau membuat sang Putri khawatir pun segera menugaskan seorang ahli sihir suci tingkat tinggi untuk menumbuhkan bunga-bunga tersebut dalam waktu semalaman. Penyihir suci tersebut menyanggupi, asalkan sang Putri tidak diizinkan untuk mengunjungi kebun bunga kerajaan. Berbagai cara mereka lakukan untuk menghentikan Daisy yang sangat ingin datang ke kebun bunga. Dia sama sekali tak merasa curiga, karena keluarganya terus merepotkan dirinya untuk melakukan suatu hal. Hingga membuatnya merasa lelah dan berakhir mengistirahatkan tubuh di dalam kamar.

"Kak Daisy tidak ingat?"

Daisy menggeleng. Baginya, tempat antah-berantah ini sangatlah asing. Dia sama sekali tak tahu di mana keberadaannya saat ini. Apakah, dirinya telah berpindah dimensi? Mungkin saja. Tetapi, itu tak masalah sebab dia telah mendapatkan apa yang diinginkannya selama ini yaitu sebuah keluarga. Tangan Daisy terulur memetik setangkai bunga Daisy putih itu. Dia mengukir senyum. Bunga tersebut terlihat sangat cantik. Rasanya, ia ingin membuat sebuah mahkota dari bunga itu dan bunga lainnya.

"Pe-Peony? Bolehkah aku memetik bunga-bunga di sini untuk dijadikan mahkota?" tanyanya ragu-ragu.

Tubuh Daisy tersentak kala gadis berparas cantik dan bertubuh gagah itu memegang kedua bahunya. Mungkin, jika Peony berada di dunianya, dia sudah dikatakan sebagai gadis tomboi. Namun, Daisy menyukai sosoknya yang kuat dan pemberani. Dia bisa merasakan aura yang terpancar dari tubuhnya. Jika diteliti lebih dalam, Peony termasuk ke dalam warna kuning yang berarti memiliki sifat yang ceria, perhatian, dan hangat. Daisy tersenyum hambar. Andai jika buku miliknya tidak hilang, pasti dia akan mengelompokkan orang-orang yang berada di Flower Kingdom ini.

"Ah, Kakak, tak perlu meminta izin seperti itu. Jika Kak Daisy mau, Kak Daisy bisa menggunakan semua bunga yang ada di sini. Lalu, setelah itu Ayah pasti akan marah dan menyuruh Kakak untuk menanamnya kembali." Peony tertawa. Membayangkan jika hal tersebut benar-benar terjadi. Orchid melarang siapapun untuk memetik atau mencabut bunga-bunga yang ada di kebun bunga kerajaan. Karena jiwa mereka terhubung oleh-oleh bunga-bunga tersebut.

Sontak, Daisy melempar setangkai bunga yang dia petik tadi ketika Peony terbatuk-batuk. Daisy menepuk pundaknya. Setelah mereda, dia mengajak Peony untuk duduk. Keduanya terdiam memandang langit yang biru. Kemudian, Daisy kembali terpesona oleh bunga-bunga yang ditanam rapi.

"Apa kau baik-baik saja?"

"Aku baik, Kak. Tak perlu khawatir."

"Lalu, mengapa kau batuk tadi?"

Peony mengigit bibir bawahnya. Dia merasa gugup saat manik mata berwarna biru itu terus menatap ke arahnya. Selain dianugerahi rambut hitam, keluarga kerajaan juga memiliki iris mata berwarna biru. Yang membuat siapa saja merasa teduh saat melihatnya.

"A—Aku haus, Kak!" pekiknya berlari mendekati seorang pelayan yang membawa air minum dan camilan untuk mereka.

Daisy merasa curiga pada sikap Peony yang sepertinya tengah menyembunyikan sesuatu. Rasa curiganya semakin menjadi ketika Peony pergi begitu saja. Meninggalkan dirinya dengan pelayan itu. Daisy masih bergeming, menatap seorang gadis yang memberi salam penghormatan kepadanya.

"Tuan Putri." panggil pelayan tersebut yang berhasil membuyarkan lamunan Daisy. Dengan senyum canggung, dia menerima air yang disodorkan olehnya.

"Siapa namamu?"

Kabar mengenai Daisy yang kehilangan ingatan telah tersebar di kerajaan. Sebisa mungkin, orang-orang kerajaan merahasiakan fakta tersebut. Jangan sampai, Daisy berada dalam bahaya lagi. Oleh karena itu, Orchid berniat memberikan pengawal pribadi untuknya. Tak peduli, jika selama ini, putrinya selalu menolak.

Princess Of Flower KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang