05. Para Kesatria Tampan

36 7 12
                                    

"Kau sangat cantik, Dai. Tak salah aku mengirimkan mahkota bunga itu padamu." gumamnya seraya menatap ke arah dinding yang menampilkan sebuah layar yang berasal dari sihirnya.

Di dalam kamar, Daisy tengah berputar-putar dihadapan cermin. Dia tidak tahu, jika sedari tadi dirinya diperhatikan oleh seseorang dari kejauhan. Terkecuali Peony yang kini terduduk di pinggiran ranjang sambil bertumpu dagu. Mencoba menerawang keadaan lelaki yang sepertinya telah tergila-gila pada kakak perempuannya itu.

"Peony, mengapa aku merasa seperti sedang diperhatikan ya?" tanya Daisy tiba-tiba. Dia yang semula merasa takjub akan kecantikannya yang bertambah berkali lipat dengan rambut merah dan mahkota bunganya, menjadi terdiam ketika merasa ada sepasang mata lain yang memperhatikan dirinya sejak tadi. Di dalam kamar, hanya ada dia dan Peony. Pelayan pribadinya sedang menyiapkan makanan untuk mereka. Karena Daisy yang lapar kembali.

"A-Aku yang memperhatikanmu sejak tadi, Kak!!" pekik Peony beranjak menghampiri sang kakak yang masih mengedarkan pandangannya ke setiap sudut kamar.

"Tidak, bukan kau. Aku merasa seperti ada orang lain." sanggahnya yang berjalan menuju jendela. Seketika, Daisy terkagum melihat pemandangan pemukiman warga dari atas sini. Yeah, kamar yang ditempatinya berada di lantai yang paling atas di kerajaan. Sama seperti Peony. Jarak kamar mereka hanya beberapa meter saja. Namun, Peony jarang berada di kamarnya dan lebih sering dihabiskan di tempat latihan memanah.

"Peony! Pemandangannya indah sekali!! Aku ingin pergi ke sana!" teriaknya menunjuk pemukiman warga tersebut. Dia ingin pergi ke sana. Mengingat, dirinya hanya bisa melihat pemandangan tersebut di film-film bukan kenyataan seperti ini. Berkali-kali, Daisy mencubit tangannya sendiri dan itu terasa sakit. Membuatnya merasa yakin, jika semuanya adalah nyata.

Peony menatap nanar ke arah gadis yang terus berdecak kagum. Dulu, Daisy pun sama ingin pergi ke pusat kota kerajaan. Namun, Orchid selalu melarang. Ditambah dengan kondisinya yang saat ini. Rambut gadis itu telah berubah menjadi merah, hingga dapat mendatangkan malapetaka baginya. Peony tak mau nyawa kakaknya terancam. Dia sangat menyayangi Daisy lebih dari siapapun.

"Lain kali kita akan pergi ke sana, Kak." sahutnya yang mencoba tersenyum. Mencoba meyakinkan jika ucapannya dapat terwujud suatu hari nanti. Meski rasanya mustahil. Karena selain orangtua mereka, semua keluarga kerajaan juga pasti melarang Daisy pergi dari kerajaan yang akan mengundang para penyihir hitam untuk menunjukkan wujud mereka dan mungkin akan menculiknya kembali. Orang-orang kerajaan belum mengetahui maksud dari penculikan terhadap sang Putri. Hanya sang penyihir suci yang tahu.

"Kau janji? Aku, aku sangat ingin berjalan-jalan mengelilingi wilayah kerajaan ini, Peony!" serunya sambil menggenggam erat tangan gadis yang terpaksa menganggukkan kepala. Peony tak mau membuat kakaknya sedih. Jika tahu fakta yang sebenarnya, bila orang-orang mengetahui rambut yang dimilikinya. Semua orang akan menyangka bahwa Daisy adalah salah satu dari penyihir hitam yang berhasil disingkirkan dari kerajaan ini. Mereka tak segan akan membunuhnya hidup-hidup. Peony tak sanggup. Dia akan berusaha membuat kakaknya untuk tetap berada di kerajaan. Menyembunyikannya dari siapapun. Begitu juga dengan anggota keluarga kerajaan yang lain.

"Tentu saja, Kak." Daisy tak bisa lagi membendung rasa bahagianya. Dia memeluk erat tubuh Peony dengan air mata yang mengalir deras. Akhirnya, ia memiliki seseorang yang mendukung dirinya. Karena selama ini, dia hanya seorang diri. Tak memiliki teman, keluarga, atau sahabat.

"Aku sangat menyayangimu." Daisy merasa bersyukur kepada Tuhan yang telah mengabulkan do'anya untuk memiliki sebuah keluarga. Dia berjanji akan menjaga mereka semua dengan segenap jiwa dan raga.

Peony membalas pelukannya."Aku juga sangat menyayangimu, Kak!"

******

Seorang gadis tak bosan mendengarkan cerita tentang keluarga besar Flower Kingdom ini. Dia sampai bertumpu dagu, menatap lekat Peony yang masih berceloteh. Sejak siang hingga sore ini, mereka menghabiskan waktu dengan bercerita. Lebih tepatnya, Daisy yang meminta diceritakan tentang tempat yang dia pijak sekarang.

"Jadi, Ayah hanya memiliki satu istri?" tanyanya memastikan.

Peony mengangguk mantap. Ayahnya adalah sesosok pria setia yang tidak mau mengangkat seorang selir. Dia hanya ingin setia kepada Ratunya. Membuat Daisy merasa cukup kagum. Karena setahu dirinya, seorang Raja pasti memiliki istri yang lebih dari satu. Tetapi tidak dengan Orchid.

"Ayah sangat setia kepada, Ibu. Ah, aku jadi ingin memiliki suami yang setia seperti Ayah." serunya membayangkan sesosok lelaki yang sangat diidam-idamkan. Sayangnya, dia belum menemukan sang jantung hati.

"Em, apakah di sini banyak lelaki tampan?" tanya Daisy tiba-tiba. Gadis itu merasa penasaran, apakah di kerajaan ini banyak lelaki tampan seperti yang diharapkannya. Karena selama hidupnya, Daisy tak pernah berinteraksi dengan lawan jenis. Hidupnya terlalu monoton. Sebab tak ada yang menarik dari dirinya yang hanya seorang anak yang diasuh di panti asuhan.

Senyuman jahil, terbit di wajahnya. Segera, ia mendekatkan bibir ke telinga sang Kakak. "Banyak sekali, Kak! Apa kau ingin aku menunjukkannya?" Daisy mengangguk antusias. Dia tak sabar ingin melihat lelaki tampan yang ada di kerajaan ini. Kali saja, ada yang mau menjadi kekasihnya. Bagaimanapun juga, dia ingin merasakan memiliki seorang kekasih. Mengingat statusnya sebagai Putri kerajaan, sepertinya tidak akan terlalu sulit.

"Dimana? Aku ingin melihat mereka!" pekiknya membuat Peony menyeringai. Gadis tersebut memiliki sebuah rencana untuk memanas-manasi si penyihir suci tingkat tinggi itu.

"Ayo, ikut aku!!" Peony menarik tangan kakaknya. Dia melangkah dengan senyum lebar. Kali ini, dirinya akan menunjukkan Daisy kepada para kesatria kerajaan. Dia yakin, kakak perempuannya akan jatuh pesona kepada mereka yang memiliki wajah tampan.

Daisy mengerjapkan matanya beberapa kali. Ternyata benar, jika di kerajaan ini ada banyak lelaki tampan. Dia sampai terngaga tak percaya. Bagaimana bisa, lelaki di depannya itu terlihat begitu menggoyahkan iman?! Saking terlarut dalam menikmati ketampanan mereka, dia sampai tidak menyadari jika para kesatria telah memberi penghormatan kepadanya.

"Ka-Kalian benar-benar tampan!" pujinya tak sadar, hingga membuat pipi para kesatria memerah karena tersipu. Tak pernah sekalipun, mereka mendapat pujian dari sang Putri yang untuk pertama kalinya menunjukkan diri.

Alis Peony terangkat sebelah saat sang kakak memepetkan tubuh padanya. "Peony, bolehkah aku menjadikan salah satu dari mereka sebagai kekasih?" tanyanya berbisik.

Peony melepas tawa. Dia tak menyangka, jika kakaknya sangat menginginkan seorang kekasih. Lalu, bagaimana dengan nasib penyihir itu? "Boleh saja. Silahkan, Kak Daisy pilih. Aku akan menunggu di sini." ucapnya dengan enteng.

Dengan malu-malu, Daisy melangkah dan menahan senyumnya. Para kesatria mulai meletakkan senjatanya masing-masing. Latihan mereka terpaksa terhenti karena kedatangan dua orang Putri kerajaan yang tiba-tiba.

"Siapa namamu?" tanya Daisy pada kesatria yang berada di sebelah kanannya.

"Nama hamba Darius Harrison, Putri." jawabnya tanpa berani menatap sang Putri yang menatapnya penuh binar. Kemudian, Daisy pun berkenalan dengan para kesatria. Gadis itu tampak bahagia. Peony tak pernah melihat sang kakak sebahagia ini. Sepertinya, para kesatria tampan telah menjadi kebahagiaan lain di hidup seorang Putri Daisy Flowerina.

"Kenapa kalian terus menunduk? Apa karena rambut merahku ini, aku terlihat menakutkan?" tanya Daisy keheranan pada para kesatria yang tak mau bersitatap dengannya.

"Ti-Tidak, Putri. Putri Daisy tidak menakutkan, namun sangat menggemaskan." celetuk Eldric membuat seorang gadis tersipu. Pipinya sudah memerah seperti kepiting rebus.

"Selain itu, Kak Daisy juga sangat cantik. Pasti ada banyak lelaki yang mau menjadi kekasih Kakak." seru Peony seraya merangkul bahu Kakaknya.

"Termasuk Darius dan Eldric?!" cetus Daisy menatap polos ke arah dua lelaki yang seketika menjadi salah tingkah. Dari semua kesatria, memang Darius dan Eldric, lelaki yang paling menonjol. Daisy merasa telah jatuh ke dalam pesona keduanya.

"Y-Ya, mungkin saja." sahut Peony yang tengah membayangkan kemarahan seorang lelaki yang berada di kastil pusat kerajaan ini.

"Argh!! Sialan!!" umpatnya melempar tumpukan dokumen di atas meja. Dia tidak peduli terhadap tugas-tugasnya. Amarahnya telah tersulut mengetahui jika sang pujaan hati mulai mendekati lelaki lain, dan bermaksud menjadikan mereka sebagai kekasihnya. Dia tidak bisa membiarkan itu terjadi. Putri Daisy hanya akan menjadi miliknya.




Princess Of Flower KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang