03. Kebun Bunga Kerajaan

50 11 7
                                    

Pintu terbuka dengan keras. Menampilkan sesosok gadis dengan panah ditangannya. Daisy menelan saliva, melihat gadis di depannya yang begitu beringas. Dia harap, gadis itu tak akan mencelakai mereka semua. Peony—namanya, dia menatap tajam ke arah Orchid dan Violet. Tega sekali, mereka tak memberitahunya bahwa sang kakak telah sadar.

"Aku akan menghukum kalian, Ayah, Ibu!" amuknya siap melesatkan satu panah pada sepasang pasutri itu.

"Siapa dia? Mengapa, dia memanggil kalian ayah dan ibu?" tanya Daisy beranjak dari kasur dan langsung melindungi kedua orangtuanya.

Peony menghempaskan bush dan panah begitu saja. Dia tak menyangka jika sang kakak tak mengenali dirinya sama sekali. Peony memegang bahu Daisy, kemudian menatapnya lekat. Daisy yang tak mengerti pun menaikkan sebelah alis ke arah Orchid dan Violet.

"Apa kau benar-benar tak mengenaliku? Atau, kau tengah bercanda?" Mata Peony tak luput memandangi wajah bingungnya.

Daisy menggeleng seata menyingkirkan tangan gadis tersebut. "Aku tak mengenalimu."

Peony berdeham, lalu memunguti  busur dan panah yang tergeletak di lantai.

"Baiklah, akan ku perkenalkan diri," cetusnya berusaha tenang saat mengingat peristiwa yang menimpa kakaknya waktu lalu.

Flashback on

Seorang gadis tengah duduk sendirian di atas rerumputan hijau. Memandangi bunga-bunga bermekaran adalah salah satu hobinya. Apalagi, bunga daisy yang hanya mekar di kala pagi membuatnya merasa sangat kagum.

"Kak Daisy!" teriak Peony yang baru saja selesai berlatih memanah.

Daisy tersenyum menyambutnya. "Sudah selesai?"

"Jika belum, aku tak akan menghampirimu ke sini," jawab Peony membuatnya terkekeh.

Daisy merebahkan tubuh di rerumputan. Dia menatap langit yang cerah di pagi ini. Senyumnya terpatri kala Peony ikut merebahkan tubuh di sampingnya. Mereka sama-sama menikmati keindahan kebun bunga di kerajaan ini. Semilir angin, membuat keduanya merasa kantuk. Perlahan, kakak-beradik itu mulai memejamkan mata. Tanpa menyadari jika ada sepasang mata yang terus mengamati. Merasa situasi cukup aman, sesosok tak kasat mata itupun berjalan mendekati. Sesosok itu menunjukkan dirinya ketika berdiri di sebelah Daisy yang terlelap. Di kebun bunga kerajaan tak ada prajurit yang menjaga. Karena mereka yakin, jika kebun bunga tersebut pasti aman dan tak akan ada penyusup. Sayangnya, pemikiran tersebut salah. Bagi mereka yang memiliki sihir hitam tak begitu sulit untuk menyembunyikan wujud mereka.

Peony tak menyadari jika kakaknya sudah dibawa kabur oleh sesosok yang kembali menyembunyikan dirinya dan Daisy. Hingga tak akan ada orang yang bisa melihat mereka. Perlahan, Peony membuka matanya. Dia mengedarkan pandangan ke sekitar. Tidak ada Daisy di sini. Dia pikir, kakaknya sudah pergi lebih dulu. Tetapi, rasanya tidak mungkin jika Daisy meninggalkannya begitu saja.

"Kak Daisy!!!" teriak Peony membuat beberapa prajurit berlari mendekat.

"Di mana Kak Daisy?!" tanyanya pada mereka yang saling memandang. Para prajurit dan pelayan sama sekali tak melihat jika Daisy keluar dari kebun bunga kerajaan. Mereka semua berjaga di pintu masuk, tanpa beranjak sedikit pun.

"Kami tidak melihat Tuan Putri Daisy keluar dari kebun bunga." jawab salah satu dari mereka.

Pandangan Peony tertuju pada serbuk hitam yang bertabur di rerumputan. Bagiamana pun usaha penyihir hitam untuk menyusup masuk, pasti akan ada bukti yang tertinggal. Peony berjongkok dan menyentuh serbuk hitam tersebut. Ia yakin, jika yang telah menculik kakaknya adalah Jace. Seorang penyihir hitam yang ingin memperalat Daisy sebagai pionnya untuk menguasai Flower Kingdom ini.

Princess Of Flower KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang