01. Awal Semuanya

72 15 3
                                    

Seorang gadis terduduk di bawah pohon rindang dengan menikmati semilir angin yang membuat kantuk mendatanginya. Daisy meraih buku catatannya yang berada di sebelahnya. Matanya terpaku melihat perdebatan kedua temannya yang tak pernah akrab dengan dirinya. Jangankan akrab, bertegur sapa pun tak pernah. Orang-orang di panti asuhan ini menganggap Daisy sebagai gadis aneh. Karena setiap melihat orang disekitarnya, dia langsung mencatat namanya ke dalam buku catatannya. Dimana bagian buku tersebut dibagi menjadi sepuluh bagian warna yang telah disesuaikan oleh kepribadian manusia disini.

Sepuluh warna tersebut diantaranya, warna merah, putih, hitam, kuning, hijau, biru, cokelat, ungu, jingga, dan merah jambu. Merah menggambarkan cinta, gairah, kemarahan, dan keberanian. Putih yang menggambarkan kesucian, kepolosan, dan kedamaian. Hitam menggambarkan kemisteriusan, ancaman, dan tidak bahagia. Kuning menggambarkan kehangatan, ceria, dan perhatian. Hijau menggambarkan alam, kesuburan, keberuntungan, dan keamanan. Biru menggambarkan ketenangan, kesedihan, produktif, dan suka menyendiri. Cokelat  menggambarkan pembangkitan kekuatan dan keamanan. Ungu menggambarkan kebijaksanaan, kekayaan, dan misteri. Jingga menggambarkan kebahagiaan, antusiasme, dan bahagia. Dan, merah jambu menggambarkan keromantisan, kelembutan, kasih sayang, kebaikan, dan ketenangan.

Daisy mengetuk-ngetuk pena di dagunya. Berpikir, warna apa yang cocok untuk menggambarkan dua sosok di depannya.

"Merah dan hitam cocok untuk mereka berdua." ucapnya, lalu menuliskan nama keduanya di warna yang berbeda.

Gadis berambut panjang dimasukkan ke dalam kelompok warna merah karena dirinya sangat cepat terpancing emosi. Sedangkan, gadis berambut ikal dimasukkan ke dalam kelompok warna hitam karena dirinya berhasil membuat lawan mainnya terancam. Semua orang di panti asuhan ini mengetahui jika gadis berambut ikal tersebut jago bela diri, namun dengan bodohnya si gadis berambut panjang terpancing emosi. Seolah menyerahkan diri ke kandang harimau. Jika Daisy berada di posisi gadis berambut panjang, dia lebih memilih untuk tidak meladeninya. Karena sama saja bohong berdebat dengannya yang hanya berujung pada kekerasan. Mungkin, bila dirinya jago bela diri itu tak masalah. Mereka akan berduel untuk menentukan siapa pemenangnya.

"Tuhan, kapan aku bisa keluar dari panti ini! Aku sangat ingin memiliki keluarga yang sangat menyayangiku, Tuhan..." ujarnya menatap birunya langit.

"Sudahlah, Daisy, Tuhan pasti mendengar semua do'amu. Hanya saja, kau harus bersabar menunggu sampai Tuhan mengabulkan." lanjutnya seraya beranjak pergi.

Daisy melangkah dengan kepala menunduk. Membiarkan orang-orang yang dilewatinya menatap dirinya dengan tatapan beragam. Benci, kesal, tidak suka, aneh, dan lain sebagainya. Tenang saja, Daisy sudah terbiasa dengan itu semua. Dia hanya perlu fokus terhadap hidupnya tanpa memikirkan pandangan orang lain tentang kehidupannya.

"Ibu!" panggil Daisy saat ibu panti yang mengurusnya sejak kecil hingga kini berjalan ke arahnya.

"Kenapa, Daisy?"

Daisy menghela napas. Entah untuk ke berapa kalinya, dia akan menanyakan hal yang sama pada wanita dihadapannya. "Ibu, tolong kasih tau aku, siapa sebenarnya orangtua kandungku, Bu! Aku mohon, ibu menjawabnya." rengek Daisy menggenggam erat tangannya.

Ibu panti menggeleng.

"Mengapa ibu? Bukankah saat itu, ada seseorang yang menanyakan kabarku? Siapa dia? Apa dia keluargaku? Jawab, aku ibu!" bentaknya yang sudah berada di puncak kesabarannya.

Tiga tahun lalu, Daisy mendengar ibu panti tengah bertelepon dengan seseorang yang ternyata menanyakan kabar dirinya. Tanpa berpikir panjang, Daisy langsung menerobos masuk ke dalam ruangannya. Seketika, ibu panti menyudahi telponnya dan menggenggam erat ponsel miliknya. Ada secercah harapan yang muncul di hatinya, jika dirinya memang masih memiliki keluarga. Sayangnya, saat dia bertanya, ibu panti sama sekali tak menjawab dan malah mengusirnya. Tanpa sepengetahuan ibu panti, Daisy mengotak-atik ponselnya setelah dirinya pergi. Namun, catatan panggilan sudah terhapus. Sepertinya, ibu panti sengaja menghapusnya. Sejak itu Daisy selalu menanyakan hal yang sama dan ibu panti pun selalu menjawab dengan gelengan kepala.

Princess Of Flower KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang