•••
Shafia membuka matanya perlahan, ia melihat langit-langit kamarnya yang terasa berbeda.
Dengan refleks ia terduduk, kemudian matanya menyusuri ruangan ini. Ruangan asing? Ini bukan kamar kost-kostan nya, Dirasa nyawanya sudah terkumpul, barulah ia menyadari. Sekarang ia tidak tinggal di kost lagi. Ia sudah menjadi seorang istri. Istri sah dari seorang pria dewasa dengan status sosial tinggi.Tapi, dimana suaminya itu? Apakah karena ini hanya pernikahan kontrak jadi suaminya tidur di tempat lain? Ada rasa tidak nyaman di hati Shafia. Entah karena apa, yang jelas ia merasa seperti tak dihargai.
Jangan terbawa perasaan. Oke. Hanya itu yang harus Shafia ingatkan pada dirinya sendiri. Bersikap biasa seperti sebelumnya dan waktu 9 bulan ini tidak akan terasa.
Ketika ujung jari kakinya menapaki lantai, ia baru menyadari. Ada yang menghalanginya. Shafia menunduk dan melihat seorang pria terlelap tidur hanya dengan beralaskan matras tipis. Badannya meringkuk seolah kedinginan. Shafia memandang lekat pria itu, dan mulai membenarkan letak selimutnya. Pria itupun menggeliat menemukan kenyamanannya.
"Harusnya kau yang tidur diatas, aku jadi merasa berdosa.."
•••
Jonari membuka matanya perlahan, badannya seperti remuk, semua sendinya terasa nyeri. Ia melihat sekeliling.. kemudian tersenyum kecut.
Apa yang sedang kau lakukan Jonari. Ucapnya pada diri sendiri.Jonari membereskan selimut dan bantalnya ia kembalikan ke kasur. Ternyata Shafia sudah bangun, ia tidak menemukan istrinya itu dimanapun. Kemudian Jonari kembali membereskan matras tidurnya.
Jonari melangkah, menyusuri tangga. Setelah hampir sampai anak tangga terakhir ia samar-samar mendengar suara orang bercengkrama.
Seperti tersihir, ia mempercepat langkahnya menuju sumber suara.Dihadapannya, dua orang wanita sedang berdebat di depan penggorengan. Pemandangan yang tidak pernah ia bayangkan selama hidupnya.
"daging ini harus di rebus terpisah dahulu"
"Tidak, dagingnya direbus di wadah yang sama, air rebusannya bisa di pakai penyedap."
"Jorok.. tidak-tidak bunda suka yang di pisah. Kita bisa pakai bumbu terpisah nanti.."
"Tidak bunda.. memakai kaldu asli dari dagingnya itu lebih enak"
Jonari terdiam, tidak biasanya dapurnya ramai begini. Ia tidak mengerti apa yang diperdebatkan. Tapi, melihat bundanya berdebat sedikit membuatnya tersenyum.
"Oh.. mas sudah bangun?"
Jonari tersadar, ia menatap Shafia dalam. Apa katanya? 'Mas'
Kemudian Shafia menghampirinya, mengapit lengannya dan menuntunnya untuk duduk di meja makan."Aku akan buatkan sarapan dengan bunda untuk mas, mas duduk disini dulu yaa.."
Ucapnya sambil tersenyum ramah."Tidak.. tidak.. kakak. Ajak istrimu keluar, jangan biarkan dia mengacau di dapur bunda"
"Bunda.. aku gak mengacau, aku mau bantuin bunda masakin buat mas Jona.." ucap Shafia manja.
Sebentar.. situasi macam apa ini?
Jonari kembali menatap kedua wanita itu bergantian. Sekilas, mereka seperti berdebat keras, tetapi jika dilihat lebih seksama lagi, mereka seperti saling memberi perhatian dengan cara yang berbeda.
"Bunda.. aku akan bawa Shafia jalan-jalan sebentar"
Jonari menggenggam tangan Shafia, terlihat keterkejutan diwajahnya, sedang bundanya hanya tersenyum sambil mengedipkan sebelah mata padanya.
•••
Terimakasih 🥰
Jangan lupa vote dan comment 😍😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik SENJA
Romance"Mengapa kau melakukannya?" Shafia menatap pria disampingnya, matanya bergerak mengisyaratkan ia tidak mengerti maksud pertanyaannya. "Mengapa kau lakukan itu? Hal yang membuat kita jadi seperti ini." Tanya Jonari tajam. Shafia tersenyum simpul, "ka...