03

15 4 0
                                    


"Kau sungguh tidak punya keluarga?"

Seorang pria dengan setelan jas rapih menatap wanita di hadapannya yang sedang memejamkan mata sambil berbaring diatas tempat tidurnya.

"Aku sudah mengatakannya, keluargaku hanya diriku sendiri. Berhenti menanyakan hal yang sama"
Terdengar kejenuhan disetiap kata yang diucapkannya. Matanyapun tetap terpejam tidak memandang lawan bicaranya.

Pria dihadapannya tidak habis pikir. Dia malah tersenyum memandang wanita yang kini menyandang status istrinya itu.

Entah kesialan itu datang dari mana. Yang jelas, kini ia menjadi seorang suami dengan cara tidak biasa. Senyumnya hilang ketika wanita itu bergerak, terduduk dengan tiba-tiba menghadapnya.

"Tapi, kau sendiri apakah tidak punya pacar?"
Terlihat keseriusan yang nyata diwajah istrinya itu.

"Kau pikir aku pria macam apa? Punya pacar tapi menikah dengan wanita lain?"
Ucapnya dingin.

"kita berdua tau apa arti pernikahan ini. Tuan Jonari, aku hanya tidak ingin nanti tiba-tiba pacarmu datang dan menghakimiku dengan segala macam tuduhan dan membuat rencana kita kacau. Kita berjanji akan menjalani masa pernikahan kita dengan damai sampai 9 bulan kedepan kan?"

Pria bernama Jonari itu berdiri dari duduknya, menghembuskan napas beratnya,
"Itu tidak akan terjadi"
Ucapnya sambil berlalu tanpa memandang istrinya kemudian meninggalkan kamar dengan wajah yang sangat dingin.

Shafia, wanita itu memandang suaminya yang keluar dengan tiba-tiba,
"Aneh, katanya tidak punya pacar. Tapi, tiap kali aku membahasnya dia selalu marah seperti itu" ucapnya menggerutu.

Shafia tidak ingin memikirkannya lagi, terserah saja jika nanti pacarnya datang. Ia tidak akan ikut campur urusannya.

•••

Jonari memandang langit di belakang rumahnya, ia menghembuskan napas beratnya sambil sesekali memejamkan matanya.

Pikirannya menerawang ke beberapa hari belakangan, dimana ia tidak sengaja bertemu dengan istrinya.

Kemudian sekelabat ingatan tentang seorang wanita yang ceria dan selalu tersenyum kepadanya melintas dipikirannya.

Jonari menunduk, mencoba menghilangkan segala hal yang ada di pikirannya.

"Sedang apa kak?"

Sebuah suara menyadarkan Jonari dari lamunannya, ia memandang orang yang menyapanya kemudian tersenyum.

"Tidak, kenapa kau kemari?"

"Ah.. aku tidak menyangka kakakku ini sudah menikah. Makanya aku keluar ingin menguping ke kamarmu, tapi disana sangat sepi bagai kuburan. Jadi aku kesini dan melihat kau ada disini"
Kekesalan yang diutarakan adiknya itu membuat Jonari tersenyum sambil mengusap rambut adiknya yang kini bergelayut manja padanya.

"Kenapa kau ingin menguping kamar kakak?"

Jenara menatap kakak satu-satunya itu dengan cemberut.
"Aku tidak yakin dengan istri kakak itu.. aku tidak percaya kakak menikah dan aku tidak pernah tau kakakpunya pacar! Siapa sebernarnya dia??"

Jonari kembali tersenyum mendengar penuturan sang adik, kemudian kembali mengusap surai adiknya itu.

"Dia istri kakak sekarang, kakak ipar kamu. Jangan ada pikiran aneh di dalam otak kecilmu itu. Oke."
Jenara mengangguk meskipun enggan

"Nah, sekarang mari kita beristirahat. Sudah sangat malam, tidak baik jika tidur terlalu larut."

Jenara pun kembali menggangguk dan menyusul kakaknya yang mulai masuk ke dalam rumah.

•••

Jonari membuka pintu kamarnya dengan hati-hati. Ia melihat wanita yang kini tengah menyandang status istrinya itu sudah terlelap meringkuk dibawah selimut.

Jonari menghampiri Shafia, menandangnya lama. Entah dengan pikiran apa. Ia merapihkan anak-anak rambut yang menghalangi wajah cantik istrinya itu.

Setelah memastikan Shafia tertidur, Jonari berjalan kearah pojok kamar mengambil matras dan mengamparkannya dibawah tempat tidurnya. Kemudian ia mengambil bantal dan mulai tertidur di matras itu.

•••

Jangan lupa comment dan bintangnyaa 😘

Dibalik SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang