2] Wanita Panggilan

5 1 0
                                    

Di sudut kota Seoul, seorang perempuan muda bersiap melakukan pekerjaan keempatnya untuk hari ini. Sebuah panggilan masuk di ponselnya, menghentikannya dari kegiatannya mengikat tali sepatu trainers miliknya sebelum melangkah keluar dari rumah kontrakan sempit dan kumuh yang dihuninya bersama dengan seorang pria dan wanita paruh baya juga seorang perempuan muda lainnya, yang tidak terpaut jauh dengan usianya.

"Hm?" jawabnya dengan sedikit ketus.

"Cloud Nine Bar, Itaewon. Sekarang." seorang pria yang juga tak kalah ketusnya terdengar menjawab sahutan perempuan tersebut.

"Ok."

"Bawa salah satu pakaian seksimu dan high heels." ujar pria itu lagi.

"Masih excitement?" tanya perempuan tersebut.

"Hm. Saat kamu datang nanti, mungkin sudah confusion."

"Ok." jawab perempuan itu lagi dengan singkat, membawa dirinya masuk kembali ke dalam rumahnya dan meraih gaun mini berwarna hitam yang mengizinkan belahan dadanya dapat terlihat dengan jelas meski dengan minimnya penerangan dalam sebuah klub, lengkap dengan stilletto silver dengan glitter di sekeliling sepatu tersebut.

Malam itu, cuaca terasa sangat kering dan panas, seolah menjadi satu alasan yang cukup untuknya mengenakan pakaian minim, membiarkan kulitnya bersentuhan dengan hembusan angin kering sesekali. Perempuan itu berjalan menuju halte terdekat, menaiki sebuah bus dengan nomor tertentu yang akan membawanya ke daerah Gangnam. Daerah itu terkenal sebagai kalangan selebritis maupun tokoh-tokoh penting dengan gaya hidup sosialitanya. Meskipun tidak selalu kaum sosialita yang ada di daerah tersebut.

Banyak orang kalangan menengah ke bawah yang iseng bermain di daerah tersebut dengan dalih menggaet kaum sosialita yang bisa mengganti jasa pendampingan mereka dengan sejumlah kekayaan. Bermodal pakaian minim maupun elegan dan tujuan bersenang-senang dengan teman, banyak orang yang berakhir dengan hubungan mutualisme antar dua manusia, apapun jenis hubungan yang terjalin di antara keduanya.

Dan perempuan ini menjadi salah satu di antara orang-orang tersebut. Ia datang dari pinggiran kota Seoul, menawarkan jasa sebagai wanita pendamping atau hostes maupun sebagai supir panggilan jika dia berakhir tidak menyentuh alkohol sama sekali setelah menerima orderan dari pria yang bisa dianggapnya sebagai manajer atau mucikarinya.

[---]

Sesampainya di klub yang dimaksud, perempuan itu segera berganti baju dengan pakaian minim dan stiletto yang disimpan dalam ranselnya. Ia menyerahkan tas berisi pakaian kasual dan sepatu sneakersnya pada seorang pria bernama Lee Junyeong, pria yang menghubunginya dan memberinya info peluang dibutuhkannya supir panggilan untuk tamu penting di klub tersebut.

Lee Junyeong bukan satu-satunya pria yang memberikan peluang seperti ini pada perempuan tersebut. Hampir setiap klub malam di daerah tersebut menyerahkan peluang padanya, mengenalnya sebagai perempuan yang akan melakukan apapun demi mengumpulkan lembaran-lembaran won dalam dompetnya atau digit-digit dalam buku tabungannya.

Perempuan yang telah mengubah identitasnya sebagai wanita pendamping tersebut dipandu salah seorang pegawai bar menuju sebuah ruangan yang terletak agak di dalam dari bar tersebut. Ruangan-ruangan yang biasa direservasi oleh berbagai tokoh-tokoh terkenal dari berbagai kalangan untuk sekedar melepas penat mereka dengan bebas tanpa perlu khawatir adanya dokumentasi ilegal yang mungkin bisa membahayakan reputasi mereka.

Hanya mereka, Tuhan dan manusia-manusia dalam ruangan tersebut yang tahu apa yang sedang terjadi di balik pintu-pintu berkedap suara tersebut. Tak perlu dicari tahu, karena setiap orang yang masuk dalam bar tersebut adalah orang dewasa yang memiliki hak kebebasan memutuskan dan melakukan sesuatu, asalkan tidak melanggar hukum. Meskipun begitu, mereka pun belum tentu tidak melanggar hukum apapun, bukan?

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang