3] Tertangkap Basah dan Penolakan

4 1 0
                                    

Pagi menjelang, ditandai dengan kicauan burung yang bernyanyi di balkon rumah mewah tersebut, seolah mengingatkan sepasang pria dan wanita untuk bangun dari istirahat malamnya. Pria yang tertidur dengan lingkaran lengannya mendekap erat tubuh sang perempuan sepanjang malam, tampaknya masih enggan untuk membuka kelopak matanya. Sedangkan sang perempuan, masih enggan menghentikan lakonnya sebagai Putri Tidur.

Tok tok tok.

"Tuan Muda, saatnya bangun untuk sarapan." sebuah suara terdengar dari balik pintu kamar tersebut, membantu paduan suara kicauan burung untuk membangunkan pria yang dipanggil sebagai Tuan Muda.

Tak ada jawaban dari salah satu bibir mereka, apalagi keduanya.

"Dimana Seokjin-ie?" sebuah suara lainnya, terdengar dari balik pintu kamar lagi.

"Sepertinya masih tidur, Nyonya. Semalam, Tuan Muda pulang sangat larut." jelas suara yang sepertinya berasal dari salah seorang pelayan rumah tersebut.

"Begitukah? Ya sudah, kamu bantu siapkan sarapan saja, biar saya yang membangunkan Seokjin."

"Baik, Nyonya."

"Seokjin-a, bangun, Nak. Sudah pagi. Kita harus segera berangkat ke hotel untuk persiapan ulang tahunmu." Ibu Seokjin mengetuk pintu kamar dengan perlahan, namun cukup keras untuk didengar.

".........................."

Tidak ada jawaban. Bahkan tidak terdengar sama sekali adanya suara dari dalam kamar yang menandakan adanya kehidupan dari Seokjin, pewaris berikutnya dari Jin Enterprise.

"Mama masuk ya." ujar Ibu Seokjin, memutar gagang pintu dan membukanya secara perlahan. Meskipun niatnya untuk membangunkan si putra bungsu, ibu Seokjin membuka pintu kamar dengan sangat perlahan, berharap pintu besar tersebut tidak menimbulkan bunyi yang bisa membuat Seokjin terkaget dan terbangun dari tidurnya.

Suasana kamar masih gelap, hanya dapat terlihat dengan samar. Gordyn di kamar masih menutup rapat, mengasingkan ruangan tersebut dari dunia luar yang sudah mulai disibukkan dengan berbagai kegiatan manusia.

Ibu Seokjin melangkahkan kakinya lebih dalam, memasuki sudut kamar, dimana pembaringan anaknya terletak. "Seokjin-a, kamu ha-Aaaa!!! Ya Tuhan!!" wanita paruh baya, nyonya rumah tersebut membungkam mulutnya rapat-rapat melihat pemandangan yang ada di hadapannya.

Anak bungsunya yang sudah cukup umur, yang selalu mengelak setiap kali diminta untuk mengenalkan pasangannya, kini justru terlihat sedang tidur dengan memeluk seorang wanita asing, yang tidak dikenalnya sama sekali. Seokjin memeluk gadis asing yang tidur membelakanginya, lengannya yang ramping dan berotot melingkar di pinggang sang gadis sementara lengan lainnya berfungsi sebagai bantal yang menahan kepala sang gadis. Sementara kepala Seokjin berada sejajar dengan ceruk leher sang gadis. Jika ingin diartikan dengan lebih vulgar, bibir putra bungsunya mungkin terus mencium, menempel pada leher gadis itu sepanjang istirahat malamnya.

"Ng, Mama, ada apa? Kenapa berisik sekali pagi-pagi begini?" gumam Seokjin, menarik tubuh sang gadis justru semakin mendekat dalam dekapannya.

"Ngh, auw..." gumam gadis tersebut, melarikan tangannya meraba belakang kepalanya. Sedikit cairan terasa sudah mengering disana disertai sebuah benjolan kecil yang terbentuk.

"Seokjin-a, ini kekasihmu? Yang akan kamu kenalkan di pesta ulang tahunmu hari ini?" tanya ibu Seokjin, masih tidak percaya dengan penglihatannya.

"Kekasih apa maksud Mama? Aku tidak akan mengenalkan siapapun hari ini." jawab Seokjin, yang tetap saja masih merasa enggan untuk membuka matanya. "Agh, kepalaku pusing sekali."

"Lalu siapa gadis yang sedang kamu peluk sekarang?"

"Gadis mana yang Mama maksud? Aku tidak membawa ga-" Seokjin menggerakkan tangannya, tanpa sadar menyusuri lekuk tubuh perempuan yang berbagi tempat tidur dengannya. Hingga pada akhirnya, telapak tangannya menyentuh bagian tubuh gadis tersebut yang seharusnya tidak boleh terjamah olehnya. "Ini..."

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang