Happy Reading♡
Sebuah pintu yang sangat megah terlihat dikedua mata biru safir yang sangat jernih itu, pintu yang sudah pasti berlapis emas.
Seorang gadis mungil berdiri dengan tenang, senyum manisnya selalu terlihat meski tak sedikit tatapan dari para pelayan yang menghina gadis itu.
Anneline of Veredic, gadis kecil yang selalu diabaikan saat ini tengah menunggu pintu besar itu dibuka.
Sebuah meja makan yang sangat luas dan mewah terpampang didepan mata Anne kecil yang selalu makan dikediaman sederhananya, ke-empat pria itu sontak menatap kearah pintu yang terbuka, menampakkan seorang gadis yang tidak sesuai usianya karena tubuh gadis itu sangat mungil di usianya yang sudah 7 tahun itu, hanya terlihat seperti anak umur 5 tahun.
Senyum manis gadis kecil itu sekilas membuat laki-laki yang ada diruang makan tertegun, ada rasa menusuk dihati mereka setelah menatap tubuh kecil itu yang masih tersenyum manis, ah, begitu mirip wanita yang mereka cintai yaitu Mendiang Duchess Trivia hanya mata mereka yang berbeda karena kedua mata itu persis seperti Duke Tritans.
"Uhukkk - uhukkk," suara batuk menghentikan lamunan mereka, batuk kecil itu tak lain disebabkan oleh Anne yang saat ini berpura-pura sakit bahkan gadis kecil itu sengaja mengunyah daun merah yang terlihat seolah-olah ia tengah memuntahkan darah.
Warna kulitnya sangat pucat, itu juga karena bedak tabur yang ia kenakan tanpa sepengetahuan para maid. Daun itu sendiri didapatkan dibawah jendela kamarnya, di zaman ini daun itu hanya dianggap sebagai tanaman hias tanpa diketahui kegunaannya bisa dijadikan bahan pewarna yang berkualitas, Anne akan membuat pewarna itu untuk lipstik dan make up lainnya, ya, ia akan menemukan make up agar keluarganya bangga dengan dirinya dan ia juga bisa mendapatkan uang untuk tabungannya sendiri, hehe Anne sangat jenius bukan?
Ke-empat pria itu menatap Anne kecil dengan serius apalagi setelah melihat ada bercak darah disekitar mulut kecilnya, Aiden sendiri entah dorongan darimana segera bergegas menuju adik kecilnya itu, mengangkat tubuh mungilnya dan mendudukan di kursi tepat disebelah kursinya seraya memberikan sapu tangan untuk mengelap darah yang keluar dari mulut Anne kecil.
Nanny lari tergopoh setelah dipanggil Duke Veredic, matanya tak kalah cemas menatap sang putri yang selama ini ia rawat dengan penuh kasih sayang itu.
"Laporkan apa yang terjadi pada Putri Anneline?!" bentak Duke Veredic tegas meski matanya menyiratkan kekhawatiran yang mendalam.
"Hormat hamba, His Grace, Sang Putri beberapa waktu memang sedang tidak dalam kondisi yang baik, namun baru saat ini putri sampai memuntahkan darah dari mulutnya, ampuni hamba yang lalai menjaga kesehatan Putri Anneline!" ucap Nanny menunduk dalam, mundur keluar perlahan setelah Duke mengisyaratkan.
"Panggilkan dokter!" Teriak Duke yang dihentikan Anneline.
"Tuan Duke, tidak perlu memanggil dokter, saya baik-baik saja,"ucap Anne kecil dengan senyum manisnya meski jejak darah masih terlihat disudut bibirnya.
Duke Veredic menatap putrinya, wajah kecil itu sangat pucat, tubuhnya kurus dan terlalu kecil untuk anak di usia 7 tahun bahkan sekarang mulut gadis itu mengeluarkan darah, apakah itu bisa dikatakan baik?
Apalagi gadis itu tidak seperti biasanya yang selalu manja dan menempel dengan mereka, dalam beberapa hari terakhir gadis kecil itu memang tidak pernah mengunjungi mereka lagi dan mereka juga tidak terlalu peduli tapi melihat keadaan gadis kecil itu sekarang, hati mereka seolah ditusuk ribuan pedang, sangat sakit terlebih ketika Anne kecil memanggilnya Tuan Duke, bukan Ayah seperti biasa?
"Tidak, kau sakit! Ayah cepat panggilkan dokter!" ucap Aiden tegas.
"Aku tak apa, ini tidak sakit sama sekali, sebenarnya Anne lapar, bisakah kita makan saja Tuan Aiden?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am Not a Villain?
Historical FictionAmber Wulandari adalah mahasiswa semester akhir yang memiliki kemampuan luar biasa yaitu seorang hacker jenius yang diakui seluruh web dark. Suatu hari Amber tengah membaca sebuah novel yang berjudul My Savior's, yang mencerirakan tentang Penyelama...