01. New Life

74 9 1
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Mas udah telpon temen Mas tadi. Katanya nanti kamu tinggal dateng ke HRD-nya langsung. Di sana kamu bisa langsung melakukan wawancara."

Nala hanya mengangguk mendengar penuturan sang abang. Wanita itu masih sibuk dengan kegiatannya menyalin dua bungkus lontong sayur ke dalam dua mangkuk putih di atas meja.

"Mas gak bisa anterin kamu. Hari ini bos Mas suruh dateng lebih awal. Kamu gak pa-pa kan nanti berangkat sendiri?"

Satria, pria itu menatap sang adik dengan raut bersalah. Niat  hati ingin mengantar Nala untuk pergi ke tempat wawancara pertamanya, harus pupus lantaran bos tempat ia bekerja menyuruh ia datang lebih cepat.  Namun, Nala segera menenangkan pria itu dengan senyuman teduh. "Iya, Nala gak pa-pa kok, Mas. Nanti Nala pesen ojek online aja."

Satria mengangguk. Tangannya bergerak menyuap satu sendok lontong sayur yang dibelinya di depan rumah tadi. Ditemani secangkir kopi buatan Nala, Satria begitu menikmati sarapannya.

Tak lama kemudian, ia bergerak bangkit. Mengundang atensi Nala yang masih mengunyah makanannya. Sedikit melirik piring dan cangkir yang sudah tandas isinya, Nala menyadari bahwa sang abang sudah menyiapkan sarapannya.

"Mas berangkat dulu," lapor Satria lantas menyodorkan tangannya yang segera disahut oleh sang adik. Setelahnya, pria dengan setelan kerja itu berlalu. Meninggalkan Nala bersama sarapannya.

Menyelesaikan acara makannya, Nala segera bersiap untuk pergi wawancara. Di hari pertama, Nala harus meninggalkan kesan baik. Jika beruntung, dia akan mendapatkan pekerjaan di sana.

Sebagai fresh graduate, Nala cukup psimis. Meskipun kantor yang akan ia datangi nanti tak membubuhkan karyawan berpengalaman dalam persyaratannya, tapi Nala yakin setiap perusahaan pasti membutuhkan itu. Lulusan baru selalu dianggap belum memiliki keahlian. Padahal untuk berpengalaman, kita membutuhkan kesempatan dulu kan?

Waktu dua puluh menit dibutuhkan oleh Nala untuk tiba di sebuah kantor tempatnya melakukan wawancara. Setelah turun dari ojek daring yang ia tumpangi, Nala bergegas mendekati sebuah pagar dengan papan besar berisikan tulisan nama perusahaan di sampingnya. Di sana, ia menemukan seorang satpam yang menyambutnya dengan senyuman ramah.

"Permisi, Pak!" Nala mendekati sang satpam. "Saya mau melakukan wawancara di sini. Saya sudah membuat janji dengan pihak HRD. Apa saya boleh masuk?"

Satpam tersebut mengangguk lantas membuka pagar. Setelah mengucapkan terima kasih, Nala langsung bergerak memasuki bangunan besar di hadapannya.

Di dalam sana, Nala disambut oleh resepsionis yang kemudian mengantarnya ke ruang wawancara. Nala menemukan banyak orang-orang sepertinya yang juga sedang berusaha meraih kesempatan bekerja di sini.

Usai melakukan wawancara, Nala tidak langsung pulang. Ia membawa langkah kakinya menyusuri jalanan ibu kota. Meskipun Nala baru seminggu di Jakarta, tetapi sedikit banyak ia sudah mengetahui tentang seluk beluk kota ini. Bagaimana pun, Satria sudah lama tinggal di sini. Beberapa kali, ia selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi sang abang bersama orang tuanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

After 5 YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang