Lima

263 60 2
                                    

"Kalian darimana?"

Felix tersenyum manis ketika pintu terbuka, "Hai, Ji!"

"Hai. Kalian darimana?" tanya Jisung mengulangi kalimat yang sama. Ditatapnya peri kecil dihadapannya, kemudian ia menatap Changbin yang hanya berdiri sambil menyilangkan tangan di depan dada.

Felix menyelinap masuk. Ia berhenti di depan vas bunga besar berisi bunga anggrek berwarna putih, "Uwah! Dimana kau dapat bunga ini? Mereka sulit ditemukan!"

Jisung melompat senang ke arah Felix. Ia mengusak rambut si peri dengan gemas. "Changbin membelinya dari luar kota dan baru sampai tadi. Cantik kan?"

"Hm." sahut Felix. Tangannya tidak sengaja menyentuh kelopaknya hingga warnanya berubah menjadi merah menyala, setelah itu ia pergi ke kamar Jisung.

Jisung mematung menatap bunga yang tiba-tiba berwarna merah, "Kenapa dirubah jadi merah cabe begini?"

"Merah. Artinya dia marah kan?"

"Huh? Kau apakan dia?"

//

Jisung rasanya ingin mencabik tubuh Changbin atau memotongnya menjadi partikel-partikel terkecil. Padahal ia selalu bilang bahwa peri itu agak sensitif, kalau Changbin tidak bisa jaga omongan mending jangan dekat-dekat!

"Ya, aku kan berusaha-"

"Dasar kurcaci bodoh! Ketika orang sedih mereka akan seribu kali lebih sensitif dari pantat bayi!"

"Pantatmu?"

Jisung kembali melempar mangkok kayu —lengkap dengan sendok sup kayu dan daun bawang— ke arah Changbin, "Aku bukan bayi! Aku bukan tupai! Sekarang cepat minta maaf padanya!"

Changbin membereskan perabotan yang dari tadi Jisung lempar. Sungguh, anak ini mau ditendang dari rumah?

"Tadi dia memaksa kembali ke hutan peri, tapi aku cegah."

"Lalu?"

"Aku mencengkram tangannya, sepertinya sampai luka."

Kali ini Jisung sudah tidak melempar perabotan lagi, tapi melempar dirinya sendiri sampai Changbin jatuh ke sofa. Ia menjambak rambut Changbin dengan sangat tidak manusiawi, "Aku pikir kau pintar, dasar kurcaci sinting!!!!" 

"Akhhhh!!" Changbin hanya merintih sambil berusaha melepaskan tangan Jisung. Badannya jauh lebih kecil dari badan Changbin, tapi tenaganya kuat juga. "Oke oke aku akan minta maaf."

"Cepat! Obati tangannya! Kalau kau keluar sebelum dimaafkan, akan ku rebus kau."

Changbin hanya mengangguk kemudian berjalan ke arah kamar Jisung. Selama tinggal disini, Felix sekamar dengan Jisung karena sudah tidak ada tempat lagi. Mereka terpaksa sempit-sempitan.

KRIEEEEKKKK!!!!

"Lix?"

Si peri membalikkan tubuhnya menghadap tembok. Ia memeluk boneka kucing milik Jisung dengan erat. Dibawah kasurnya berserakan kelopak bunga marigold. Membuat Changbin menghela nafas berat.

Changbin duduk dipinggir kasur. Disentuhnya sayap kelabu itu, membuat sang empu bergerak geli. "Sini lihat tanganmu dulu."

"Pergilah."

"Kau tau Jisung bisa merebusku selama 20 menit ditungku api kalau aku keluar tanpa mengobati lukamu?" sahut Changbin sambil terkikik. Ia menarik halus tangan Felix dan meletakkannya dipangkuannya.

Felix masih setia dengan posisinya memunggungi Changbin, tidak ada niatan untuk melihat apa yang orang itu lakukan pada tangannya.

Changbin dengan telaten meneteskan obat merah, lalu membelitnya dengan kasa steril. Tidak perlu waktu lama untuk mengobati pergelangan tangan kiri Felix.

"Maafkan aku."

Felix mendecak, "Kalau aku merepotkan, kau bisa kirim aku kembali ke hutan peri."

"Tidak akan aku lakukan."

"Kenapa? Karena kakakku berjanji mencari kaummu? Keluargamu?"

Changbin bergeming. Jujur, ia tidak tau harus menjawab apa.

Felix duduk, "Kalau kau tidak mau merawatku, biarkan saja aku mati membusuk dirumahku. Itu lebih baik daripada mati di rumah labu jelekmu ini!"

Changbin menatap Felix yang awut-awutan. Rambutnya berantakan, matanya berair, hidungnya memerah dan bibirnya mencebik. Lucu. "Iya rumahku memang jelek. Isinya apalagi, aku dan Jisung yang paling jelek."

Sang healer memperbaiki duduknya. Ia baru sadar bahwa Felix seharum bunga lilly, padahal anak ini belum mandi dari tadi. Tangannya terangkat untuk menyentuh rambut blonde Felix, "Biarkan aku menyembuhkanmu."

Si peri membiarkan sentuhan halus Changbin dikepalanya. Halus sekali. Seolah baru saja membawa Felix jatuh jauh ke dalam dunia fana. "Bagaimana caranya?"

"Membuatmu jatuh cinta."

"Pada sia-"

"Membuatmu jatuh cinta padaku dan melupakan si warewolf itu."

//

//

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A Fairy with Hanahaki Disease - ChanglixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang