(swipe the header to listen to the song)
🎵 Keaton Henson - While I canIf you cast me, I will be there
I will take the lead
I wanna tell you while I breatheI'm gonna give in too.
—
Hujan turun sangat deras, seperti air dalam satu tampung besar yang sengaja di jatuhkan ke bumi di detik demi detik.
Johnny berusaha mengendarai mobilnya sehati-hati mungkin. Malam semakin pekat, jarak pandang semakin minim hingga cahaya dari lampu mobilnya, rumah-rumah di samping kanan-kirii dan berapa lampu jalan seperti tidak cukup. Ia mendongak, ke kanan dan ke kiri, mimicingkan matanya, mencari. Sesekali melihat layar handphone-nya yang menunjukkan layar percakapan yang tak terbalas.
"Sialan!! Deras banget. Susah liatnya. Dimana sih... bikin khawatir aja." Johnny tak berenti menggerutu dan ia tidak berbohong ketika ia berulang kali mengatakan kalau dia sangat khawatir.
Ia terus mencari dengan laju yang sangat lambat. Jalanan sangat sepi, karena waktu telah menunjukkan lewat tengah malam. Hanya ada satu dua mobil yang melintas berlawanan. Ia masih belum juga menemukan seseorang yang dia cari.
"Ini jalanan gede banget dan ga ada abisnya lagi.. bisa bisanya.."
Ia terus melaju sambil sesekali mencoba menghubungi seseorang yang tak kunjung diangkat. Tidak bisa dipungkiri ia sangat frustasi, percakapan mereka terhenti saat Johnny memintanya untuk mengirimkan lokasi yang akurat menggunakan maps, namun setelah 1 jam lebih tidak dibalas.
"Aduhh itu anak dimana sih" ia mengacak-acak rambutnya sendiri dan memukul kemudi agak keras.
Hingga ia melihat seseorang duduk meringkuk di bangku halte yang remang dan sepi. Tanpa ragu, Johnny langsung membanting kemudi dan menepi agak melewati halte karena pandangannya yang mendadak.
Tanpa berpikir panjang, Johnny bergegas mengambil payung dari jok belakang lalu keluar menerjang hujan yang amat deras menuju halte.
"JOHNNY!!!!!" perempuan itu sontak berdiri dan setengah berteriak kemudian menghampiri Johnny dengan setengah berlari, memeluk tubuh yang jauh lebih besar darinya tanpa basa basi.
Johnny membalas peluk itu dengan amat erat hingga menjatuhkan payungnya, seakan itu yang terakhir. Lalu ia melepas pelukan itu dan mengguncang bahu perempuan itu sekencang mungkin,
"KAMU GILA YA? AKU NYARI KAMU MUTER MUTER KENAPA GA DIBALES??" ia berteriak cukup keras hingga menembus suara hujan yang bergemuruh. Perempuan itu terkejut bukan main, namun ia tetap berusaha tenang,
"Hp-ku habis batre, John. Aku ga mungkin ga bales karena aku hampir mati kedinginan nungguin kamu, sampe tadinya kalau ada taxi atau apa aku mau naik itu aja, tapi ga ada yang lewat udah sejam"
Johnny kemudian menyadari, tubuh perempuan di hadapapannya sudah sangat dingin dan basah. Ia hanya mengenakan kardigan ukuran kecil dan celana jeans yang sudah berubah warna karena menyerap air.
"Yaudah masuk mobil dulu badan kamu basah banget, aku ada baju di mobil" Johnny mengambil payungnya kembali dan bergegas merangkul tubuh perempuan yang dingin itu hingga ke mobil.
"Ini bajunya, ada anduk kecil juga." Johnny menyodorkan sebuh anduk, segumpal jaket dan celana abu abu yang cukup besar untuk ukuran perempuan mungil di sebelahnya. Ia tertawa, "Ini gede banget John? Aku pake hoodie-nya aja ya?" tawarnya. "Celananya juga pake. Kegedean tapi at least nutupin kaki kamu sampe bawah, biar ga masuk angin."
"Yaudah, kamu ngadep sana, jangan ngintip. Atau aku pindah ke belakang,"
"Gausah. Disitu aja. Aku ngadep sana"
Johnny mengalihkan pandangannya keluar sembari menunggu. Perasaan khawatir masih menyisa banyak, ia masih tak habis pikir sekaligus bersyukur bisa menemukannya di tengah hujan bandang dan jalan raya yang sangat besar namun sepi.
"Udah, John." suara perempuan itu memecah lamunannya. Johnny tersenyum kecil, perempuan itu terlihat semakin mungil memakai pakaiannya, "Kamu mau cerita gak?" ia sudah tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya, ia mengulurkan tangan menuju pipi perempuan itu dan mengusapnya perlahan.
Perempuan itu menghadap lurus ke depan, seperti menerawang jauh menuju gelapnya jalan dan lebatnya hujan,
"Aku berantem. Lagi. Ini kayanya paling parah. Aku udah ga bisa ngebelain apa-apa lagi. Aku cuma mau ayah berenti minum dan ngelakuin hal bodoh karena mabok. Tapi kayanya aku terlalu keras caranya, terus ayah keceplosan ngomong sesuatu yang bikin sakit hati banget, dan selama 25 taun aku hidup, aku pertama kali denger ayah ngebahas itu. Reflek aku lari ke luar rumah, terus jalan jauh banget sampe gatau aku dimana. Terus hujan deras banget, aku gabawa apa-apa selain hp. Aku malu banget masa minta papa jemput? Aku gatau mau telfon siapa. Kakak juga baru pergi kan kemaren. Aku cuma kepikiran kamu, tapi aku tau kamu sibuk. Jadi aku coba telfon Naya siapa tau dia ada di rumah dan aku bisa nginep, tapi aku lupa dia di Singapur. Jadi aku ga ada pilihan lain selain nelfon kamu, walaupun aku gatau setelah ketemu juga aku bakal kemana. Aku ga mau pulang John aku masih sedih. Aku ga berani liat muka Ayah. Aku gaberani.. aku juga udah keceplosan ngomong lancang banget, walaupun dia.. lagi.. m-mabok.. tapi.." perkataannya terhenti ketika ia tak bisa lagi menampung tetes demi tetep air mata yang keluar.
Tangan Johnny masih bersarang di pipi perempuan itu, sekarang memiliki tugas untuk menyeka air mata yang mengalir.
"Nangis aja dulu. Kamu pasti nahan ya daritadi? Nanti aja ceritanya."
"Gapapa. Tapi John.."
"Apa?"
Perempuan itu akhirnya memandang wajah Johnny dengan air mata yang menggantung di kedua matanya, "Aku gamau pulang ke rumah. Tidur di mobil kamu gapapa deh."
Johnny tertawa lepas. Menarik tubuh perempuan itu ke pelukannya.
"Ya gak tidur di mobil juga lah."
"Ya gak mungkin di rumah kamu juga lah. Nanti kamu gimana ngomong ke orang tua kamu tiba-tiba bawa buntelan abu-abu, kaya bawa jenglot pake hoodie."
"Yaudah bilangnya aku nemu jenglot di jalan. Ntar aku taro kamu di kandangnya Taro."
"Kalau anjing kamu kena santet gimana?"
"Aku bawa ke dukun."
Keduanya tertawa cukup keras. Perempuan itu kembali ke pelukan Johnny, kali ini lebih erat.
"Kita cari hotel kecil aja John sekarang, capsule hotel apa gitu. Kamu drop aku aja."
"Gak ah, kamu nginep aja ya di rumah? Kata mama boleh, malah ditungguin."
"HAH??? Mama kamu tau?"
"Aku ninggalin rumah pake acara lari-lari. Ya gimana ga ibu aku ikutan panik nanyain mau kemana, jam 12 malem bawa anduk tapi larinya ke garasi. Aku bilang kamu nyasar di ragunan, nyangkut di kandang monyet harus di jemput."
"Aku malu John dengernya. Dipikir aku bekantan lepas" perempuan itu memeluk lututnya sendiri, ia benar-benar malu.
"Kita jalan ya? Pake seat belt nya."
"John"
"Iya?"
"Makasih ya sayang."
"Sering sering nyasar biar dibilang sayang ya."
"Mendingan nyangkut di kandang monyet beneran."
-
Kepikiran bikin full AU dari part ini, oke ga yaa??
YOU ARE READING
j's love songs - one shots compilation
Fanfictionmy days feels like a cut scenes from romantic movies that gives me butterflies and heartache; filled by your love songs; also your warmest hugs. sometimes goodbyes; that leads me back to you. to Johnny, my sunflower. (few stories came with eng and...