Sparks

132 15 2
                                    

(swipe the header to listen to the song)
🎵 Coldplay - Sparks

Dua pasang mata terekat pada masing-masing layar yang ada di hadapan mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Dua pasang mata terekat pada masing-masing layar yang ada di hadapan mereka. Jemari-jemari yang sibuk menekan tombol-tombol kecil terus beradu, seakan dikejar sesuatu untuk terus berpacu. Dahi yang mengerut tanda keseriusan tergurat di wajah masing-masing.

Sunyi menyelimuti ruang apartemen yang sudah dilahap malam. Tak ada musik ataupun suara lainnya, "tik tik tik tik tik" , hanya suara itu yang memantul dan bersautan menggema di ruangan tersebut. Hingga tiba-tiba semua sumber cahaya di sekitar mereka padam, dan menyisakan gelap dan secercah cahaya dari dua layar di depan mata mereka.

"Yaaaahhhhh, mati lampu masa???" protes wanita yang terbuyarkan konsentrasinya.

"Yaaahhh, iya nih. Lagi serius-seriusnya, mana lupa nyolokin charger laptop lagi kan dari tadi terus low bat??" seru laki-laki di hadapannya yang tak kalah keras dan kecewa.

Wanita itu menepuk kepalanya keras-keras, "HAHH, sama aku jugaaa?? Wah udah deh gagal"

"Aneh banget ya? Kenapa mati lampu siih mana ga ada pemberitahuan apa-apa dari orang apartemen??" lelaki itu menutup layar laptopnya cukup keras, raut mukanya kesal, tapi bisa apa kalau sudah begini? Karena ketika ia bangkit dari duduk dan melihat ke luar, nampak dari pintu kaca besar menuju balkon di apartemennya bahwa satu blok di sekitar terlihat sama-sama gelap. Ia hanya bisa berdiri sambil mengacak pinggang di depan kaca tersebut.

Wanita yang sedang duduk di karpet juga ikut bangkit dan menyusul lelaki yang sedang berdiri. Ia melingkarkan kedua lengannya di pinggang Sang Lelaki dan menyandarkan kepalanya di punggung yang lebar itu, "Yaudalah, John, gimana lagi coba? Kayanya emang lagi aliran satu blok gini? Lagipula kita udah berjam-jam ngetik ternyata butuh jeda, loh?" suara wanita itu cukup tenang hingga bahu tegang Johnny mengendur dan ia menghela nafas panjang,

"Iya, sih." balasnya singkat. Ia membalas pelukan wanita itu dengan memeluk kedua tangan yang bersilang di perutnya, memberikan sedikit usapan yang membuat wanita di belakangnya tersenyum.

"HUAAAHH pegel punggung tau ga sih!!" ujar wanita itu tiba-tiba melepaskan pelukannya, meregangkan punggungnya dan merentangkan tangannya selebar mungkin, "kita butuh pemanasan atau apalah itu?? Masang lagu enak kali yaa? Suasananya romantis gini masa?". Kemudian ia meraih ponselnya dan memilih lagu untuk dipasang.

Johnny belum juga membalikkan badannya, ia masih cukup kesal dengan keadaan mati lampu ini.
Bisa bisanya mati lampu padahal besok sidang preview terakhir sebelum sidang beneran , kalau laporannya ga kelar gimana nih? batinnya.

Lagu mulai terdengar dari speaker yang terhubung ke ponsel wanita itu. Nada yang lambat dan mengalun lembut mengisi ruangan yang sunyi dan hanya di terangi oleh cahaya samar gemerlap dari kota dan bulan yang cukup terang.

Wanita itu kemudian berjalan menuju tempat dimana Johnny masih diam mematung. Ia berdiri persis di depan lelaki yang tinggi semampai itu, ia mendekap kedua pipi Johnny dan mendekatkan wajahnya dengan wajah wanita tersebut. Lamunan Johnny seketika hilang dan ia otomatis membungkukan badannya karena tubuh kekasihnya yang lebih mungil, jarak di antara mereka cukup tipis hingga mereka bisa menyandarkan kening masing-masing saling merasakan hangat nafas yang bergantian.

"Aku tau kamu khawatir banget soal sidang besok, tapi kamu ga sendirian ko," ucap wanita itu, jemari lentiknya mengusap kulit pipi Johnny yang agak hangat dengan lembut hingga ia memejamkan matanya. Sudah lama dirinya belum setenang ini dalam beberapa waktu belakangan. Pikiran dan batinnya selalu disibukkan dengan tugas akhir yang mengejarnya,

"Kamu akhir-akhir ini grumpy banget, terus aku suka bingung gimana caranya biar kamu tenang." wanita itu menjauhkan wajahnya sedikit agar bisa melihat dengan seksama wajah lelaki yang sangat ia cintai di hadapannya. Ia masih mengusap pipi Johnny dengan lembut, dan Johnny masih memejamkan matanya, "Walaupun kamu ga ngomong apa-apa dan kaya ga nunjukkin apa-apa, aku udah kenal kamu lama loh? Aku tau banget kamu lagi banyak pikiran."

Johnny membuka matanya pelan, ia hanya bisa membalas semua yang wanita itu ucapkan dengan seulas senyum. Ia meletaknnya tangannya yang lebar di pipi wanita itu, kemudian mengecup bibir lembut yang ada di hadapannya dengan cepat, "Kapan ya aku bisa boong sama kamu?" tawa dari keduanya lepas, kemudian suasanya ruangan itu menjadi lebih ringan dari sebelumnya.

Johnny menegakkan badannya dan merengkuh tubuh wanita itu dengan penuh dan hangat. Mereka berbalas peluk, dan terdiam dalam alunan lagu. Mereka berdansa dalam pelukan. Mengayun dengan langkah yang kecil, ke kanan dan ke kiri. Johnny mengistirahatkan kepalanya di atas punuk kepala wanita yang dipeluknya, dan senyum paling manis tergurat indah di wajah wanita itu.

But I promise you this
I'll always look out for you
Yeah, that's what I'll do.

"John?"

"Hmm?"

"Nanti kita sidang, terus lulus, wisuda, ketemu dunia beneran. Kita masih bakalan kaya gini ga ya?" pertanyaan itu terdengar penuh ragu, tetapi wanita itu sungguh bertanya-tanya. Apakah dunia yang berat yang akan mereka hadapi nantinya akan tetap memihak mereka untuk terus berjalan bersama?

"Kalau kamu terus percaya sama aku, kayanya bisa aja. Aku ga bisa janji sih,"

"Gapapa, jangan janji janjiin sesuatu yang ga bisa ditepatin, John. Soalnya orang bisa pergi kapan aja," suara wanita itu terdengar sedikit kecewa, tapi ia tau pasti bahwa masa depan memang merupakan ladang ketidakpastian.

"Tapi, sayang," Johnny mengusap lembut kepala wanita dipelukannya, "aku bisa janjinya cuma bakalan terus sayang sama kamu. Entah nanti bentuknya bakalan gimana, putus atau lanjut terus; kamu bakalan jadi orang yang aku sayang. Kadarnya aja yang mungkin beda nanti, atau mungkin surut di paling dasar. Tapi rasanya akan ada disitu selalu."

"Ko bisa tau kamu bakalan selalu sayang?" suara wanita itu pelan, seakan berbicara pada dirinya sendiri;

"Sekalinya kamu sayang sama orang segininya, percaya deh sama aku, orang itu ga akan pernah bener-bener pergi dari diri kamu. Semoga kamu atau aku ga harus sama-sama pergi, ya."

Lagu yang mengalun, gemerlap cahaya perkotaan yang terpantul dari kaca, tubuh mereka kembali mengayun pelan; ke kanan ke kiri, hingga Johnny memeluk tubuh mungil itu lebih erat dan berputar. Gelak tawa memenuhi ruangan, tak lama disusul dengan ciuman yang hangat dan manis.



My heart is yours
It's you that I hold on to
Yeah, that's what I do

And I know, I was wrong
But I won't let you down
Oh, yeah, yeah, yeah, I will, yes, I will

I say "Oh"
I cry "Oh"

Yeah, I saw sparks...

j's love songs - one shots compilation Where stories live. Discover now