(swipe the header to listen to the song)
🎵 Bruno Major - Figment of My Mind
Crystal kaleidoscopes were singing blue in green
Realer than real in front of me
If only you could see what I could see。
"Ga ada orang yang harusnya lebih sayang kamu daripada diri kamu sendiri" ucap Johnny selembut mungkin,
namun gadis itu tetap tidak mau melihat wajah di hadapannya, "Iya sih. Tapi ga ada salahnya kan untuk pengen bisa ngerasain gimana rasanya dicintai sebesar itu?"
"Gak salah ko, cuma kalau terlalu berharap gitu biasanya cuma kecewa aja yang kamu dapet, soalnya ekspektasi kamu jadi tinggi. Padahal ga semua orang cara mencintainya sama kaya kamu, padahal menurut mereka itu udah yang paling stengah mati."
"Tapi kalau ga tulus tetep kerasa ko, mau caranya sama atau engga. Masalahnya bukan caranya, tapi kerasa sama kitanya gimana.." gadis itu menahan agar nadanya tidak kelepasan menyiratkan amarah, tapi Johnny tahu persis apa yang sedang terjadi. Ia hanya tersenyum dan berusaha berargumen selembut mungkin,
"Aku masih ga setuju. Soalnya kemarin aku dateng telat ke opening toko kamu, kamunya marah 2 hari. Padahal kamu gak tau kalau aku sempet muntah-muntah dulu di rumah jadi aku minum obat dan nunggu stengah jam buat mastiin aku ga akan muntah lagi. Kan gak lucu lagi banyak tamu aku hoek-hoek kaya hamil."
"Hah?" gadis itu nenghentikan aktivitasnya begitu saja, menjatuhkan setumpuk kertas hias di tangannya dan melihat ke arah Johnny tajam. Lelaki itu masih merapikan rangkaian bunga di hadapannya tanpa membalas tatapan gadis itu. Ia meneruskan kalimatnya,
"Bunda sampe nyuruh aku ke UGD dulu sebelum ke kamu tapi aku nolak sampe berantem dulu sama Bunda. Dia sampe ngeyakinin buat dateng sendiri ke opening dan nyampein kabar ke kamu. "
Gadis itu mematung, mulutnya menganga selebar mungkin. Johnny menangkap ekspresi itu lalu tertawa lepas,
"KOK KAMU GA BILANG???" gadis itu berteriak sejadi-jadinya sampai Johnny reflek meletakkan telapak tangannya di mulut gadis itu,"Gak usah teriak dong cantik, udah malem nanti disamperin satpam disangka ada maling" ucapnya lembut, berusaha untuk tidak tertawa.
Ia menepis telapak tangan Johnny dengan keras hingga lelaki itu menyerinyit kesakitan,"Ya kamu sih..." balas gadis itu dengan nada yang lebih tenang,
"kenapa gak bilang kalau kamu sakit?? Kamu sakit apa? Kan aku gak bakalan neror kamu kemarin. Kamu gak dateng juga gapapa kalau gitu""Dih, bohong. Pasti sampe kapan taun kamu bakalan bahas-bahas aku gak dateng ke opening toko kamu. Lagipula itu penting banget masa aku lewatin gitu aja sih?"
"Pantesan kemarin kamu sepanjang opening sampe nganter aku pulang malem kamu agak pucet terus gak seceria kaya biasanya..." semakin lama nada bicaranya semakin pelan dan tidak terdengar, seperti bicara dengan diri sendiri, "Pantesan Bunda kamu keliatan ngeliatin kamu terus walaupun Bunda banyak ngobrol sama yang lain. Kenapa Bunda gak bilang...."
Lelaki itu kembali tertawa melihat perubahan sikap gadis yang dari gemuruh tiba-tiba menjadi angin yang senyap. Johnny menjauhi rangkaian bunga yang sedaritadi disusunnya kemudian berjalan ke arah gadis itu, memeluknya erat dari belakang,
"Yaudah gapapa gak usah dipikirin. Tapi itu jadi salah satu contoh kalau cara orang mencintai itu beda-beda dan dengan cara yang beda itu belum tentu rasanya kurang dari apa yang kamu tau."
Gadis itu kemudian memutar tubuhnya dan membalas peluk yang melingkarinya, "Maaf John. Tapi serius kenapa kamu gak bilang sih?"
"Kamu udah stress banget mikirin toko sama persiapannya lama banget ntar malah makin dongo mikirin aku sakit sampe kaya sekarat kemaren. Aku juga ngancem Bunda gak bilang ke kamu, tapi kalau soal itu dia paham soalnya gak mau bikin kamu khawatir juga."
"Ngancem gimana?" gadis itu melonggarkan pelukannya dan melihat ke arah mata Johnny yang lebih tinggi darinya. Johnny melepaskan kedua lengannya dari pinggang di hadapannya, kemudian berdiri konyol,
"Kalau lo bilang-bilang, gua sebarin rahasia kalau lo sebenernya buka praktek santet" nada bicaranya dibuat lebih cempreng, dan gadis itu tertawa sejadi-jadinya,
"Ngarang ah! Yang ada kamu nyantet aku biar naksir kan terus nipu-nipu aku biar tahan bertaun-taun sama kamu."
"Itu kerjaan Bunda juga, aku cuma client setia."
"Sampe reputasi Bunda jadi aneh di mata aku kamu tanggung jawab,"
"Ya Tuhann.. ini aja becanda. Unless.."
Mereka kembali tertawa.
Percakapan demi percakapan masih menyelimuti hingga terdengar samar dari luar ruangan kaca yang penuh dengan bunga dan aroma teh hingga lebih larut dari seharusnya, menjadikannya ramai walaupun sudah tidak ada pelanggan dan sinar matahari yang menghangatkan suasana.
YOU ARE READING
j's love songs - one shots compilation
Fanfictionmy days feels like a cut scenes from romantic movies that gives me butterflies and heartache; filled by your love songs; also your warmest hugs. sometimes goodbyes; that leads me back to you. to Johnny, my sunflower. (few stories came with eng and...