Chapter 12: Clarification

1.4K 239 32
                                    

Sasuke duduk dalam diam, ditatapnya Naruto yang terbaring lemas di atas bangsal rumah sakit. Pikirannya melayang, memikirkan bagaimana ia harus bersikap sampai tiba-tiba Naruto membuat matanya.

Sasuke menegakkan tubuhnya ketika Naruto mendudukkan dirinya secara perlahan. Ia nampak mengedarkan pandangannya ke sekeliling, dilihatnya Sasuke dengan ekspresi bingung.

"Aku dimana?" tanya Naruto.

"Bukan nerakakan?! Kenapa aku bertemu denganmu di neraka?!" ucap kaget Naruto ketika ia tersadar.

"Kau masih di dunia Dobe," ucap Sasuke membuat Naruto mengelus dadanya, sebuah reaksi yang cukup membingungkan.

"Kenapa kau melakukan ini?" tanya Sasuke dengan suara beratnya membuat Naruto menatapnya.

"Melakukan apa?" tanya Naruto dengan tanpa dosanya.

"Bunuh diri, kau tahu? Hadits Nabi saw yang diriwayatkan muslim, barangsiapa yang bunuh diri dengan besi, maka besi yang tergenggam di tangannya akan selalu ia arahkan untuk menikam perutnya dalam neraka Jahanam secara terus-menerus dan ia kekal di dalamnya. Barangsiapa yang bunuh diri dengan cara meminum racun maka ia akan selalu menghirupnya di neraka Jahannam dan ia kekal di dalamnya. Barangsiapa yang bunuh diri dengan cara terjun dari atas gunung, maka ia akan selalu terjun ke neraka Jahanam dan dia kekal di dalamnya," ucap Sasuke membuat Naruto mengangguk-anggukan kepalanya.

"Aku pernah mendengarnya, orang yang mati karena melakukan bunuh diri akan masuk neraka dan kekal di dalamnya," ucap Naruto menambahi.

"Eh tunggu dulu, kau mengatakan aku bunuh diri?" tanya Naruto membuat Sasuke mengangguk pelan.

"Kau gila ya?! Aku tidak mungkin melakukan hal itu!" ucap Naruto tak terima membuat Sasuke bingung.

"Cih....., jadi begini kisahnya...."

Flashback on...

"Kau benar-benar memalukan keluarga ini?!" ucap Kushina tak berhenti mengomel di dalam kamar Naruto yang mulai pusing mendengarnya.

"Bu, aku tidak tahu jika Sasuke dan Sakura sudah menikah! Ibu pikir aku mau seperti ini," ucap Naruto tak ingin disalahkan.

"Begitukah? Kau jelas-jelas melihat mereka selalu bersama tapi masih berpikir mereka bukan pasangan suami istri? Lalu karangan cerita gila apa lagi tadi?!" ucap Kushina marah.

"Ibu juga kenapa mau saja diajak melamar Sakura," cicit Naruto pelan sampai ingin rasanya Kushina meramas-ramas wajah putra tunggalnya itu.

"Argggg...!! Kau membuat darah ibu naik terus Naruto?!!!" ucap Kushina marah dengan rasa kesal yang bercampur menjadi satu.

"Sudah sudah hentikan ini, sebaiknya kita istirahat ya sudah malam," ucap Minato menengahi.

"Tidak bisa begitu," ucap Kushina yang kembali ingin mengomel sampai Minato harus menggendongnya keluar kamar Naruto.

"Dasar Ibu, pikirnya hanya aku yang salah apa disini? Dia juga salah!" ucap Naruto dengan decakannya.

"Teme juga keterlaluan, tidakkah ia tahu aku ni sangat sangat mencintai Sakura. Dia dengan seenak otaknya menikahi Sakura, tidak bicara padaku terlebih dahulu. Apa-apaan mereka itu! Pulang-pulang sudah menikah. Tapi untunglah pulang-pulang baru menikah belum hamil, kalau Sakura sudah hamil akan kubotaki kepala Sasuke, enak saja dia menikah tidak mengundangku. Dia pikir aku ini siapa? Aku ini Uzumaki Naruto, sahabat baiknya belum lagi yang ia nikahi itu bucinanku," ucap Naruto sibuk mendumel sampai ia tak sadar jika ia menyenggol sebuah meja, membuat gelas kopi di atas sana tumpah.

"Nah gara-gara Sasuke ini gelasnya jatuh, memang pembawa sial dia," ucap Naruto dengan decakannya.

Dengan malasnya Naruto keluar kamar, mengambil pel namun sebelum itu ia mau mengambil pembersih lantai aroma jeruk terlebih dahulu. Dan ketika ia mengangkatnya botol pembersih lantai itu langsung jatuh karena licin membuat isinya tumpah kemana-mana.

"Aduh gawat ini?! Bagaimana ini?!" ucap panik Naruto, takut sekali jika ia akan diomeli oleh ibunya lagi. Buru-buru Naruto mengambil gelas, meletakkan tumpahan pembersih lantai ke dalam gelas itu lalu membawanya kabur ke dalam kamar. Diletakkannya di atas meja dekat pintu.

"Naruto," ucap Kushina yang tiba-tiba muncul dari balik pintu membuat Naruto kaget.

"A-ano itu Bu," ucap Naruto gugup sementara Kushina menghela nafas panjang.

"Sudahlah nak, tak apa jika tak bersama Sakura. Ada banyak wanita baik lainnya di luar sana," ucap Kushina membuat Naruto terdiam.

"Iya Bu, aku mengerti," jawab Naruto.

"Tidurlah, ini Ibu buatkan jus jeruk," ucap Kushina sambil meletakkan gelas di samping gelas pembersih lantai tadi. Ia kemudian menutup pintu dan pergi.

Tiba-tiba ponsel Naruto berdering membuat ia buru-buru mengangkat panggilan telepon dan ternyata itu adalah panggilan telepon dari jasa peminjaman uang. Naruto pun mulai sibuk mendengarkan walaupun ia tak berminat sama sekali.

Pada akhirnya Naruto menutup panggilan telepon itu secara sepihak sampai rasa haus pun datang. Secara asal-asalan ia mengambil gelas di atas meja dekat pintu lalu meneguk isi gelas itu secara perlahan.

"Kenapa rasanya?" ucap Naruto merasa aneh kemudian menatap meja, melihat jus jeruk buatan ibunya masih ada di sana.

"Itu jus jeruk," ucapnya bingung sambil menunjuk jus itu dengan jari telunjuknya.

"Kalau ini?" tanyanya sambil menatap gelas yang ia pegang.

"Pembersih lantai?!" pekiknya yang kemudian langsung pingsan sampai tak lama kemudian busa keluar dari mulutnya.

Flashback off...

Mendengar kisah yang baru saja Naruto sampaikan pun membuat Sasuke ada perasaan untuk memukulnya. Karena tingkah bodoh Naruto sudah menyebabkan kehebohan di Konoha, membuat ia berpikir berlebihan.

"Lekas sembuh lalu aku akan membuatmu kembali masuk kemari," ucap Sasuke pergi meninggalkan Naruto sendiri.

"Heh eh? Hei apa maksudmu?!" ucap Naruto namun Sasuke mengabaikannya.

Tak lama kemudian Hinata masuk dengan wajah yang begitu kacau karena air mata. Perempuan lembut dengan hijab panjang itu pun berdiri di samping bangsal Naruto.

"N-naruto, alhamdulilah sudah sadar," ucapnya terlewat bahagia, hampir saja ia kehilangan orang yang ia cintai.

"Ah terimakasih sudah datang," ucap Naruto.

"Bisakah kau tidak melakukan hal seperti ini? Kau membuat aku hiks hiksss hikssss," ucap Hinata yang tak bisa melanjutkan kata-katanya dan malah menangis.

"Hinata, bisakah kau berhenti menangis? Aku baik-baik saja, lihat," ucap Naruto membujuk Hinata untuk tidak menangis.

"Aku tahu kau cantik ketika menangis," ucap Naruto membuat Hinata berhenti menangis lalu menatapnya.

"Tapi aku tak suka melihatmu menangisiku sepanjang hidupmu," lanjut Naruto membuat Hinata bingung.

"Hinata, menikahlah denganku." Ucapan paling tak terduga itu meluncur dengan mulusnya dari bibir pucat Naruto. Apa itu? Pria itu mengajak Hinata menikah? Sungguhkah?

"Setelah melewati banyak hal sepertinya aku menyadari bahwa hanya dirimu yang tertawa dengan bahagiaku dan menangis dengan lukaku," ucap Naruto membuat Hinata menundukkan kepalanya.

"Aku permisi, assalamualaikum," ucap Hinata buru-buru pergi membuat Naruto bingung, bingung dengan respon itu.

"Perempuan itu memang membingungkan," ucap Naruto.

Konoha Ramadhan II Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang