Ketika Teman Menjadi Sandaran

186 19 0
                                    

Malam ini Rara bermalam dirumah Putri tentunya. Dia butuh waktu untuk menenangkan dirinya dari keluarga nya yang tidak pernah memperhatikan nya. Dia rasa dia lebih baik tinggal bersama Putri, berdua bersama Putri.

"Putri!!" pekik Rara saat Putri hendak merebahkan tubuhnya dan akan mengistirahatkan fikiran dan hatinya. Putri kembali duduk dan menaikkan kedua alis nya, bertanya kenapa beteriak?. "Ck!! Aku kesini mau banyak cerita sama kamu. Kok kamu malah mau tidur sih"

"Rara, kamu mau cerita apa lagi?? Aku bosen denger curhatan kamu. Toh cerita nya juga itu itu aja, jadi jawaban aku pun akan tetap sama. Jangan__"

"Putri!! Pulang sekolah aku denger papa teriak dan mama nangis. Apa itu biasa??"

Putri langsung duduk dengan tegap saat dia sudah membaringkan tubuh nya. Dia mengamati wajah Rara dan dia tidak menemukan kebohongan dimata Rara. Dia mengambil bantal kesayangan nya dan menyimpan nya dikakinya yang sudah menyilang, dan menyangga dagunya dengan kedua tangan nya yang sudah bertumpu pada bantal. "Nangis? Tumben mama kamu nangis. Kenapa?"

"Makanya itu. Aku juga gk tau. Aku takut karna ini mereka pi__"

"Ucapan adalah do'a, apalagi kamu anak nya. Jangan ngomong macem² Rara!!!" tekan Putri setelah dia memukul bibir Rara yang bicara dengan seenaknya itu.

Rara mendesah kesal lalu duduk di sofa yang berada disamping tempat tidur Putri. Dia duduk menyilang seperti Putri dan bersedekap dada. "Kamu enak jauh dari orang tua dan gk punya kakak. Kamu gk pernah tau perasaan aku saat mereka adu mulut, kamu gk pernah ngerasain takut saat mereka bertengkar dan yang ada di fikiran kamu mereka akan pisah. Kamu gk pernah tau itu, Put!!" Rara menghembus kan nafas nya secara kasar dan Putri memandang Rara dengan tatapan tidak suka nya karna ucapan Rara. Dia masih menutup rapat bibirnya karna dia tau Rara akan melanjutkan ucapan nya. "Dan kamu gk akan pernah ngerasain dibentak dan diteriakin sama kakak kamu setiap hari."

Putri berdehem lalu bangkit dari duduk nya dan berjalan menuju jendela dihadapannya yang masih terbuka, menampakkan pemandangan indah ibu kota. Tapi ini tak seindah jalan kehidupan teman nya. "Kamu salah, Ra!! Jauh dari kedua orang tua itu gk enak, sama sekali ngga!!! Karna jauh dari mereka aku harus menahan rasa rindu aku ini. Dan gk punya seorang kakak juga sebenernya kurang enak, karna gk ada yang lindungi kita saat orang tua kita pergi. Harusnya kamu bersyukur karna orang tua kamu masih bisa bertahan diatas ikatan suci pernikahan nya, walaupun mereka sering adu mulut. Itu lebih baik daripada mereka harus pisah bukan? Dan bukannya karna mereka kamu ada di dunia ini? Karna mereka kamu masih hidup? Mereka kan yang kasih kamu makanan dan fasilitas yang terbilang lengkap dan mewah? Ya aku tau bukan hanya itu yang kamu butuhin, tapi coba kamu bayangin kalau mereka gk kasih kamu makan dan uang!? Apa kamu akan bisa bertahan hidup?" Rara hanya diam dan mendengarkan apa yang akan Putri ucapkan setelah ini.

Putri kemudian membalikkan badannya dan berjalan menghampiri Rara lalu duduk tepat di hadapan Rara. "Aku udah bilang, aku emang gk pernah ada di posisi kamu, tapi aku juga udah bilang kalau aku tau perasaan kamu saat ini."

"Aku mau tinggal disini dulu. Aku butuh tempat dan waktu untuk nenangin hati dan fikiran aku. Aku gk bisa terus di tekan di rumah. Aku gk bisa terus terusan denger mereka berantem, aku gk mau__"

"Kamu harus selesain masalah kamu!! Bukan malah lari dari permasalahan kayak gini!! Kamu bodoh kalau kamu lari, Rara!!" tekan Putri dengan suara yang tertahan dan mata yang menajam. Karna baru kali ini Rara mengeluh dengan sangat, sampai dia mau lari dari masalah nya. "Kalau di dalam satu keluarga ada masalah, harus ada satu orang yang mau ngalah, harus ada satu orang yang mau selesain masalah nya, harus ada satu orang yang mau bicara baik baik!! Dan disini, kamu harus bisa jadi penengah dari mereka!! Kamu harus bisa bicara baik baik sama mereka!! Kamu harus bisa bikin mereka kembali lagi seperti dulu!! Kamu boleh dibilang bocah sama kakak kamu, tapi kamu harus bisa buktiin sama dia kalau bocah nya ini udah dewasa dan bisa buat hubungan orang tua nya kembali membaik seperti dulu."

Ketika Teman Menjadi Sandaran ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang