The fanatic

32 7 3
                                    

"Widih apaan tuh" Willy menepuk pundak Atlan yang sedang duduk termenung dibangku kelasnya sambil memperhatikan sekotak hadiah kecil dengan pita biru di atasnya.

"Boleh juga lo baru berapa hari masuk udah banyak fansnya" Ujar Delon yang dari tadi sudah duduk di belakang Atlan sambil memainkan game kesayangannya.

Atlan tak menyahut kedua temannya itu, ia tetap fokus memperhatikan hadiah kecil yang ia terima beberapa hari yang lalu

"Kira kira apaan ya isinya?" Gumam Atlan sambil terus memainkan kotak kecil itu.

"Lo mau tau?" Kata Willy sambil menarik kursi yang ada di dekatnya ke arah Atlan.

"Hooh apaan?" Tanya Atlan penasaran.

"Beneran mau tau?" Ujar Willy serius.

"Beneran anjir!"

"Ya di buka goblok!" Willy memukul geram kepala Atlan. Ternyata orang ini bukan cuma bodoh tentang percintaan, ya.

"Betul juga" Atlan mengusap kepalanya sambil terus menatap kotak itu.

"Betul betul pala lo betul! Cepet buka!"

Atlan mencoba membuka hadiah itu, ia membolak balikkan kotak yang sudah sedikit penyok di bagian pinggirnya karena terlalu lama berada di dalam tasnya itu. Maklum, dia lupa kalau pernah di beri hadiah.

"Cepetan anjir lama bener buka kotak doang!" Geram Delon yang sejak tadi telah mengakhiri permainannya dan memilih untukk bergabung.

"Ini.. Gimana cara bukanya njir?"

****

'Salah gue disini apa?' Batin Zara, sambil menggendong tas ranselnya, ia berjalan melewati koridor sekolah dengan pikiran yang entah kemana, membayangkan kejadian yang terjadi semalam.

Arlena
|Gue mnt lo jauhn Atln skrg jg.

Bugh!

"Eh sorry, gue nggak perhatiin jalan tadi." Ucap Zara, ia merutuki dirinya sendiri karena tidak fokus ke jalan.

Gadis yang di tabraknya itu mengerutkan alisnya tak suka, menatap sinis ke arah Zara kemudian membuang muka. Melanjutkan langkahnya tanpa peduli dengan raut wajah bingung milik Zara.

"Apa sih?" Zara menggelengkan kepalanya, memilih untuk tak ambil pusing dengan kejadian yang baru saja di alaminya.

"Zara!" Gadis itu menoleh, tersenyum melihat siapa orang yang kini melambaikan tangannya sambil tersenyum sumringah.

"Hai!" Zara membalas melambaikan tangannya.

"Cewe cantik jalan sendirian aja" Goda Atlan, Zara membulatkan matanya, kemudian memukul pelan bahu Atlan.

"Apa sih!?" Atlan tertawa dengan hebohnya.

"Cie yang senyum senyum sendiri" Atlan berlari sambil terus menggoda Zara, ia merasa pipinya seakan terbakar sekarang, ia malu.

"Atlan!" Menyusul orang menyebalkan itu, ia mengejar Atlan sambil terus mengeluarkan sumpah serapah dari mulutnya.

"Eitt.. Ada yang lagi kasmaran nih!" Ujar Reval, Zara yang berniat melanjutkan kegiatannya mengejar Atlan menghentikan langkahnya. Menatap Reval sambil mengatur napasnya.

"Duduk dulu, gue ambilin minum di dalem" Kata Reval, ia tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

Zara duduk di kursi yang tersedia di depan ruang osis sambil mengibas kibaskan tangannya.

"Nih" Reval menyodorkan segelas air kepada Zara, gadis itu tampak kelelahan, namun juga senang.

"Bahagia bener kayaknya" Ucap Reval.

Zara menganggukkan kepalanya, "Gatau ya val, seneng aja kalo deket orang ini"

"Ekhm.. Yaa bagus sih, tapi jangan lupa lo udah punya pawang!" Reval tertawa renyah, Zara terdiam. Yang di katakan Reval benar, dia masih punya Gevan, dan dia nggak mau kalau hubungannya akan retak karena ini.

Bahkan sekarang, dia sendiri bingung dengan dirinya sendiri. Akhir akhir ini Gevan tidak memiliki banyak waktu bahkan hanya untuk sekedar mengobrol santai dengannya. Dia tau betul bagaimana sibuknya Gevan untuk pertandingan basket yang harus di siapkannya, tapi–

Zara kan kangen, dia kesepian.

Sedangkan yang ada sekarang yaitu Atlan, cowok yang sedikit demi sedikit mulai mengalihkan perhatiannya, juga mungkin..

hatinya?

Entahlah, ini semua begitu rumit.

"Woy!" Reval menjentikkan jarinya di hadapan Zara, gadis yang tengah melamun itu terkejut sambil mengerjapkan matanya.

Sampai ia teringat sesuatu.

"Eh val, lo kemaren kasih id gue ke siapa?"

Reval mengangkat kedua alisnya, menggaruk tengkuknya sambil meringis kikuk.

"Itu.. Sorry ya ra, gue terpaksa–"

"Karena lo diancem bakal dipalak 5 rebu? Cupu!" Potong Zara, geram sekali dengan Reval.

"Ya maap" Ringis Reval sambil menampilkan gigi giginya.

"Jadi lo kasih ke siapa id gue?"

"Oh itu, ada adek kelas minta. Itu cewe galak banget, ngeri gue. Namanya Arlena pricilla" Jelas Reval.

"Ooh jadi bener, dia yang ngechat gue semalem. Kalo boleh tau, dia siapanya Atlan val?"

Reval mengerutkan alisnya, "Mana gue tau! Gue kan bukan bapaknya"

"Ish! Bodoamat!" Zara bangkit dari duduknya kemudian berlalu dari hadapan Reval.

"Btw.. thanks ya minumnya!"

Bel sekolah akan berbunyi beberapa menit lagi, Zara yang masih berada di luar kelas dengan menggunakan ransel itu bergegas menuju kelasnya.

"Huhh, pagi pagi kerjaan gue udah lari larian aja!" Omel Zara.

"Ngapa si? Cape bener kayaknya?" Tanya Manda, Amanda Farasya. Teman sebangku sekaligus sahabat Zara yang masih Setia dengan statusnya yang menjomblo. Baginya jomblo itu berarti kebebasan dan kebahagiaan abadi. Asal nggak kelabasan aja.

"Gue abis kejer kejeran sama Atlan" Zara mengipasi wajahnya dengan buku yang baru saja ia keluarkan dari dalam tasnya.

"Kok bisa?" Manda mengalihkan fokusnya dari buku buku yang tadi ia tata.

"Dia ngegodain gue!" Zara memanyunkan bibirnya, tapi tak lama ia kembali menarik ujung bibirnya,

"Hehe.. Tapi suka" Katanya sambil menangkupkan wajahnya.

"Dih apaan lo! Gevan mau di kemanain!?" Manda mendelik, memang salah satu temannya ini sudah mulai memasuki zona gila.

"Gatau, bingung gue juga" Ucap Zara.

"Ra.. Ra, gue aduin Gevan lo!"

"Eitt! Iya iya, tenang aja gue ini setia"

Zara meringis, tapi.. dia baru saja merasa, ada sebuah debat antara ucapan dan hatinya.

Hal yang begitu kontras, yang ia sendiri tidak tau apa penyebabnya.

🍂🍂🍂🍂


- Lee -

ATLANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang