Temu

144 31 18
                                    

"Tumben sekolah? Kesambet apa Lo?" Tanya Willy, mereka sedang duduk di rooftop sekolah sekarang.

Begini jadinya jika Atlan masuk sekolah, mereka tidak pernah masuk kelas dan berakhir di dekat gudang belakang atau disini sekarang, entah itu hanya sekedar mengobrol atau merokok.

Yang di tanya malah meringis, "Pengen aja."

"Dih?" Willy mengangkat sebelah alisnya, melayangkan tatapan aneh kepada Atlan.

"Nenek lo gimana? Sehat?" Sekarang Delon yang bertanya.

"Sehat lah, siapa dulu yang ngurusin," Ujar Atlan dengan gaya sombongnya, ia menaik turunkan alisnya.

"Halah! Kalo gue yang ngurus pasti nenek lo udah bisa naek motor!"

Willy ngakak, "Anjir ga kebayang nenek Atlan naek motor!"

"Receh bener lo anjir! Sini gue beli humor lo!" Ujar Delon seraya menoyor kepala Willy, heran dengan selera humor temannya yang terlalu rendah ini,

"Tapi-" Ucapan Atlan terpotong saat terdengar suara yang sangat mereka kenal.

Mereka semua menoleh kearah pintu masuk, mendengar derap langkah yang kian mendekat, kemudian bertatapan satu sama lain.

"Ngumpet!" Ujar Willy sedikit berbisik,

Panik, mereka semua mencari tempat bersembunyi dengan gaduh, kecuali Satria.

Ia tau semua itu hanya sia sia, karena disini benar benar hanya pelataran luas dan ada beberapa kursi rusak yang ditumpuk, tidak ada gunanya bersembunyi.

"Sat, andai kita berhasil ngumpet dan lo ketangkep, jangan bawa bawa kita oke?" Ujar Delon yang sedang tiarap.

Satria hanya melirik kearah Delon sekilas, kemudian melangkahkan kakinya menuju pintu rooftop itu.

"Sat mau ngapain!? Sat!" Panggil Delon tanpa suara.

Satria terus berjalan menuju pintu itu, mengabaikan panggilan Delon dan segala sumpah serapah yang di keluarkan oleh mulutnya.

Ia membuka pintu itu, keluar dari rooftop dan langsung menutupnya.

Delon yang melihat kejadian itu tercengang. Satria itu, selalu bersikap tak acuh dan dingin, tapi disaat genting seperti ini entah kenapa ia bisa menjadi andalan, dasar Satria.

"Kita selamat." Kata Delon tanpa mengalihkan pandangannya dari pintu rooftop yang tertutup itu.

Atlan dan Willy mendekat kearah Delon, menatap kearah yang sama,

Atlan meringis, "Temen lo itu, emang unik."

------

Satria menutup pintu rooftop itu, sedikit tersentak saat pak Johan tiba tiba muncul di depannya dengan tongkat yang selalu dibawanya, menjadi ciri khas dari guru killer itu.

"Ngapain kamu disini?" Tanya pak Johan sambil sedikit melongok ke belakang Satria.

"Saya.. ngejar kucing pak," Ujar Satria ragu, matanya membesar saat berbohong, seperti anak kecil.

"Tapi ini kan masih jam pelajaran, kamu bolos!?" Bentak pak Johan.

Satria mengerjapkan matanya, memikirkan kata kata yang tepat.
"S-saya.."

"Pasti kamu sama si Atlan kan? Sama temen temen kamu itu?" Satria menggelengkan kepalanya cepat, pak Johan menghela napasnya, melangkahkan kakinya, berniat membuka pintu rooftop itu.

"Bapak di panggil untuk rapat keruang guru!"

Pak Johan menoleh, melemparkan tatapan tidak percayanya.

"Bapak ga denger pengumumannya? Emang suaranya agak kecil sih," Satria menggigit bibir bagian dalamnya,
"I-iya, agak kecil." gumamnya sambil mengangguk ragu.

Pak Johan berbalik, tanpa melepaskan tatapannya dari Satria,
"Terus kamu ngapain masih disini? Ayo masuk ke kelas!"

"I-iya pak, ayo."

Mereka berjalan meninggalkan tempat itu, Satria sesekali melirik kearah pintu itu, menghela napas lega, kemudian melanjutkan langkahnya.

------

Atlan berjalan ditengah koridor sekolah yang ramai itu, jam istirahat sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu. Entah kemana teman temannya itu sekarang.

Langkahnya terhenti saat matanya menangkap seorang gadis yang berdiri tak jauh dari tempatnya, sedang menonton permainan basket yang berlangsung di lapangan indoor itu, salah satu alasannya untuk sekolah.

Tidak bukannya Atlan tertarik, ia hanya penasaran.

Ehm iya, hanya penasaran.

"Dia nonton apa ngelamun sih?" Gumam Atlan.

Matanya tak sengaja menangkap bola basket yang melayang kearah gadis itu.

Ia melebarkan matanya, "Woi awas!"

Atlan yang panik langsung berlari kearah gadis itu, mendorong gadis itu bersama dengannya, terjatuh dengan posisi Atlan yang berada diatas gadis itu.

Tatapan mereka beradu, tanpa disadari Atlan mengucapkan apa yang ada di pikirannya, "Cantik."

"Sayang kamu ngga papa?" Tanya seorang laki laki dengan bola basket yang berada di tangannya, wajahnya sedikit khawatir.

Sadar dari lamunannya, Atlan cepat cepat memperbaiki posisinya, tunggu, apa katanya?

"Sayang?"

Gadis tadi bangun dibantu oleh laki laki yang tadi memanggilnya 'sayang' itu, "Aku nggak papa," Jawab gadis itu.

"Makasih," Ucapnya sambil tersenyum.

Atlan mengangkat kedua alisnya, "I-iya sama sama," Jawab Atlan, jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya.

Aduh jantung gue, senyumnya manis pisan euy

Atlan tersenyum, melupakan keberadaan laki laki yang berdiri disamping gadis itu, yang kini sedang menatap tajam Atlan.

"Oh iya, makasih udah nolongin, gue Gevan, pacarnya Zara."

🍂🍂🍂🍂






- Lee -

ATLANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang