surrogate

474 108 22
                                    

Hari pertama untukku tinggal di mansion Tuan Oh bejalan baik, tidak ada kegiatan yang berarti sampai hari menjelang siang Baekhyun datang dengan membawa kabar.

Besok, tepatnya pukul sepuluh aku akan mulai menjalani pemeriksaan sebelum menjalani prosedur kehamilan.

Baekhyun bilang aku akan dibawa ke Dokter khusus yang sudah jadi kepercayaan Tuan Oh, jadi aku tidak perlu khawatir jika akan ada yang membocorkan rahasia ini.

Aku mengangguk saja, toh takkan ada yang peduli. Ah mungkin untukku begitu, tapi tidak untuk Tuan Oh, dia adalah orang dengan pengaruh besar.

"Baekhyun-ssi," Baekhyun yang semula tengah mengecek jadwal Tuan Oh menoleh dengan wajah bertanya.

Astaga kenapa wajahnya bisa seimut itu? Ah! Kyungsoo, sadarkan dirimu.

"Apa aku boleh meminjam telepon mansion? Aku ingin menghubungi seseorang," tanyaku pelan.

Sebenarnya bukan ini yang ingin ku tanyakan. Aku ingin bertanya soal siapa istri Tuan Oh dan apa alasan sesungguhnya pria itu menginginkan Surrogate Mother disaat ia bisa saja mendapatkan anak dari Istri sahnya.

Tapi setelah ku pikir sepertinya terlalu awal untukku bertanya, lagipula aku takut Baekhyun akan bereaksi sama seperti Tuan Oh sebelumnya.

Dan jika dikulik semakin dalam, tentu saja itu bukan urusanku. Iya, kan?

"Boleh. Kau mau menghubungi siapa?" tanya-nya dengan alis menukik. Ia mencurigai ku?

"Temanku. Aku hanya khawatir jika menelepon menggunakan ponsel akan bisa terlacak lokasi keberadaan ku sekarang ini," ku mohon Baekhyun percayalah.

Jantungku serasa akan lepas saat Baekhyun mengangguk begitu saja, ia terlihat tidak terlalu peduli. Syukurlah.

Aku melesat ke arah ruang tamu, menekan beberapa digit nomor kemudian menempelkan gagang telepon ke telinga.

Terdengar nada sambung beberapa kali sebelum sapaan yang terdengar saat panggilan terjawab.

"Halo," aku tersenyum kecil kemudian memberi sapaan balik.

"Kyungsoo?" tanya-nya tak yakin. Ah dia bahkan bisa mengenali suaraku.

"Eung. Apa kabar?" ku tahan sekuat tenaga isak tangis yang mendadak ingin menyeruak begitu saja saat mendengar suaranya.

Entah untuk alasan apa berbicara dengan Jieun -sahabatku- terasa begitu menyesakkan. Tentu dalam artian yang baik.

Aku merindukannya. Ia satu-satunya orang yang mau peduli padaku, mau menerimaku dengan tangan terbuka tanpa pernah sekalipun mengatakan hal buruk tentangku.

Jieun juga satu-satunya orang yang bisa ku percaya untuk membagi semua keluh kesah yang ku punya soal hidup.

Meski aku sendiri tahu jika hidup gadis itu tidak ada bedanya denganku.

Mungkin hal itu juga yang membuat kami bisa menjadi dekat. Karena kehidupan yang mirip juga nasib yang bisa dibilang cukup sama, itu akan membuatmu bertemu dengan orang-orang yang merasakan apa yang kau rasa.

Itu hanya dugaan ku saja.

"Hei bodoh! Kau ada dimana, kenapa saat aku mendatangi rumahmu kau tidak ada? Dan ponselmu juga, kenapa aku tidak bisa menelepon mu, kan sudah ku bilang ponselmu itu rusak. Sudah saatnya kau membuang benda itu!" ujarnya dengan suara lantang.

Tapi tepat setelah itu aku bisa mendengar isak kecil yang berasal dari gadis bodoh itu. Dan ku rasa aku tahu apa yang membuatnya menangis.

"Mereka. Tidak peduli, ya?" tanyaku dengan suara lirih.

Surrogacy Mother (Hunsoo x Baeksoo) GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang