Chapter One

29 6 0
                                    

^>^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

^>^

  Apa yang lebih melelahkan dari pergi ke perpustakaannya umum sekolah tanpa tujuan yang jelas?

Ya, memang. Perpustakaan tidak hanya satu di sekolah ini. Untuk setiap jurusan disediakan masing-masing satu perpustakaan. Dan seharusnya, Jisoo tahu itu. Jadi, ia tidak perlu memaksa Aura untuk pergi ke perpustakaan umum bersamanya.

Ada alasan kenapa Aura tidak mau melakukannya. Itu karena jarak dari kelasnya ke perpustakaan umum sangatlah jauh. Begini lebih jelasnya, SMA Boseok Ham terbagi menjadi dua kampus. Kampus A untuk jurusan Mipa, dan kampus B untuk jurusan Ips. Lalu ada lorong panjang yang menghubungkan keduanya. Perpustakaan Umum merupakan perpustakaan terbesar di SMA Boseok Ham. Disana tersedia beribu macam buku yang sangat lengkap dan bebas diakses oleh siswa dari jurusan Mipa ataupun Ips. Sementara itu, letaknya berada di kampus A, alias dekat dengan gedung jurusan Mipa.

Aura dan Jisoo yang berada di jurusan Ips harus menempuh perjalanan—jauh— itu selama sekitar 20 menit.

Dengan berjalan kaki. Karena tidak ada transportasi khusus yang bisa mempercepat perjalanannya.


"Sabar, sabar," Jisoo merentangkan tangannya sambil mengatur napasnya yang berantakan. "Sedikit lagi nyampe," tukasnya menyemangati dirinya.

"Ra! Tungguin!" seru Jisoo kepada Aura yang sama lunglainya namun sudah berjalan lebih dulu di depan Jisoo. Perempuan berambut panjang itu kemudian berlari kecil untuk menyejajarkan langkahnya dengan Aura.

"Lo semangat juga? Ya, ya gue tahu meskipun lo pendiam tapi lo diam-diam penasaran sama cowok-cowok Mipa, kan?" kicau Jisoo, tangannya menggandeng lengan Aura. Jisoo mengangguk-angguk, "Emang hormon remaja tuh gitu. Kadang nggak bisa di kendaliin. Tapi gue seneng karena lo bisa lebih terbuka dalam hal percintaan ke gue. Kalo lo butuh bantuan, ada gue. Tenang aja, ok?"

"Gue nggak ngomong apapun, Soo," henti Aura mulai lelah menghadapi temannya yang sangat over-ngoceh itu.

"Ya, ya. Gue sebenarnya tahu isi hati lo karena kita udah lama sama-sa—Wahh .... " Ocehan Jisoo terhenti karena melihat pemandangan baru di depannya.

Gedung dengan cat putih yang tinggi menunggu kedatangannya.

Tanpa sadar, mereka sudah sampai di perpustakaan utama.

Aura diam-diam ikut kagum dengan yang ia lihat kali ini. Ia menyenggol lengan Jisoo yang masih bergelayutan di lengannya. "Tunggu apa lagi? Ayo masuk," ajaknya.

Keduanya benar-benar masuk ke gedung besar itu.

Aura langsung pergi ke rak berisi buku-buku sejarah. Daripada ke sini tidak dapat apa-apa, sekalian saja ia mencari bahan untuk tugasnya kali ini. Kebetulan, tugas sejarah sedang menanti. Sementara Jisoo sudah pergi entah ke mana.

Aura berjalan dari rak ke rak untuk menemukan sesuatu yang menarik. Lalu netranya menangkap sesuatu yang menariknya untuk lebih mendekat. Sebuah pancaran sinar berwarna merah di belakang rak. Aura berjalan memutari rak itu untuk menemukan sumber cahaya merah itu.

Aura mematung. Matanya membulat sempurna melihat sesuatu yang ada di depannya.

Laki-laki dengan aura merah yang tiba-tiba membuat hatinya berdebar aneh.

Ini perasaan jatuh cinta. Dia jatuh cinta.

Batinnya terus menggaungkan kalimat itu.

Laki-laki dengan rambut hitam lurus itu tersenyum menatap sebuah laptop di depannya. Senyuman yang mampu membuat darah Aura berdesir sekian detik saja.

Tapi, tak hanya itu. Aura dibuat lebih membeku ketika netranya yang lain menemukan sesuatu yang lebih mengejutkan. Aura hitam yang mengelilingi laki-laki lain di sebelah laki-laki beraura merah tadi. Cengkraman jemari Aura di sisi rak buku makin kuat.

Aura itu.


Warna itu.


Aura pernah melihatnya.

Warna hitam pekat menciptakan kesan aura yang lebih menyeramkan.

Sebuah Kematian.

Kata Mama, ketika aku masih di dalam kurungan perut hangatnya aku melihat aurora merah yang indah bersamanya.

Katanya, aku akan diberi keberuntungan sepanjang hidupku.

Namun, kenapa kematian dan perasaan membeludak jatuh cinta yang selalu aku lihat?

Keduanya begitu kontras,

Namun, tak bisa menidakkan sakitnya jatuh cinta dan kehilangan.

Choi Aurora.

Choi Aurora

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Annyeonghasahi~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Annyeonghasahi~



Aura Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang