Chapter Five

11 5 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





  Aura mengeratkan jaket yang dipakainya. Malam ini hujan cukup deras. Suara ikan yang digoreng pun sampai tak terdengar oleh telinga Aura, padahal biasanya suaranya terdengar sampai kamar. Televisi di depan matanya juga menyala dengan sia-sia. Akhirnya Aura memutuskan untuk mematikannya. Lalu beranjak menuju meja makan, tepat saat Mama meletakkan piring terakhir berisi menu makan malam mereka.

"Telur gulung kesukaan Aura," ucap Mama sambil menggeser piring kecil berisi telur gulung ke dekat Aura. Gadis itu membalas dengan senyuman alih-alih berterima kasih.

"Ma, ingat Arthur nggak?" cetus Papa di tengah makan malam itu.

Mama mengerutkan dahinya, "Arthur? Kayak pernah dengar."

"Itu loh, kenalan kita pas di rumah sakit. Tujuh tahun lalu ... "

Kalimat Papa seolah terhenti di telinga Aura. Tangan kanannya yang memegang garpu sontak melemas. Sebisa mungkin tidak terlihat bergetar.

Pikiran Aura ingin pergi ke kejadian tujuh tahun lalu, namun kepalanya menggeleng, menolak melakukan itu. Karena ia tahu, itu hanya akan melukainya lagi.

Tiba-tiba, Aura teringat percakapannya dengan Jaehyuk tadi siang. Entah apa yang mempertemukan mereka di tempat yang tidak disangka-sangka itu.

"Kok bisa di sini?" Aura memang pendiam, tidak semudah itu mengeluarkan sepatah katanya hanya untuk berbasa-basi. Anehnya, saat ia menyadari bahwa dia dan Jaehyuk sudah saling berdiam diri selama lima menit, gadis itu sudah tidak tahan.

Jaehyuk menoleh, lalu terdiam sebentar. "Oooh, gue?" tunjuknya ke diri sendiri setelah menyadari bahwa yang Aura tanyakan adalah dirinya.

Aura melengos. Jadi sedikit menyesal karena berbasa-basi.

Jaehyuk tersenyum tipis. "Emang nggak boleh ya? Ini kan masih kawasan tempat gue sekolah,"

Aura tidak menjawab. Gadis itu mengesah pelan, kesal karena merasa waktunya disita secara paksa dan sia-sia oleh pemuda ini. Aura mengangkat tangan kirinya, melihat jarum jam yang terus bergerak.

"Lima menit lagi bel, kalo nggak ada yang mau diomongin—"

"Ya ampun, iya iya gue lupa," potong Jaehyuk. "Emmm, lo udah nggak apa-apa, kan?" tanyanya dengan tatapan lugu.

Aura menoleh dengan raut heran. Jaehyuk masih menatap Aura dengan penuh harap agar dijawab. Harusnya Jaehyuk tahu apa arti tatapan Aura. Serius, cuma mau bilang gitu?

Aura mendengus, ya memang harusnya ia tidak menuruti ajakan cowok ini. Aura berdiri lalu mengusap-usap rok belakangnya, memastikan tidak ada noda di sana. Jaehyuk tertegun, lalu ikut berdiri karena panik.

"Eh, kenapa? Kok nggak dijawab? Lo ... Kenapa-napa?" tanyanya masih kukuh ingin dijawab.

"Serius? Lo cuma mau tanya itu doang? Nggak penting tahu nggak. Lo masih bisa ngelihat gue di sini, artinya gue nggak kenapa-napa. Waktu gue terlalu berharga buat 'ngobrol' sama lo." Kata-kata panjang itu membuat Jaehyuk tertegun sekali lagi.

Lalu dengan pasrah membiarkan Aura berbalik dan berjalan ke pintu rooftop. Jaehyuk menarik napasnya singkat.

"Gue cuma mau tahu keadaan lo," serunya, tapi tak membuat Aura menghentikan langkahnya. "Yang lo bilang waktu itu ... " Lalu Jaehyuk melihat kedua kaki Aura berhenti.

Aura menoleh tanpa membalikan badannya. "Gue tahu lo nggak akan percaya," ucapnya. "Kayak dulu ... " lanjutnya dengan lirih.

"Gue percaya!" seru Jaehyuk, mengejutkan Aura dan membuat gadis itu membalikkan badannya tanpa pikir panjang. "Dulu, ada orang yang bilang ke gue, hal yang sama persis dengan apa yang lo bilang."

Aura tersentak. Hatinya menghangat, begitu pula dengan matanya.

"Percaya nggak percaya, semua itu hampir terjadi sama gue. Gue—"

Tepat saat air mata pertamanya menetes, Aura membalikkan badannya kembali dan berlari ke dalam. Meninggalkan Jaehyuk dan kalimatnya yang belum selesai.

"Ra? Aura? Kamu kenapa sa—"

"Tujuh tahun lalu," potong Aura membuat kedua orangtuanya tersentak kaget mendengar ucapan dari anaknya yang tiba-tiba itu.

Aura menatap kedua orang tuanya sebentar. Lalu menunduk lagi. "Ah, nggak apa-apa," lanjutnya menggeleng kecil.

Aura tersenyum ke kedua orang tuanya yang sempat menatapnya khawatir itu.

She said,  I'm fine, really.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
















Anybody's here? 👀👄

Anybody's here? 👀👄

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aura Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang