[5] Cut In

139 30 13
                                    

OoOo— Cut In —oOoO

Di sepanjang jalan Jungwon hanya terdiam, bagaimana bisa dia bertemu dengan orang itu. Dia sudah jauh berjalan tapi tetap saja bertemu dengannya. Pikirannya sungguh kacau, bagaimana dia akan hidup jika seperti?

Dia harus melakukan sesuatu, mengubah naskahnya. Dia tidak mungkin terang-terangan akan selalu menampakkan dirinya dan kembali ke kehidupan lamanya, dia tidak akan membiarkan semua itu terjadi.

"Apa yang kau pikirkan?" Jungwon tersentak mendengar penuturan Sunoo yang bisa dikatakan pelan. "Kau banyak pikiran?kau terkejut dengan ucapanku?"

"T-tidak, a-aku ingin pulang,"jawab Jungwon.

"Ah, kalau boleh tau. Siapa laki-laki yang memanggilmu tadi?"

"A-aku tidak tau,"jawab Jungwon mencoba mengelak.

"Baiklah, tidak jadi pet cafe?"

"Maaf, kurasa lain kali."

"Tidak masalah, aku akan mengantarkan mu pulang. Katakan di mana alamatmu." Jungwon berfikir keras, bagaimana dia mengatakan pada Sunoo kalau dia ingin berhenti di pinggir jalan? "Hei, di mana alamatnya?"

"Turunkan aku di minimarket depan saja,"jawab Jungwon.

"Kenapa?aku akan mengantarkan mu pulang,"ucap Sunoo bersikeras.

"A-aku harus membelikan beberapa keperluan untuk Eomma, tadi dia menitipkan sesuatu,"ucap Jungwon.

"Ah baiklah, aku akan menurunkan mu di depan, tapi kau harus jaga diri pulangnya ya?" Jungwon mengangguk antusias dengan senyuman yang masih dia pertahankan.

Mobil berhenti tepat di bahu jalan, dengan cepat Jungwon melepas sabuk pengamannya dan berpamitan dengan Sunoo. "Terimakasih,"ucap Jungwon dan mendapatkan anggukan dari Sunoo.

"Aku bersyukur mendapatkan teman sepertimu, jaga diri baik-baik Jungwonie. Terimakasih untuk perkenalannya,"ujar Sunoo sebelum akhirnya melesatkan mobilnya pulang.

Jungwon menatap ke depan, jalanan yang gelap. Untung jarak minimarket dengan rumahnya tidak jauh, hanya perlu berjalan beberapa meter dan sampai. Rumah Jungwon berada di dalam lebih tepatnya jauh di belakang minimarket.

Pandangan Jungwon yang tadinya sangat berwarna kini mulai meredup, wajahnya yang ceria berubah menjadi murung. Saat bersama yang lain dia menjadi seorang periang tapi saat sendirian dia merasakan kesepian ditambah lagi tadi, dia melihat seseorang yang dulu andil dalam masa lalu suramnya.

"Bertemu lagi kita, Yang Jungwon."

Jungwon menegang mendengar namanya dipanggil, dengan segera dia menoleh ke belakang. Sama seperti yang dia takutkan, seseorang berdiri di depannya dengan orang lain di belakang, mengingatkannya pada kejadian dulu.

"Anak miskin ya?"

"Ayah mu mana?apa aku harus memanggilkan penjual di depan sana untuk menerima laporan mu?"

"Dia bodoh, dia miskin, dia hanya benalu di sini."

Jungwon mengabaikan semua bayangan-bayangan menyakitkan itu, dia memilih terus berjalan. Sebuah tangan mendarat di bahu Jungwon, sedikit mencengkeram bahu itu dengan keras.

GREEN SCREEN | JUNGWON YANG [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang