Purnama benderang, bintang gemerlapan. Diiringi kumandang takbir dan radio di atas kulkas yang santer menyiarkan lagu-lagu islami, Amon melantunkan puja-puji kehadirat Tuhannya. Sesekali ia ikut bersenandung. Bergumam menyanyikan lagu bertema lebaran yang menemaninya berkutat di dapur.
Ramadan akan usai beberapa jam lagi. Malam itu adalah persiapan merayakan hari Idul Fitri. Sebagai tetangga yang baik, tentu saja Amon tidak akan melewatkan kesempatan untuk berbagi kebaikan di hari yang fitri. Jadilah ia memasak dalam porsi besar untuk dibagi-bagikan pada tetangga satu apartemennya. Nasi rempah sedang ditanak. Roti goreng sudah siap tertata di keranjang. Daging domba sebagai pelengkap fattah bel mozah-nya [1] pun sebentar lagi matang.
Aromanya semerbak memenuhi ruangan.
Kucing-kucing peliharaannya terlihat gamang. Berkutat di dapur dengan perut keroncongan. Menatap penuh harap barangkali ada keajaiban ketika Amon melempar potongan daging domba berbumbu itu ke lantai untuk mereka perebutkan.
"Pak... lapar, pak..." sayup-sayup terdengar suara cempreng meminta makan dari belakang punggungnya.
Amon yang tidak sadar mengira suara itu datang dari salah satu kucing peliharaannya. Ia pun menjawab, "Iya, sebentar. Aku harus mengaduk ini du--- ASTAGHFIRULLAH!"
Ia terperangah dan nyaris menjatuhkan panci panas berisi fattah ketika ia menoleh ke belakang dan melihat Mstislav sudah duduk berjongkok di antara kucing-kucingnya yang mendengkur di lantai. Kapan, dari mana, dan bagaimana ia masuk apartemen Amon tanpa terdeteksi masih menjadi misteri.
"Papa~" serunya dengan nada imut. Kedua tangannya mengatung ke udara seolah minta digendong.
"Astaghfirullah, Gleb..." desah Amon pasrah sembari memijat glabella-nya.
"Lapar... minta makan, pak... Hehehe..." ujarnya cengingisan.
Usai mematikan kompor dan mencuci tangan, Amon meraih sekotak makanan kucing dari lemari. Suara kocokan makanan kering yang merupakan perpaduan ikan tuna, minyak ikan, dan daging ayam yang bergizi bagi kucing sudah cukup membuat kesembilan peliharaannya lari berebut menghampiri Amon. Sembilan--- delapan kucing dan satu peliharaan jadi-jadiannya, Mstislav.
"Mau?" tanya Amon menyodorkan kotak pakan kucing, sementara lawan bicaranya menyeringai.
"Mungkin aku sudah menanyakan hal ini, tapi aku akan tetap mempertanyakannya--- seringkali aku penasaran bagaimana kau bisa hidup sampai sekarang?"
"Lots of people ask the same question--- even I wonder about that too," jawabnya.
Mstislav mengambil sebutir pelet berbentuk donat dari kotak makanan kucing, lantas mengunyahnya dengan santai. Dengan dahi berkerut, ia berkata, "это мерзко," [2]
[3] "لأنه ليس من المفترض أن يأكله البشر"
Amon mengelus dada. Memang harus sabar menghadapi makhluk dengan kelainan mental itu.
"Mm... salmon. Но это хорошо," [4] katanya setelah mencicipi pelet berbentuk ikan.
"Allahu Akbar... stop eating the pellets!" seru Amon merebut paksa kotak makanan kucing di tangan Mstislav dan mengamankannya di dalam kabinet dapur.
"Tapi tadi kan Amon yang nawarin..." rengeknya bak anak kucing yang ketakutan, bersembunyi di balik sofa.
"Ya jangan diartikan secara harafiah, dong! MashaAllah... Astaghfirullah al adzim..." Amon mengusap mukanya. Frustasi, gusar, dan marah. Tapi ya sudahlah.
YOU ARE READING
Unlimited Pleads: Random Bullshittery At Work
DiversosDay-to-day randomness of Pangea's attorneys. Centered in Pravnich Law Office of Pravda, meet these badass legal experts as they wipe the floor with their stupidity. Highest #1 on multilingual ======================== P.S. the language might change (...