Happy Reading
"Kisah yang berawal indah akan selamanya berakhir indah, kehilangan adalah hal yang wajar karena di dunia ini hanya tentang dua hal, mendapatkan dan kehilangan."
—Jodoh untuk Pak Dosen—
Karya || @umufatimah55 Tahun Kemudian ....
Selama itulah Alaska hidup dalam bayang-bayang kesedihan, sang istri yang masih dalam kondisi koma. Setiap hari ia dan kedua anak kembarnya selalu menjenguk Haura, walau hanya sekadar mencium kening atau bercerita yang sudah jelas tidak akan dijawab oleh Haura. Namun, Alaska percaya, dengan sering mengajak Haura berbicara, maka otak motorif Haura akan bekerja lebih cepat.
Selama lima tahun jugalah, Alaska merawat kedua anak kembarnya dengan susah payah. Rasa lelah memang selalu ada namun, Alaska tak pernah mengeluh karena dengan Haura yang rela bertaruh nyawa pun membuat dua buah hatinya hadir di dunia.
Anak pertamanya bernama Muhammad Akasara Bagaskara, bocah dengan pemikiran dewasa dan juga otak yang cerdas. Sifatnya sangat persis dengan Alaska namun, secara fisik wajahnya lebih mirip ke Haura—ummahnya.
Sementara anak keduanya bernama Hayla Aksafa Bagaskara, dia adalah gadis kecil yang mungil dengan suara cadelnya. Kehidupan Alaska semakin berwarna dengan sikapnya yang lucu dan mengemaskan.
Kembali ke kehidupan Alaska sekarang, pemuda dengan dua anak kembar itu masih menjadi dosen di kampusnya. Setiap pagi kedua anaknya pasti selalu cerewet dan bertanya banyak hal padanya. Dengan sabar Alaska pun menjelaskan.
"Abaya! Abaya!" teriak si mungil yang tak lain adalah Nayla, gadis kecil itu berlari menaiki tangga demi tangga menuju ke kamar sang ayah.
"Nayla ngga ucah teliak!" Seorang bocah yang memiliki wajah sama dengan Nayla baru saja keluar dari kamarnya. Dia adalah Akasara, bocah itu memiliki sifat malas yang sudah tingkat akut.
"Tapi 'kan Kak Aksala juga teliak," cicit Nayla sembari menjulurkan lidahnya tanda mengejek sang kakak.
Tak menunggu balasan dari Aksara, Nayla lantas kembali mencari ayahnya dengan berteriak kencang. Sontak saja seorang pria paruh baya terganggu dan memilih untuk keluar dari tempat persembunyiannya.
"Nayla, ada apa cantiknya Abaya ini, kok teriak-teriak di dalam rumah? Hmm ...." Nayla langsung menubruk tubuh tegap Alaska yang sudah termakan usia itu. Ia sekarang berusia hampir 35 tahun, bisa dikatakan dia adalah ayah muda.
"Nayla kangen sama Ummah, nanti kalau celecai cekolah kita jengukin Ummah di lumah cakit ya!" Nayla memperlihatkan wajah pupy eyes miliknya dengan maksud agar Alaska menuruti permintaan si gadis kecilnya itu.
"Iya sayangnya Abaya, sekarang turun yuk, sarapan dulu ya?" Nayla mengangguk dalam gendongan Alaska.
Dengan senang ketiganya berjalan bersama menuju ke ruang makan. Nayla yang digendong menyamping dan Aksara yang dituntun menuruni tangga. Sementara Alaska, ayah muda itu tampak fine-fine saja dengan wajah tampannya.
"Abaya, ambilkan Nayla telulna!" Nayla menyodorkan piring yang sudah Alaska berikan nasi goreng yang dimasak oleh Bi Endang, dia adalah asisisten rumah tangga yang membantu Alaska merawat kedua anaknya selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh untuk Pak Dosen (END)
Teen FictionHaura, perempuan yang gagal meraih cita-citanya untuk masuk ke Perguruan Negeri Tinggi, justru tak disangka ia bertemu dosen galak seperti Pak Alaska. Parahnya lagi ternyata ia dijodohkan dengan dosen galak yang sayangnya tampan itu. "Abah, Haura n...