Mortal enemy - O3

20 2 0
                                    

Sulit nya menjadi daun, ketika dia hanya bisa mengikuti kemana arah angin, tanpa memikirkan apa yang ia ingin.
- Syava thaddea

***

Queenza hilma nazwa, Atmaja yalwa kirana, Sesilia casya. Nama itu sudah tidak asing lagi bagi bu Ratna yang notaben-Nya sebagai guru bimbingan konseling SMA 03 Rendrier.

Tiga nama tersebut sudah menjadi langganan pulpen merah, dan buku hitam daftar daftar murid bermasalah SMA 03 Rendrier.

Syava hampir bosan melihat wajah ketiganya yang tiap hari selalu di hukum, di tengah lapangan.

Lelah. Syava prustasi, entah bagaimana cara nya membuat Nazwa, Yalwa, dan Caca jera. Selalu saja ada ulah yang membuat ketiganya sampai di hukum.

Trio junet bener bener membuat kepala Syava keliengan. Lihat sekarang bahkan ketiganya di hukum lagi.

Bagaimana tidak, Nazwa, Yalwa, dan Caca dengan usil menggangu Zoni, anjing penjaga sekolah, dengan menusuk hidung Zoni menggunakan ranting dan dengan sengaja melepaskan-Nya saat Zoni sedang marah.

Jelas anjing itu mengamuk, dan beralih mengejar ketiganya. Untung pak Bayu bisa menenangkan Zoni dan memasukan nya kembali ke kandang. Kalau tidak mungkin ketiganya tidak akan selamat.

Syava mengehela nafas nya. "Gue bosen, ngeliat muka kalian terus," Syava melipat tangan nya lalu menyenderkan sebelah bahunya ke tiang bendera, sambil menatap ketiga orang itu yang kini ada di hadapan nya.

"Udahan apa Sya... Capek tau!" gerutu Yalwa dengan tangan hormat ke bendera dan kaki sedikit di hentakan.

"Udahan-udahan, tanggung jawab atas apa yang kalian perbuat!" balas Syava.

"Pliase.. Deh upil nya Zoni tuh banyak, makanya Caca bersihin," bela Caca yang tak terima dirinya di hukum.

"Tau, orang niat kita baik, mala di hukum!" sambung Nazwa.

Syava memutar bola matanya malas, alasan mereka sungguh tidak masuk akal.
"Gue mau beli minum, kalian jangan coba coba kabur!" Syava berjalan kearah kantin dan meninggalkan ketiganya.

Nazwa sedikit berjinjit untuk memastikan kalau Syava sudah pergi. Dirasa aman Nazwa pun mendaratkan bokongnya ke lapangan, dengan kaki yang di selonjorkan. Yalwa dan Caca yang melihat nya pun mengikuti apa yang di lakukan Nazwa.

Belum ada 5 menit ketiganya beristirahat teriakan maut bu Ratna sudah menggelegar.

"NAZWA, CACA, YALWA!"

Yang merasa di panggil pun panik dan segera berdiri kembali, untuk menjalani hukuman.

***

"Bi Tati, mau es jeruk nya empat ya," ucap Syava lalu duduk di salah satu bangku kantin, menggerakan tangan nya sebagai pengganti kipas, karena cuaca sangat panas hari ini.

Bi Tati pun mengacungkan jempol nya sebagai tanda 'oke'

Sambil menunggu es jeruk nya siap, Syava mengambil benda pipih dari saku nya, guna menetralkan bosan Syava memainkan ponsel nya itu. Ada salah satu pesan masuk dari WhatsApp Syava pun segera membuka nya.

ayaaah ‹3 !

Kak, Ayah udah daftarin kamu di tempat less yang lebih bagus, kegiatan nya bisa langsung di mulai setelah kamu pulang sekolah.

iya terimakasih yah

Syava menghela nafasnya, setelah membaca dan membalas pesan dari sang Ayah. Seperti tidak ada waktu luang, semua sisa waktu luangnya di gunakan untuk belajar. Tidak mau membangkang Syava hanya terus mengikuti pemintaan sang Ayah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mortal EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang