[Chapter 03]

10 2 3
                                    

♡VANYA STORY♡

HAPPY READING!

▪▪▪▪

Kini Shela dan Ayla tengah menginap dirumah Vanya.

"Siapa sih tu cewek, kok sampek semarah itu Devan nanggepinnya!" gumam Shela.

Ayla mengetukkan jari telunjuknya ke dagu seperti orang berfikir, "Mungkin gak sih kalau si Devan demen sama cewek gak tau diri itu?"

"Mungkin aja sih, abisnya sampek judes gitu nadanya pas gue jelekin tu cewek," jawab Shela.

Vanya tak ikut memberikan komentar hanya duduk tenang memikirkan hal lain yang ada dibenaknya.

"Muka tu cewek kok familiar gitu sih? Apa gue pernah ketemu dia sebelumnya? Kayak mirip seseorang gitu," batin Vanya.

Shela menyikut lengan Ayla, memberikan kode. "Kemarin ayam tetangga gue mati, kata yang punya sih karena kebanyakan ngelamun!" ucap Shela sedikit mengeraskan suaranya, hendak menyindir Vanya.

Namun Vanya hanya diam tanpa respon apa pun. Membuat Shela harus melemparkan novel yang ada didekatnya ke arah Vanya.

Puk

Tepat sasaran!

"Awww." Vanya menyentuh keningnya yang terasa sakit karena ulah Shela.

"Lo ngelamunin apa sih dari tadi ha?" tanya Shela.

"Ngelamunin masa depan," jawab Vanya.

Ayla menganga tak percaya, "Jangan bilang kalau lo demen sama.. O MY GOSH! Vanya lo..Aww!"

Vanya melemparkan novel tadi ke arah Ayla, hingga membuat sang empu mengaduh kesakitan.

"Demen sama siapa ?" tanya Vanya.

Shela menatap Vanya, "Ya lo demen sama siapa? Kenapa malah nanyain ke kita berdua, tolol emang!"

"Gue ngomong sama Ayla, bukan sama lo!" dengus Vanya.

Ayla yang namanya disebut-sebut hanya diam sembari menggosok-gosok kepalanya yang terasa sakit karena lemparan handal dari seorang Vanya.

"Oh iya gue sampek lupa nih, gengnya Galen mau war sama gengnya SMA Bima Sakti. Pokoknya gue harus abadiin momen langka ini!" ucap Shela, dengan semangat yang membara.

Ayla dan Vanya menoleh bersamaan, "Galen anak 11 ips 3?" tanya Ayla.

Shela mengangguk sebagai jawaban.

"Galen Arka Wijaya? Yang demen banget bikin masalah itu ?" tanya Ayla lagi.

Dan lagi, Shela hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda mengiyakan.

"Bukannya mereka udah ambil jalur damai pas di kepolisian, ngapain war lagi?" tanya Vanya.

"Mungkin ada yang ngompor-ngompirin Galen, soalnya yang ngasih undangan war ke Nathan itu Galen sendiri tanpa didampingi Dirga. Kan biasanya kemana pun Galen pergi, si Dirga stay selalu disampingnya Galen, tapi ini TANPA DIDAMPINGI DIRGA, wahh banget gak sih ?" jelas Shela.

Vanya dan Ayla, menyimak dengan seksama semua penjelasan Shela tentang kedua kubu yang yang teramat ditakuti se antero indonesia.

"Dulu permasalahannya kan cuma tentang wilayah dijalanan, terus udah ambil jalan damai di kepolisian pas ditangkep. Terus yang sekarang, masalahnya itu masih soal wilayah atau gimana sih! AHH SUMPAH GAK PAHAM GUE!!" Ayla menarik rambutnya seolah-olah frustasi.

Shela mengangguk, "Iya, emang permasalahannya masih sama soal wilayah. Tapi kayaknya yang sekarang udah ada bumbu lain deh, kayak semacam dendam masa lalu gitu. Kalau menurut gue ya, pasti yang ada dendam tuh antara Galen sama wakilnya si Nathan tuh."

"Kenapa lo bisa seyakin itu?" tanya Vanya.

"Ya soalnya, setiap tempur tuh pasti Galen selalu kayak nyari si wakil itu, kayak seolah-olah si Galen mau mampusin tu bocah gitu lho!" ungkap Shela.

"Salah! Yang sebenarnya punya dendam tuh bukan Galen ke wakil Lucifer," beber Vanya.

Shela dan Ayla mendekat ke arah Vanya karena penasaran, "Terus siapa dong?" tanya Ayla.

"Leon ke Galen! Keluarga Leon bangkrut, karna papanya Galen nutup semua akses supaya papanya Leon gak bisa cari investor buat diajak kerja sama. Berbulan-bulan sampek akhirnya papanya Leon gulung tikar alias bangkrut karna gak bisa dapetin satu investor pun untuk perusahaannya," jelas Vanya.

"Oh iya ya, kenapa gue baru ngeh. Dulu kan papanya Galen kaya banget yak, Kalo cuma buat nyogok sepuluh perusahaan mah gak bakalan bokek tu manusia," cetus Ayla.

"Kok lo bisa tau sih Nya?" tanya Ayla, penasaran.

Shela menyikut lengan Ayla, "Lah, kan si Vanya deket sama Galen. Ya wajar lah kalo dia tau banyak hal tentang Galen, kan Galen sendiri yang ngasih tau Vanya, gimana sih lo!"

"Gue tau itu dari Falen, adiknya Galen," sahut Vanya.

"Lo deket banget sama keluarganya Galen? Kok sampek se akrab itu sama adeknya, sampek curhat-curhatan gitu," seloroh Ayla.

"Dulu mamanya Galen pernah nolong bunda gue, terus bunda sama mamanya Galen sahabatan sampek sekarang. Kalo soal gue, gue akrab sama semua keluarga Galen, cuma adeknya Galen itu sedikit berbeda makanya gue kepo soal kehidupan Falen. Soalnya si Falen dijaga ketat banget sama keluarga Wijaya, beda sama Galen yang dibiarin memilih jalan hidupnya sendiri, tapi tetep si Galen itu dijaga dari jauh sama papanya," jelas Vanya.

"Ah gue gak peduli soal Galen, gue cuma kepo kenapa Galen dan Leon selalu terlibat konflik? Apa iya cuma karna dendam masa lalu, yang soal papanya Leon bangkrut? Tapi agak aneh sih, kan sekarang Leon itu udah kaya kenapa masih dendam sama Galen?" Ayla masih terus memancing Vanya dan Shela agar mengeluarkan argumen mereka.

Shela menatap Vanya lekat, "Tapi menurut gue bukan cuma soal perekonomian deh yang buat Leon sebenci itu sama Galen. Gue denger-denger nih ya, si Galen pernah hamilin ceweknya salah satu anggota Lucifer, mungkin karna itu Leon dan yang lain benci banget sama Galen. Disana kan motonya SATU TERLUKA SEMUA IKUT TERLUKA! Begitu lah kurang lebih."

"Gak masuk akal, kalo emang cuma karna cewek kenapa harus Leon yang kayak gimana ya, kayak menyiratkan dendam yang mendalam banget gitu! Kan ceweknya juga bukan ceweknya si Leon, kenapa cobak?" Shela nampak berfikir akan pertanyaan dari Ayla.

Shela mengedikkan bahu, "Mungkin karna mereka menjaga solidaritas."

"Udahlah gak usah ngurusin orang, mau Leon dendam sama Galen atau pun keluarganya itu urusan mereka, urusan kita sekarang adalah tidur! Besok sekolah!" peringat Vanya.

"Yaelah, masih jam dua belas udah mau tidur aja dasar kebo!" gerutu Shela.

"Gue gak mau telat ke sekolah, lagian besok ada kunjungan osis sekolah lain kan."

Shela mendelik kesal, "Kok gak ada yang ngasih tau gue sih! Gue belom maskeran anjirr! Duh gimana nih, mata panda gue, alis gue, idung gue, OMG!! Hmphh..."

Dengan cepat Ayla langsung membekap mulut Shela dengan tangannya, "Bisa diem gak sih, riweh banget perasaan! Sekolah kita cuma kedatangan osis dari sekolah lain, bukan kedatangan malaikat pencabut nyawa!"

Shela berusaha melepas bekapan Ayla dengan sekuat tenaga, "Hmpph..."

Ayla melepas tangannya, "ngeselin banget sih lo!" dengus Shela.

"Tidur sekarang atau gue panggilin papa, biar sekalian dapet siraman rohani lo berdua!" ancam Vanya, membuat Shela dan Ayla bungkam.

Lebih baik diam, dari pada harus mendapat siraman rohani tengah malam begini.

Dan berakhirlah, mereka bertiga tidur dengan posisi satu kasur bertiga.

▪▪▪▪
Next?

VANYA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang