Enam

1.1K 260 0
                                    

***

"Rosa, Liana mana?"

"Jam segini belum dateng, mana bus mau berangkat." ujar Jia sembari melihat jam ditangannya.

"Gue telfon deh, kali aja diangkat." ujar Mina sembari mencari nama Liana dikontaknya.

"Diangkat ga?" Mina hanya menggelengkan kepalanya pelan.

"Ini anak sehari aja gak bikin khawatir, bisa gak."

"Dari semalem udah gue bilangin nginep aja dulu, biar besok berangkat barengan. Kan gak gini jadinya." ujar Rosa.

"Sabar. Kita tunggu aja, paling bentar lagi." ujar Jia.

"Hooh, mending kita masuk ke bus aja. Panas soalnya." ujar Mina sembari memasuki bus.

Mereka bertiga memutuskan menunggu Liana di bus. Bus yang akan membawa mereka ketempat LDK.

.

"Udah jam segini. Kita berangkat sekarang."

"Tunggu bentar pak, Liama belum dateng."

"Gak bisa, kalo kesiangan bisa kemacetan kita." ujar pak Bobby sembari mengabsen anak muridnya.

Rosa hanya terdiam. Benar apa yang dikatakan guru pembimbingnya itu. Bisa kejebak macet nantinya.

Tapi sampai sekarang sahabatnya Liana, belum kelihatan. Dia jadi nething, apa tantenya tak mengijinkannya pergi?

'Harusnya tadi gue jemput Liana.' batin gadis itu gelisah.

"Kebiasaan Liana tuh. Gak bisa diajak kerjasama. Udah tau mau pergi jauh, malah telat." ujar Nana.

"Diem lo, kalau gak tau apa-apa gak usah nyerocos." ujar Jia emosi. Gak terima dong, temennya digituin.

"Mending tinggal aja pak, ya kali kita semua harus nunggu tuh anak." ujar Sella teman Nana. Mereka berdua memang suka cari gara-gara.

"Bu Soraya," gumam Mina sembari meminta pembelaan.

"Kita tunggu lima menit lagi ya, kalo Liana belum datang juga. Terpaksa kita tinggal." ujar guru cantik itu.

'Liana please.' batin Rosa gelisah.

***

See yaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

See yaaa

RUBBER BANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang