Dua

2.2K 365 11
                                    

***

"Pak? Kalau saya tak ikut LDK bagaimana?"

"Tak bisa Liana. Kamu wajib ikut apalagi posisi kamu cukup penting di osis." ujar pembimbing itu tegas.

.

Liana menghela nafasnya pelan. Inilah yang tak dia sukai dari organisasi. Dia harus ikut segala kegiatan. Kalau saja bukan karena nilai, dia mana mau mengikutinya.

"Gimana? Lo udah dapat izin?" ujar Rosa sahabatnya.

"Belum tau,." jawab Liana lesu. Sungguh sekarang dia bingung.

Di satu sisi dia memang harus ikut kegiatan itu. Tapi disisi lain dirinya ragu untuk meminta izin tantenya.

Ya, Liana memang tinggal dengan keluarga tantenya, ibunya sudah meninggal sejak dirinya di sekolah dasar. Sedangkan ayahnya entah pergi kemana. Entahlah Liana tak perduli dengan hal itu.

"Apa perlu gue bantu?" sebenarnya Rosa khawatir dengan Liana. Tentang izin tadi, Rosa juga tak yakin. Pasti susah untuk dapat izin 2 hari itu.

Rosa ingin membantu Liana, minimal membantu memberitahukan hal itu. Tapi seperti biasa, sahabatnya itu tak suka kalau ada yang ikut campur.

Pernah sekali Rosa menjemput Liana di rumah tantenya, tapi yang didapat Liana justru marah dengannya. Katanya Liana tak ingin merepotkan sahabatnya.

Padahal Rosa ingin membantunya walau sedikit. Karena sebagai sahabat, Rosa ingin membantu meringankan beban Liana.

Rosa rasa dirinya belum bisa menjadi sahabat yang baik untuk Liana. Walau menurut Liana Rosa yang terlalu banyak membantunya, tapi bagi Rosa dia seperti sahabat yang tak berguna.

"Gak perlu, tapi makasih ya." ujar Liana sembari membereskan peralatan miliknya.

Sebenarnya Liana tak yakin untuk itu. Izin buat ikut acara sekolah? Yang benar saja, dia pulang terlambat saja sudah dihadiahi makian.

Acara itu memang masih lama, masih ada waktu satu bulanan. Dan Liana yakin dalam waktu sebulan dia bisa menyakinkan orang itu. Liana tak boleh kalah sekarang.

.

"Lo ikutkan?"

"Ikut atau enggaknya bukan urusan lo." jawab Liana ketus, dia bahkan terlalu malas menatap lawan bicaranya itu.

"Gue sih gak peduli, tapi jangan sampai lo dikeluarin cuma gara-gara gak ikut pelantikan."

"Kalo lo gak ikut, gue gak bisa gangguin lo." sambung orang itu tanpa rasa bersalah.

"Enyah lo, ganggu tau gak!" sudah cukup Liana tak tahan sekarang.

"Gak boleh gitu. Gini-gini juga gue Ketos. Jabatan gue lebih penting dari lo, yang sopan kek." ujar Ketos itu.

Memang, berurusan dengan pemuda bernama Haikal Zahi, Liana tak akan bisa memang. Pemuda itu akan punya 1000 cara membuatnya kesal, tentu bukan tandingannya.

Karena males, Liana memilih keluar dari ruang OSIS. Berada ditempat itu membuatnya semakin muak.

Apalagi harus berdua dengan Haikal.

"Oi, struktur organisasi harus selesai besok. Gak mau tau gue!" teriak Haikal dari dalam ruangan itu.

Liana hanya berdecak kesal. Padahal masih pagi, tapi dirinya sudah dibuat kesal dengan tingkah rese cowok itu.

'Sabar..' batin Liana.

***

See yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

See yaa

RUBBER BANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang