I'm Leaving

6 1 0
                                    

Wyatt duduk terpekur di gudang dengan tangisan tertahan. Tidak percaya atas perlakuan ayahnya yang kasar. Jantungnya berdegup kencang mengkhawatirkan ibunya yang sedang berteriak membentak ayahnya. Tidak jarang pula dia mendengar barang - barang pecah di atasnya.

Hingga, sebuah suara menarik perhatiannya.

"Oeeekkk!!" tangisan bayi memenuhi seluruh gudang. Membuat mata Wyatt membelalak. Telinganya secara reflek terbuka dan mencari keberadaan suara itu.

"Tangisan bayi? Apakah itu Max Julian atau Benja Mauritz?" tanya Sam sambil mengetuk bolpoinnya di meja. Wyatt pun mengangkat tangannya menyuruh Sam menunggu sampai cerita selesai.

Wyatt menelusuri gudang dan menemukan sebuah lemari besar. Suara itu semakin keras di pendengaran Wyatt. Akhirnya Wyatt pun memutuskan untuk membuka lemari itu. Lalu melihat seorang bayi di dalam keranjang menangis kelaparan.

"Aku tidak tahu itu bayi siapa. Aku hanya menggendong bayi itu tanpa tahu apa yang harus aku lakukan. Lalu menemukan kartu nama ini," ucap Wyatt sebelum menunjuk sebuah kartu yang dibungkus oleh plastik di atas meja.

Wyatt dengan tubuh membeku menatap kartu nama serta bayi itu secara bersamaan. Sebuah kartu nama yang berhasil menghancurkan hidupnya.

Made this with my love, Isaac Julian
Love, Hilda soon to be Julian

Mulut Wyatt terbuka lebar dan air matanya berjatuhan. Lalu meletakkan kembali bayi kecil itu ke keranjang di dalam lemari. Dia menggeleng - geleng kuat serta memukul kepalanya beberapa kali. Berharap ini semua hanya mimpi buruk.

"Kenapa aku baru tahu? Kenapa...," ucap Wyatt sambil menatap bayi di depannya yang masih menangis keras.

"Kakak? Kakak kenapa di sini?" tanya seseorang dari arah belakang Wyatt. Tanpa pikir panjang, Wyatt segera menatap ke arah belakangnya. Di sana, Maya berdiri dengan boneka beruang di tangannya. Menatap Wyatt ketakutan.

Wyatt segera mendekati adiknya. Lalu menatap adiknya dari atas sampai ke bawah. Berharap adiknya tidak terluka sedikit pun. Setelah memastikan adiknya baik - baik saja, Wyatt memeluknya dengan erat sambil menangis sesenggukan.

"Aku melihatnya lahir kak," ucap Maya dengan nada datar. Mata Wyatt langsung membelalak dan kembali menatap adiknya. Sementara Maya hanya menatapnya datar.

"Aku melihatnya, keluar dari tubuh ibu. Bersama Pauline," ucap Maya masih dengan nada datar. Membuat kakaknya mundur menjauhinya sambil menggelengkan kepala.

"Mereka seperti menyembunyikan semua itu dariku. Agar aku tidak meledak dan menceritakan semuanya pada ayah atau orang lain," ucap Wyatt dan dibalas dengan gelengan Sam yang mengasihaninya.

Wyatt pun segera menggendong bayi itu dan menarik tangan Maya.

"Kita akan kemana kak?" tanya Maya sambil menahan tangannya dari tarikan Wyatt. 

"Ke rumah Pauline. Aku tidak akan bertahan di sini sampai semua pertanyaanku terjawab," ucap Wyatt sebelum menarik kembali tangan adiknya. Namun Maya langsung melepas genggaman Wyatt.

"Kenapa?! Kau ingin tinggal di sini bersama kedua monster itu?!" tanya Wyatt dengan kemarahan yang sudah mencapai puncaknya. Namun Maya menggeleng.

"Bukan itu maksudku. Aku hanya ingin, menamai bayi itu. Ibu dan Paman Isaac tidak pernah menamainya," ucap Maya sambil menunjuk bayi itu dengan tangan gemetar. Wyatt pun menatap bayi itu dengan tatapan lembut.

"Max. Apa kau suka nama itu?" tanya Wyatt sambil melembutkan tatapannya pada Maya. Tanpa pikir panjang, Maya mengangguk dengan air mata keluar dari kedua matanya. Lalu Wyatt menarik kembali tangan Maya.

"Kalian keluar? Apakah gudang itu memiliki sejenis jalan keluar lain atau semacamnya?"tanya Sam.

"Ada jalan keluar yang ayahku tidak ketahui di gudang itu. Aku awalnya tidak paham kenapa ibu menyuruh Paman Isaac membangun hal itu. Namun sekarang, aku mengerti," ucap Wyatt.

"Bagaimana kalian kenal Paman Isaac? Dia itu siapa di keluarga kamu?" tanya Sam.

"Paman Isaac bukan siapa - siapa di keluarga kami. Dia hanya tetangga sebelah rumah yang dikenal ramah," ucap Wyatt dengan nada yang agak sarkas.

"Perselingkuhan yang cukup biasa," celetuk Sam sambil menulis beberapa hal di buku catatannya. 

The Mauritz Children (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang