Too Early

1.3K 63 3
                                    

Pria itu bersandar di dinding dapur, mengatur nafasnya ia baru saja melayani para pelanggan yang semakin membludak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria itu bersandar di dinding dapur, mengatur nafasnya ia baru saja melayani para pelanggan yang semakin membludak. "kalau seperti ini aku bisa mati kelelahan, apalagi aku sudah melewatkan jam istirahat ku."

Ia bergumam pada dirinya sendiri, mengusap peluh yang menetes dengan punggung tangannya, namun semua lelah itu tiba tiba ia ganti dengan tatapan datar saat seorang gadis mendekat padanya sambil tertawa kecil.

"Astaga Jimin mengeluhpun tak akan menyelesaikan pekerjaanmu ini."

Sedang Jimin hanya memutar bola matanya malas Sepertinya sudah sangat jengah oleh kelakuan gadis didepannya. "Park Chaeyong! apakah bisa sehari saja tak mengganggu pekerjaanku, menyebalkan!"

Chaeyong tersenyum tipis mengambil sapu tangan di sakunya lalu mengusap keringat di dahi Jimin. Sedang, si pria hanya terdiam tal bergerak. Namun Jimin secara refleks mendorong Chaeyong saat melihat presensi sang pemilik caffe tempatnya bekerja mendekat. "Astaga apakah sekarang kalian sedang berpacaran? kenapa tidak tunggu pekerjaan kalian selesai dulu?"

Chaeyong yang tadinya masih kesal karena didorong Jimin otomatis menoleh ke belakang. Ia melihat seorang gadis yang tertawa kecil, keduanya saling memandang lalu setelahnya menggeleng bersamaa.

"Tidak boss aku sama sekali tak mungkin berpacaran dengan wanita macam dia ini!" Ucap Jimin menunjuk Chaeyong dan hal itu membuatnya mendapatkan pukulan telak di lenganya dan bisa membuatnya meringis kesakitan.

"Yahh.. kau pikir aku wanita macam apa?!" Melihat Chaeyong yang mulai naik pitam Jimin menggelengkan kepalanya tanpa alasan.

"Hey sudahlah sampai kapan kalian berdua berhenti bertengkar, aku takut kalian saling jatuh cinta!"

Mereka tiba tiba menggeleng kompak lalu membuat Kim Jisoo sang pemilik caffe itu terkekeh geli. Setelahnya keduanya melengos. Memilih pergi berbeda arah seperti tak ingin melihat wajah masing masing.

.
.
.
.

Sekarang kondisi caffe sudah sepi, namun Jimin hanya merenung duduk didekat jendela menatap kesibukkan dijalan sana. "Bagaimana aku bisa mengumpulkan uang untuk memperbaiki atap panti. Hah! aku rasa bekerja satu tahun disini juga takkan cukup!"

Jimin semakin menghela nafas, hingga ia menatap kedepannya saat ia mendengar suara deritan kursi. Dan Jimin bisa lihat seorang pria masih memakai baju kokinya, duduk dihadapannya. Ia adalah Min Yoongi sahabat Jimin si koki handal.

"Apakah kebutuhanmu sangat besar eoh?" ucap Yoongi cukup iba dengan kondisi Jimin.

"Bagaimana lagi Hyung di sana yang tertua itu aku, dan jelas aku harus bekerja keras untuk semua adik adikku." Yoongi menghela nafas lalu mengeluarkan ponsel miliknya.

Ia beberapa saat sibuk sendiri lalu Jimin mengerutkan keningnya saat melihat notifikasi di ponselnya. "Aku tentu tak bisa membantu banyak. Bagaimana kalau malam ini kita melupakan sejenak permasalahan kita hari ini?"

"Maksudnya apa hyung? Kenapa aku harus datang ke Dyonisius club?" Jimin mengerutkan kening menatap alamat yang di kirim Yoongi. Ia menatap lawan bicara sedangkan yang ditatap acuh melepas celemeknya.

"Datang saja, aku tak bisa banyak bicara."

.
.
.

Wanita yang memakai dress beaarna hitam pekat meneguk wine dari slokinya. Matanya bergerak acak memanau suasana club yang riuh. Beberapa pria mendekat kearahnya, tentu saja pesona wanita itu tak bisa di pungkiri. Kecantikan yang nyata, matanya tajam, kulit seputih susu, dengan garis wajah yang tegas.

 Kecantikan yang nyata, matanya tajam, kulit seputih susu, dengan garis wajah yang tegas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tapi para pria itu tak ia hiraukan. Kim Sohee, ia hanya memilih duduk menikmati minumannya. Sesekali tertawa geli melihat segerombolan orang menari seperti sudah gila. Ia melirik kearah tangan kanannya yang mendekat. "Ada apa Hyuk?"

"Apakah nona tidak terlalu lama disini? Besok nona harus mengecek hasil rapat divisi pemasaran." Pria itu datang memeringati agar atasannya tak terlalu pulang larut.

Sohee menatap ponsel miliknya, lalu muncul sebuah senyuman. "Tunggu sebentar lagi."

.
.
.

Jimin cemberut, ia meminum jus jeruknya lagi. Sepertinya sang Hyung sangat tau cara bersenang senang, sehingga sekarang ia ditinggalkan sendirian sedangkan pria bernama Yoongi sibuk menari dengan dua wanita. "Apakah datang ke club bisa menyelesaikan masalahku?"

Jimin mengurut pelipisnya, alih-alih pikiranya jadi jernih karena masalah yang ia hadapi Jimin semakin pening dengan suara musik yang memekakkan telinga itu. "Kurasa sebaiknya aku pergi saja."

Baru ia akan melangkah pergi dihadapannya berdiri seorang wanita tersenyum pongah. Jimin mengerutkan keningnya bingung saat jalannya dihalangi. "Maaf nona tapi anda menghalangi jalan saya."

Sohee tertawa renyah bukannya menghindar ia malah maju selangkah untuk lebih dekat dengan sang pria. "Akhirnya setelah menunggu lama kita bertemu juga ya?"

Jimin mengerutkan dahi merasa tak mengenal wanita dihadapannya.

.
.
.

[BAGI YANG SUDAH MEMBACA CERITA INI, SELURUH ISINYA SUDAH DI REVISI SECARA KESELURUHAN]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


[BAGI YANG SUDAH MEMBACA CERITA INI, SELURUH ISINYA SUDAH DI REVISI SECARA KESELURUHAN]

EMEND: Scene Of Life [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang