not athena i'm aphrodite

129 18 1
                                    

Jimin meremat rambut hitamnya karena frustasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jimin meremat rambut hitamnya karena frustasi. "Ganti poin nomer 3, kita tak memiliki hubungan apapun bagaimana bisa disini tertulis tentang sex?"

"Apa salahnya, jangan terlalu dipikir anggap saja one night stand. Walaupun tentu saja kita mungkin melakukannya hanya dengan satu malam." Sohee sedari tadi memang nampak tenang, jawabannya pun terkesan manipulatif.

"Anda harus menghapus poin nomer tiga!" Jimin berujar tegas.

Sohee memasang wajah dingin, matanya pun berubah tajam. Dan Jimin yang tadinya nampak dengan tegas menolak agak merasa terintimidasi. "Kurasa kita tak perlu diskusi, tinggal kau tanda tangani saja!"

Sohee menyodorkan sebuah pena kearah Jimin, "Aku sudah tak punya waktu tanda tangani sekarang, atau tidak sama sekali!"

Jimin mendengus, wajahnya tampak kesal menunjukkan kemarahannya, namun tidak dengan tubuhnya yang tak bisa ia kendalikan. Sebenarnya banyak kegelisahan dan ketakutan yang ia simpan. Gelisah rasanya bahkan, Jimin seperti siap menumpahkan air matanya. Takut, takut sekali jika pilihan yang akan ia ambil salah membuatnya malah terjebak dalam pusaran yang ia buat sendiri.

Tangannya gemetar namun ia meraih pena itu, menandatangani tepat diatas materai. Artinya surat kontrak itu sah secara hukum, dan Jimin tak bisa keluar semudah itu dari perjanjian itu. "Selesai, bukankah ini mudah?"

"Saya minta jangan sampai kontrak kita diketahui orang lain." Jimin menunduk, menahan air matanya sebenarnya.

"Jangan merasa terbebani, kau juga akan mendapat benefit, tak akan ada yang dirugikan bukan?" Sohee menjawabnya enteng.

Jimin memainkan jarinya, entah setelah menandatangani kontrak perjanjian itu kemarahan dan ketegasannya menguap begitu saja. Mungkin karena merasa sudah terikat, jadi sedari tadi ia hanya diam membiarkan ruangan lengang selama beberapa menit.

Sohee menyelesaikan makannya laku menilik piring Jimin yang masih utuh. "Makanlah dulu kau bisa lebih santai padaku, berhenti memanggilku nona."

"Lalu saya harus memanggil anda apa?" Jimin menatap sohee, setelah memperhatikan sesaat wajah Sohee Jimin entah mengapa merasa sedikit beruntung. Setidaknya ia menjalin hubungan semacam ini dengan wanita kaya yang cantik, bukannya tante-tante.

"Bagaimana dengan mommy?" Jimin melebarkan mata sipitnya, sedangkan Sohee hanya terkekeh ringan. "Aku hanya bercanda, sepertinya setelah ini aku akan suka menggoda mu." Sohee akhirnya tertawa, sedangkan Jimin mencebik wanita didepannya tidak serius, malah menggoda dirinya.

"Noona, kau bisa memanggilku dengan sebutan itu. Kurasa akan terdengar lucu jika kau yang mengatakannya." Jimin entah mengapa memerah, karena Sohee nampak lebih santai saat bicara pada Jimin. "Kenapa malah tersipu? Sekarang makanlah."

Sadar jika didalam kontrak nomor pertama 'mengharuskan' ia menuruti setiap perkataan sang wanita, jadi Jimin memilih memakan steak yang tadi dipesankan sang wanita. Baru sesuap Jimin membulatkan matanya ternyata rasanya sangat enak. Ia makan dengan lahap bahkan sampai tidak sadar jika dirinya di perhatikan dengan intens oleh Sohee.

EMEND: Scene Of Life [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang