Athena In The Shadows

153 23 1
                                    

Jimin menatap bingkisan coklat dan juga makanan ringan di meja kamarnya senang. Itu pemberian 'adik adiknya' sungguh manis mereka memberikannya untuk Jimin. Sebenarnya keinginan Jimin adalah kembali ke apartemennya sendiri namun Bunda Hyesun bersikeras untuk merawat Jimin. Sekarang wanita paruh baya itu sedang sibuk mengganti perban yang melilit bahu kiri Jimin.

"Jangan coba-coba untuk makan coklat dan snack itu, kau harus makan bubur lalu minum obatmu." Jimin tertawa melihat tingkah bunda- nya yang sedang mengomel. "Baiklah, Jimin ikut semua yang dikatakan bunda."

Beberapa saat akhirnya perban itu sudah diganti dengan yang baru, Jimin kembali memakai kaos hitamnya. Lalu ia menatap wanita paruh baya itu, "Apakah Jimin boleh bertanya?"

Hyesun mengangkat satu alisnya nampak penasaran dengan apa yang akan ditanya anak asuh tertua-nya. "Biaya operasi pasti tidak murah apalagi kemarin Jimin dirawat di ruangan VIP yang juga biayanya sangat besar. Lalu darimana Bunda dapat uang sebesar itu?"

"Kau tau bukan pendonasi untuk panti ini? Pemilik Aphro Group itu." Jimin tampak berpikir sejenak lalu tersenyum cerah, mengingat 'penolongnya'.

"Bahkan anak dari Kim Dae Soo melanjutkan donasinya. Ia yang menanggung asuransi anak anak panti. Memberikan uang bulanan, bukankah dia adalah orang yang sangat baik?" Jimin mengidolakan pewaris Aphro Group yang bahkan tidak pernah ia lihat wajahnya.

Wanita tua itu mengusap rambut hitam Jimin, "Iya dia juga yang jadi mensponsori beasiswa untukmu."

"Bagi Jimin dia adalah ¹Athena"

.
.
.

Jimin dengan tergesa melewati koridor kampus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jimin dengan tergesa melewati koridor kampus. Ia cukup terlambat gara gara ketinggalan bus tadi pagi. Sekarang ia gelisah karena minggu ini kelasnya dibimbing oleh Hyun Ki gangsa-nim, dosen killer yang terkenal di fakultas bisnis ini.

Jimin melangkahkan kakinya lebih cepat memasuki ruang kuliah namun yang membuatnya mengernyit adalah dosen berperut buncit itu belum terlihat. Padahal Jimin sudah terlambat 2 menit 47 detik dan biasanya yang sudah terlambat dihukum membersihkan toilet, namun bahkan perut buncitnya bahkan belum terlihat.

Mahasiswa lain nampak masih asik sendiri, tak mau ambil pusing Jimin mengambil tempat duduk yang cukup dibelakang. Ia mengeluarkan alat tulisnya, lalu mencoba bertanya pada pria berkacamata di sampingnya. "Maaf, tapi kenapa Hyun Ki gangsa-nim belum masuk?"

Pria itu memperbaiki letak kacamatanya lalu sejenak meninggalkan buku tebal yang sedang dibacanya tadi. "Kudengar hari ini akan ada semacam seminar atau kunjungan dari salah satu pebisnis terkenal di negara kita, sepertinya gangsa-nim sedang cukup sibuk mengurusi hal itu."

Walau penampilannya culun namun pria kurus kering itu tau segala informasi di kampus. Bilang saja ia adalah informan, karena pria berkacamata itu sering keluar masuk ruang dosen. Baik, Jimin menganggukan kepalanya.

EMEND: Scene Of Life [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang