suddenly gloomy

457 37 0
                                    

Jimin duduk tegang saat wanita tak dikenalnya dengan santai duduk disampingnya. Pria itu memainkan jemarinya di atas paha. "Jadi apa maksudnya nona?"

"Aku tak bermaksud apa-apa, tapi kau menarik perhatian ku. Tak ada salahnya kan aku mencoba mendekati mu?" Sohee tersenyum ramah namun entah apa sebabnya Jimin bergidik. Situasinya cukup aneh memang. Jimin memilih sedikit menggeser tubuhnya agar tak menempel dengan si wanita asing. Sedang sohee terkekeh melihat perilaku Jimin.

"Hey! Semua orang yang melihatku akan memanggil ku cantik. Tapi kenapa kau malah ketakutan?" Tangannya secara tiba tiba berada diatas paha kokoh milik Jimin. Pria itu langsung tersentak lalu mengambil jarak yang lebih jauh.

"Nona sebaiknya perhatikan tangan anda berada!" Jimin ingin marah, ia mengira wanita ini ialah jalang disini yang mencoba menggodanya. Namun dari segi penampilan baju wanita itu tampak mahal. Inginnya Jimin mendorong si wanita jauh jauh tapi ia tak bisa banyak bergerak. Ia waspada melihat lima orang pria memakai jas hitam yang memperhatikan setiap gerak geriknya.

Merasa ini sudah sangat menganggunya, Jimin memilih bicara baik baik. "Nona kenapa tak membiarkan saya pergi dengan menyuruh bodyguard anda ini menghalangi saya pergi? Ada urusan apa anda dengan saya."

"Sudah kubilang aku tertarik padamu bagaimana kalau kita buat perjanjian?" Sohee memainkan helaian rambutnya mencoba mendekati Jimin. Sedang pria berumur 22 tahun itu masih mengernyit bingung.

Belum sempat berpikir tubuhnya sudah didorong hingga posisinya setengah telentang di sofa club itu. Satu hal yang bahkan membuatnya terkejut si wanita asing sudah berada diatas tubuhnya. "Nona! Apa apaan ini, sebaiknya kita bicarakan ini sebelum saya melakukan kekerasan. Ini sudah keterlaluan!" Jimin bersungut marah namun ia tidak benar benar akan melawan, masalahnya tidak sampai semenit ia akan tepar di pukuli 5 orang berbadan besar itu.

"Pria tampan sepertimu---"

Dor!!

Sohee menarik lengan Jimin sehingga membuat pria yang tadinya setengah telentang sekarang terduduk. Sofa club itu sudah berlubang ditembus timah panas. Dua suara tembakan kembali terdengar membuat 2 diantara pengunjung tergeletak tak bernyawa. Dentuman musik digantikan riung pengunjung yang berlarian panik, beberapa bahkan ada yang terinjak. Jimin yang masih syok ia terdiam, hingga satu suara tembakan kembali terdengar.

Dorr!!

Jimin yang masih terpaku karena ia hampir tertembak tak sadar jika ada peluru yang tepat mengarah kearahnya. "Awas!!"

Sohee berteriak lalu mendorong tubuh Jimin, telak mengenai bahu di pria. Membuat Jimin ambruk meringis kesakitan. "Kalian cepat cari pelakunya, dan sebagian bantu aku bawa dia kerumah sakit!"

.
.
.

Jimin mengernyit menyesuaikan cahaya yang menyilaukan netranya. Beberapa kali berkedip menyesuaikan cahaya yang memasuki retina. "Aku ada dimana?"

Ia menatap langit langit ruangan bewarna putih, ia mencoba duduk namun ia meringis bahunya terasa nyeri. Jimin mencoba mengenali dimana ia sekarang, lalu ia menghela nafas sadar ia berada di ruang rawat. "Aku ingat kemarin aku tertembak, tapi kenapa aku selamat ya?"

Jika terlambat sedikit saja, peluru itu telak akan menembus jantung Jimin. Tapi untungnya peluru itu sudah dapat diambil dari dalam tubuh Jimin melalui operasi. "Aku rasa aku harus berterimakasih pada Nona asing itu."

Jimin sedikit mengangkat kepalanya saat mendengar pintu ruang rawat terbuka. Pria itu tersenyum melihat seorang wanita paruh baya mendekati dirinya dengan pendar mata yang cemas. "Untung kau tak apa apa nak, saat mendengar berita aku sangat khawatir."

Jimin tersenyum membuat matanya ikut menghilang, "Aku tak apa bunda." Jimin mengusap punggung tangan yang sudah mulai mengeriput itu. Bunda Hyesun, sang ibu pengasuh gang sudah membesarkannya tanpa pamrih. "Ngomong- ngomong sudah berapa lama aku dirawat disini?"

Wanita tua itu yang hendak menekan tombol agar dokter datang kemari menghentikan gerakannya. Lalu menatap Jimin sendu. "Sekitar empat hari kau tak sadar setelah operasi, tapi sekarang kau sudah membuka matamu. Biar ku panggil dokter untuk memeriksa keadaanmu ya."

Jimin melebarkan matanya, selama itu kah dia tak sadarkan diri? Pasti sekarang banyak orang yang khawatir padanya, Jimin pun hanya menghela nafas. Ia menepuk pundak sang Bunda sembari tersenyum. "Rahasiakan kejadian ini dari orang orang ya."

.
.
.

Sudah seminggu sejak kejadian itu, dan selama itu ia menghilang demi proses penyembuhan. Sekarang dengan santai bahkan Jimin berjalan di koridor kampus seperti tak pernah terjadi apapun.

"Hey! Pergi kemana saja kau tak tau aku sangat khawatir? Apakah terjadi sesuatu padamu?" Jimin tersenyum saat Chaeyong nampak mengkhawatirkannya. Jimin mengusap rambut blonde gadis itu.

"Karena terlalu banyak kebutuhan, aku mengambil beberapa pekerjaan sekaligus. Jadi aku tak bisa datang ke kelas atau bekerja di caffe." Jimin memilih merahasiakan kejadian kemarin dibanding bercerita membuat yang lainnya khawatir.

.
.
.

"Sepertinya kita dapat membangun pusat perbelanjaan di daerah Myeongdong." Itu yang diucapkan Ivy sekertarisnya. Sedangkan Sohee menangkap wajah gelisah wanita didepannya segera memahami situasi. "Ada yang ingin kau sampaikan?"

"Kepala tim lapangan sudah medapatkan lokasi yang strategis namun disana terdapat sebuah panti asuhan." Sohee menghela nafas lalu kembali mengambil sebuah berkas dan sibuk membacanya, merasa yang dicemaskan Ivy sama sekali tak penting.

"Kenapa kau gelisah? Bukankah mudah, tinggal gusur saja dan kasih kompensasi." Wanita bernama lengkap Evelyn Glory itu menggigit bibir bawahnya tambah gelisah.

"Namun itu adalah panti asuhan yang sudah dijadikan sebagai salah satu fokus amal untuk nama baik Aphro Group yang bahkan sudah dilakukan rutin oleh ayah nyonya."

Sohee meletakkan pena miliknya, lalu menatap Ivy. "Maksudmu adalah panti asuhan Humiang?" Ivy segera mengangguk, membuat Sohee menarik salah satu sudut bibirnya.

"Park Jimin.."

.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
EMEND: Scene Of Life [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang