Gadis mungil itu menapakkan kaki kirinya di aspal. Perlahan keluar dari mobil. Ia menatap lurus ke arah gerbang sekolah yang kini sedang dikerumuni siswa siswi yang berpakian senada dengannya.
Ia menutup pintu mobil seraya membungkukkan badan sebagai tanda terima kasih kepada sang supir. Bersamaan dengan kepergian mobil itu, ia langkahkan kakinya ke arah gerbang dengan yakin.
Dalam setiap langkahnya, ia yakinkan dirinya bahwa ia akan memulai cerita baru di sekolah itu.
Ia Nam Yara. Siswi baru pindahan dari ibukota. Yara merupakan siswi tingkat akhir SMA. Memang sedikit terlambat untuk jadi siswi baru, mengingat ia sudah berada di jenjang senior. Namun mau bagaimana lagi, ia pasti akan menolak jika harus tinggal sendiri di ibukota jika tetap kekeuh dengan pendiriannya.
Pekerjaan ayahnyalah yang menuntutnya untuk pindah.
Koridor sekolah tampak sepi setelah bel dibunyikan 5 menit lalu. Yara mengedarkan pandangannya kepenjuru koridor. Mencari di mana keberadaan ruang guru.
Sekolah ini cukup luas dan pastinya masing sangat asing bagi Yara. Ia mungkin akan lupa arah jika disuruh kembali ke gerbang depan.
Dari arah belakangnya, nampak pemuda bersurai merah jalan terburu-buru tanpa melihat ke depan sekalipun. Sibuk menyisir rambutnya dengan jari tangan dan ponsel sebagai cermin.
Yara yang berada di depan pun tidak menyadari keberadaan pemuda tersebut. Matanya masih fokus membaca nama setiap ruangan.
Seperti yang telah diprediksi, keduanya pun bertabrakan dengan cukup keras hingga ponsel pemuda itu terjatuh. Pemuda itu buru-buru mengambil ponselnya, lalu tatapannya beralih ke Yara.
Beberapa detik mereka hanya saling tatap sampai ucapan pemuda itu menydarkan Yara.
"Lain kali hati-hati ya, Princess," ucap si pemuda seraya memberi senyum manisnya, lalu meninggalkan Yara dengan penuh kebingungan.
Belum pulih dari rasa bingung, Yara merasakan pundaknya di sentuh dari arah belakang. Ia pun menoleh dan mendapati pemuda lain dengan rambut pirang kecokelatan.
"Lo ga masuk? Daritadi udah bel, lho," tanya si pemuda itu.
"Um, gue siswi baru di sini. Kalo boleh tau ruang guru di mana ya?"
Pemuda itu manggut-manggut mengerti. Kemudian, tangannya menunjuk ke arah pintu dengan ukuran paling besar dari yang lain. "Ruangannya di situ. Ketok bentar, terus masuk aja. Kayaknya gak bakal banyak guru soalnya udah jam masuk juga."
Yara mengangguk mengerti. "Makasih, ya."
Yara pun segera melangkahkan kakinya ke ruangan tersebut. Tanpa tahu pemuda di belakangnya masih menatap kepergiannya dengan senyum terukir di wajah tampannya.
***
Begitu sampai di kelas, pemuda itu langsung diserbu oleh dua temannya yang terkenal rusuh.
"Lo kemana aja sih, Yosh? Bu konde bentar lagi dateng anjir, gue belom ngerjain pr samsek. Liat dong, Yosh, hehe," ucap pemuda itu sambil menengadahkan tangannya dan menunjukkan gigi kelincinya diikuti oleh teman di sebelahnya.
Yoshi yang sudah dengan kelakuan duo kembar ini langsung memberi isyarat ke arah tasnya. "Tuh, dalem tas gue. Jangan lupa tutup lagi, Woo."
Keduanya berhore ria, lalu berlari ke arah bangku Yoshi. Pemuda bernama Yoshi itu hanya menggeleng-geleng melihat tingkah mereka.
Tatapan Yoshi beralih ke bangku ujung kanan belakang. Seperti pada pagi-pagi sebelumnya, bangku itu ditempati oleh pemuda yang terlelap sebelum jam belajar dimulai. Yoshi tidak begitu menghiraukannya dan melanjutkan aktivitasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anemone
Fanfiction"Ji, sebenernya hubungan kita apa, sih?" Kisah tentang romansa, persahabatan, perjuangan, dan sakit hati. ft. Jihoon, Yoshi, Doyoung, Jeongwoo from Treasure