4

51 14 13
                                    

Yara berdiri di depan gerbang sejak tadi. Menunggu Jihoon untuk mengantarnya pulang.

Sebuah motor besar menghampirinya. Namun, bukan Jihoon yang mengendarainya, melainkan Yoshi.

"Ra, pulang bareng gue yuk?" ajak Yoshi.

Belum sempat Yara menjawab, teriakan keras memanggil nama Yara terdengar dari arah belakang Yoshi.

"Yaraaa!" teriak Saera, "Jihoon mana, Ra? Gue samperin ke kelas ilang anaknya."

"Gue keluar kelas duluan tadi, Ra. Jadi gak liat dia ke mana dulu," jawab Yara.

Panjang umur, Jihoon datang dengan motornya diiringi Doyoung dengan Jeongwoo sebagai penumpang motor Doyoung.

"Ra!" panggil Jihoon.

Yara dan Saera menoleh bersamaan. "Gak usah manggil-manggil. Udah buruan, ayo," ucap Saera.

"Apaan, sih, gue gak manggil lo. Gue manggil Yara. 'Ra' for Yara, not Saera anymore," balas Jihoon sedikit ketus.

Kini Jihoon beralih pada Yara. Lagi dan lagi tersenyum manis hingga matanya hilang. "Yuk, Ra, naik." Jihoon mengode Yara untuk segera naik ke motornya.

"Lah, Hoon? Gue gimana? Gue sama siapa baliknya?" Saera kebingungan harus pulang dengan siapa jika tidak dengan Jihoon.

"Saera lo bareng gue aja." Tiba-tiba Doyoung angkat bicara. Semua tatapan beralih padanya.

"Woi, ada gue di belakang lu anjir," protes Jeongwoo.

"Lo sama Yoshi aja, Woo. Yosh, anterin Jeongwoo ya tolong. Terserah mau diturunin di mana aja. Kuburan juga boleh." Jeongwoo menoyor kepala Doyoung. Namun, pada akhirnya dia menurut juga, lalu pindah ke motor Yoshi.

"Tumbenan banget lo mau anter gue?" Saera sejak tadi menatap Doyoung heran.

"Udah buru naik. Sebelum gue ubah pikiran gue."

Jihoon dan Yara pun berpamitan duluan, lalu pergi meninggalkan sekolah. Meninggalkan kekecewaan di hati Yoshi.

***

Semilir angin menerbang-nerbangkan rambut panjang Yara. Sudah lama Yara tidak keliling kota menggunakan motor.

Jihoon melirik Yara dari spion motornya. Tersenyum ketika melihat Yara menikmati perjalanan ini.

"Ra, pegang pundak gue aja gak papa. Takut lo jatoh."

Yara tampak ragu sejenak. Kemudian perlahan memegang pundak Jihoon. Ia mencoba menaruh percaya pada lelaki tersebut.

"Gemesnya," ucap Jihoon pada dirinya sendiri.

Jihoon memarkirkan motornya di pinggir jalan, lalu mempersilakan Yara turun dari motornya.

Kini, sebuah pantai terpampang jelas di depan Yara. Tidak seperti pantai pada umumnya, pantai ini bisa terbilang cukup sepi.

"Udah kali kagetnya. Ayo ke sana," ajak Jihoon sambil menarik tangan Yara. Mereka memilih duduk di dekat bebatuan besar. 

"Lo kenapa bawa gue ke sini, Ji?"

"Gak papa, gue lagi kangen banget sama pantai ini. Udah lama gue gak ke sini semenjak temen gue pergi," ucap Jihoon sambil terus menatap ombak.

"Temen lo ke mana emang?" tanya Yara penasaran.

"Gue juga gak tau, Ra. Salah gue juga, sih. Gue tiba-tiba mutusin hubungan gitu aja sama dia. Tanpa ngasih kabar sekalipun."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AnemoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang