#8 Masa Lalu

6 1 0
                                    

Sudah sekitar satu bulan lebih Lia dan Arkan 'berteman'. Namun sampai saat ini Lia masih menunjukkan sifat dingin lepada Arkan. Dan entah kenapa cowok itu semakin penasaran dengan Lia.

Kelas baru saja usai. Lia keluar kelas dan langsung disambut Arkan. Walau tahu Arkan menunggunya, Lia tetap melenggang seolah Arkan tak kasat mata.

Merasa diabaikan, Arkan mengejar Lia dengan segera.
"Ih, kok gue ditinggal, sih?!" Protes Arkan ketika sudah bersisian dengan Lia.
"Bodo amat! Gue gak minta lo nungguin gue" jawab Lia ketus. Arkan hanya diam dan mengikuti langkah kaki Lia.

Walau bersebelahan, Arkan dan Lia tak berucap sepatah kata pun. Dan entah kenapa Arkan yang selalu berbunyi tiba tiba saja senyap.

Tak ada ucap. Sampai mereka tiba di taman. Lia hendak duduk disebuah kursi kosong. Namun langkahnya terhenti karena seseorang menamparnya dengan tiba tiba. Arkan yang tidak terima menghampiri wanita itu. Namun langkahnya terhenti karena Lia memberi isyarat dengan melentangkan tangannya didepan Arkan.

"Ada apa?" Tanya Lia pada wanita itu. Nada bicara terdengar menahan amarah.
"Jauhin Alif! Jangan ganggu dia!" Bentak wanita itu.
"Siapa?" Tanya Lia lagi.
"Gue Laura, pacarnya Alif" jawab wanita itu.
"Jangan bohong!" Ujar Lia. Dia tak percaya dengan ucapan Laura. Alif yang dia kenal bukanlah seorang yang mudah dekat dengan perempuan. Apalagi Laura tidak berhijab.
"Gue gak bohong. Kalo lo gak jauhin Alif, lo bakal--"
"Bisa tunjukin fotonya?" Pinta Lia memotong ucapan Laura.
"Mau apa lo minta fotonya?!" Ujar Laura taj suka. Arkan lebih tak suka memandang Laura.
"Memastikan" jqwab Lia. Singkat dan ketus.
Laura diam saja. Satu menit berlalu tanpa suara dari keduanya. Lia yang masih penasaran memulai pembicaraan.
"Ini?" Tanyanya sambil memperlihatkan sebuah foto pada Laura.
"Hah?! Dapet dari mana lo?!" Laura terbelalak kaget. Lia memutar bola mata malas.

'Ni orang bego beneran apa pura pura bego, sih?' Maki Lia dalam hati.

"Postingan ig" jawab Lia menghela napas berat.
"Gue gak ada hubungan apapun sama dia. Gue cuma mahasiswanya aja" ujar Lia sambil berlalu pergi. Diikuti Arkan dibelakangnya.

"Lo kemapa gak bales nampar aja tadi?" Protes Arkan ketika mereka sudah jauh meninggalkan Laura.

"Kamu gapapa? Ada yang luka?" Tanya Alif. Dia tiba tiba saja datang dan meletakkan tangannya di pundak Lia.
"Gapapa," jawab Lia dingin sambil menepis tangan Alif.  Alif melirik Arkan. Terlihat pandangan tak suka dari sorot matanya.
"Siapa Laura?" Tanya Lia. Dia menunduk. Merasa aneh dengan dirinya sendiri. Sidah jelas dia bukan siapa siapa. Tapi pertanyaan itu seperti keluar dengan sendirinya dari mulutnya.

"Dia 'mantan' saya" jawab Alif.
"Saya mau cerita sesuatu sama kamu. Tapi dia nggak boleh ikut!" Lanjutnya sambil menunjuk Arkan.
"Tapi--"
"Kali ini aja! Please..." Alif memotong ucapan Lia.
Lia mengangguk sambil tersenyum hambar. Dia berjalan mengikuti Alif.

Arkan terduduk dikursi menyaksikan kepergian Lia. Ada rasa sesak di dadanya ketika melihat Lia bersama Alif. Arkan menunduk. Suasana hatinya benar benar kacau sekarang.

***

Alif dan Lia duduk didepan danau. Jarak mereka lumayan jauh. Hampir satu meter. Lia masih tertunduk. Tak ingin menatap wajah pria berkacamata itu. Alif menghela nafas panjang.

"Saya mau tanya, kalau misalkan kamu tau masa lalu saya yang jauh berbeda 180° dari saya yang sekarang, kamu akan beteaksi apa?" Tanya Alif pembicaraan.
"Saya gak pernah peduli bagaimana seseorang dimasa lalu. Yang penting dia mau berubah dimasa akan datang." Jawab Lia. Masih menunduk. Tak ingin memandang pria disampingnya. Yang justru akan menambah tsa sakit dihatinya.

"Saya yang dulu adalah seorang yang sangat jauh dari kata 'alim'." Alif memulai ceritanya.
"Sering hang out sampai lupa waktu. Sering ninggalin sholat. Bahkan gak pernah nyentuh qur'an" lanjutnya.
"Persis kehidupan anak muda yang suka menikmati masa muda dengan bersenang senang."

"Laura?" Tanya Lia.
"Saya kenal dia sewaktu masih kuliah" jawab Alif.
"Saya sempat pacaran sama dia hampir 2 tahun." Alif melanjutkan ceritanya.
"Kami juga sudah punya rencana untuk menikah. Namun, sekitar 5 bulan sebelum pernikahan ayah saya meninggal. Dan yang  tersisa hanya 5 miliar. Untuk bertahan sampai saya lulus itu jelas kurang. Sampai suatu hari saya tahu kalau Laura ternyata selingkuh."
Alif menghela nafas panjang. Berat rasanya kalau harus mengingat masa lalu yang menyakitkan.
"Gausah dilanjut gapapa kok, pak" ujar Lia yang sadar raut wajah kesedihan dimata Alif.
"Enggak. Gapapa. Alasannya karena Saya tidak akan mampu mencukupinya. Saya kecewa. Mama Saya lebih kecewa. Dia yang dikira tulus ternyata matre"

"Dan sekarang dia kembali karena selingkuhannya bangkrut. Saya sudah berkali kali mengusirnya. Entah apa yang ada dipikirannya, dia mengulang sandiwara yang sama. Yang sudah jelas kami tak mungkin tertipu lagi." Alif menghela nafas.
Kemudian melanjutkan ucapannya, "Saya berharap masa lalu tak terulang lagi"
Hening. Keduanya tak tahu harus berkata apa.

"Oiya. Saya mau kasih tau kamu satu lagi," ujar Alif memecah keheningan.
"Hm? Apa?" Tanya Lia.
"Saya cuma mau kasih tahu kalau saya gak ada disini buat waktu yabg cujup lama. Kira kira 3 tahunan" jawab Alif.
"Bapak mau lanjut kuliah?" Tanya Lia memastikan. Alif mengangguk.
"Saya dapat beasiswa S3 di Turki" jawab Alif menerangkan.
Lia hanya mengangguk. Dia kemidian bangkit dari duduknya dan berpamitan pada Alif.


TBC

Cinta Dalam Doa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang