#4 Ar-Rahman

8 1 0
                                    

Lia sedang duduk di depan danau. Sebuah senyuman tipis terukir diwajahnya. Lia mengingat kejadian kemarin sore.

**

Lia sedang duduk sambil tertawa ria. Di sampingnya ada seorang lelaki berkacamata. Siapa lagi kalau bukan Alif.
Tiba tiba, terdengar suara cekikikan dari balik semak. Lia lantas berhenti tertawa dan berjalan mengendap kearah semak. Alif keheranan. Dia kemudian mengikuti Lia dari belakang. Lia menyibak semak. Didapatinya dua orang lelaki yang sedang ketawa terkikik. Seketika mereka berhenti tertawa.
"Haris?! Doni?! Kalian ngapain disini?" Tanya Alif. Haris dan Doni keluar dari semak.
"Hehe... gapapa, sih. Penasaran aja," jawab Doni sambil nyengir.
"Penasaran kenapa?" Tanya Lia.
"Yaa.. penasaran aja. Si Alif ngapain disini. Soalnya tadi gue liat lo kesini juga" jawab Doni sambil menunjuk Lia.
"Kenal dia?" Tanya Alif pada Doni sambil menunjuk Lia.
"Enggak. Gue malah ngirain kalian janjian disini" jawa  Doni sambil mengangkat bahunya.
"Dia mahasiswi di kampus, Namanya Lia" Alif memperkenalkan Lia. Doni mengulurkan tangan. Namun, sama seperti Bima, Lia tidak menjabatnya. Dia hanya mengatupkan kedua tangannya di depan dada. Doni menarik tangannya kembali.

"Pffftt..."
Haris menahan tawanya. Doni meliriknya dengan tatapan tajam. Seketika Haris diam seribu bahasa.
"Hahaha... Oiya, dia Doni. Teman saya jaman SMA. Dia Haris, adek saya satu satunya" Alif kemudian mengenalakn kedua laki laki yang berdiri dihadapan Lia. Haris hanya sedikit membungkuk kemudian kembali berdiri tegak. Lia juga sama, mengikuti gerakan Haris.

"Kalian... pacaran?" Celetuk Doni tiba tiba.
"Enggak!" Jawab Alif dan Lia bersamaan.
"Ciee... cie..."

Lia langsung mengambil tasnya dan berlari meninggalkan tiga lelaki itu.
"Hahaha..." Doni tertawa terbahak setelah kelibat Lia tidak terlihat. Sedangkan Haris hanya cekikikan. Alif memukul lengan Doni pelan.
"Heh! Usil, ya kalian. Anak orang dikerjain😑" ujar Alif. Dia kemudian pergi meninggalkan Haris dan Doni.

**

Lia masih duduk termenung memandang danau. Tatapannya kosong. Tapi senyuman manis terukir di wajahnya.
Drrrtt... Drrttt...
Lia tersadar dari lamunannya karena getaran dari ponselnya. Dia segera mengambil ponselnya. Ternyata Nita menelefonnya. Dia kemudian menyeret tombol berwarna hijau dan menempelkan ponselnya ke telinga.

📞Nita: Assalamualaikum... lagi dimana, Li?
📞Lia: Lagi di danau. Kenapa?
📞Nita: Lo niat kuliah ga, sih?! 10 menit lagi kelas mulai. Masa masih disitu aja. Buruan sini.
📞Lia: Eh?! Masa sih?
Lia melirik ponselnya. Dia terkejut. Kemudian segera mengemasi barangnya dan bergegas pergi.
📞Lia: Iya, gue lagi otw, nih. Assalamualaikum.
📞Nita:Wa alaik--
Belum sempat Nita menjawab salam, Lia sudah memutus sambungan telefon.

***

Sekarang pukul 4.18. Lia baru saja keluar dari kelasnya. Dia keluar kelas dengan lesu. Seseorang menepuk pundaknya.

"Eh, gue belom sholat tapi capek!" Latah Lia. Orang yang menepuk pundaknya hanya terkekeh.
Lua memutar tubuhnya. Menghadap orang itu.
"Nita? Kenapa? Ngagetin gue aja" tanya Lia.
"Hihihi... lo mau balik bareng gue gak? Tadi katanya motor lu masuk bengkel" tawar Nita. Lia tampak berpikir.
"Umm... Gak, deh. Gue mau sholat ashar dulu soalnya. Takutnya elo kelamaan nunggunya" jawab Lia.
"Yakin?" Tanya Nita meyakinkan.
"Iya. Yakin. Haqqul yakin" jawab Lia memastikan.
"Yaudah, gue balik duluan, ya. Tiati... bye👋 Assalamualaikum..." Nita berlalu pergi.
"Wa alaikum salam..." jawab Lia. Dia kemudian berjalan menuju masjud kampus.

***

Seperti biasa, usai sholat Lia membaca Al Quran. Setelah selesai. Lia menyimpan Al Qurannya kembali kedalam tas. Dia kemudian melipat mukenanya dan menyimpannya dalam tas.
Ketika Lia hendak melangkahkan kakinya menibggalkan masjid, dia mendengar suara seseorang membaca surah Ar Rahman. Lia celingukan. Memastikan di sekitarnya tidak ada orang. Dengan ragu dan tangan yang sedikit bergetar, Lia menyibak tirai pembatas.
Dia terkejut mendapati Alif sedang duduk sendirian disana. Didepannya ada sebuah meja dengan Al Quran diatasnya. Lia celingukan mencari orang lain disana. Namun, tidak dijumpainya seorang pun selain Alif dan dirinya.
'Ini, kan suara yang waktu itu*. Jadi... 'orang itu' pak Alif?' batin Lia.

*suara di eps 1

Alif yang menyadari seseorang sedang mengawasinya, segera menoleh. Lia kelabakan dan segera menutup tirai. Lia kemudian segera beredar dari situ.

***

Sesampainya di parkiran, Lia berdiri memegang lutut sambil berusaha mengatur nafasnya.
"Huhh... Untung gak ketahuan.Huhh.." ujar Lia agak ngos ngosan.
Tiba tiba, seseorang menepuk pundaknya.
"Ampun, ampun! Maaf, maaf saya gak maksud" latah Lia tanpa menoleh ke belakang.
"Mbak, liat sini, dulu" ujar orang itu. Lia lantas menoleh, tertanya orang itu Pak Slamet, cleaning service kampus Lia.
"Huuhh... Bapak ternyata, kirain siapa" Lia menghela nafas lega.
"Mbak-nya ngapain disini? Udah sore, lho. Ndak pulang apa?" Tanya Pak Slamet.
"Hehe,, ini mau pulang pak, baru kelar ashar tadi pak" jawab Lia.
"Oh, yaudah pulang sana. Bapak juga mau pulang. Dadah👋 Assalamualaikum..." Pak Slamet berlalu meninggalkan Lia.
"Wa alaikum salam.." jawab Lia sambil tersenyum. Dia kemudian berjalan keluar kampus.

***

Lia mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Dia membuka aplikasi ojek online. Kemudian memesan taksi.
Sudah sekitar lima menit Lia menunggu, namun dia belum juga mendapatkan driverTak lama, terlihat sebuah mobil silver memasuki area kampus. Lia hanya mengabaikannya. Dia masih fokus pada ponselnya.

"Huuhh.. Daritadi kok gak nemu nemu, sih, drivernya?" Lia mulai mengeluh setelah 10 menit menunggu. Kemudian, sebuah mobil silver berhenti di depannya.

"Hei! Kamu ngapain disitu?" Seseorang membuka kaca mobil. Nampak lelaki berkacamata sedang menanyainya. Siapa? Siapa lagi kalau bukan Alif. Dan Haris di sampingnya.
"Eh? Umm.. lagi nunggu taksi pak" jawab Lia agak ragu.
"Masih nyari driver?" Tanya Alif. Dia bisa memahami kekhawatiran Lia dari raut mukanya.
"Umm.. iya.." jawab Lia jujur. Dia masih agak ragu.
"Mau saya anter?" Tawar Alif. Lia hanya diam saja. Ragu.
"Udah, gapapa. Gak ngerepotin, kok! Daripada kamu kemaleman" ujar Alif meyakinkan. Lia tampak berpikir. Kemudian mengangguk.
"Belakang, ya" ujar Alif. Lia kemudian membuka pintu mobil dan duduk disana. Seketika Lia duduk, Alif langsung melaju.

Dua menit pertama perjalanan mereka terasa sunyi. Tak ada satupun yang membuka mulut.
"Kamu emang biasa pulang naik taksi?" Tanya Alif membuka obrolan.
"Biasanya, sih naik motor. Tapi motor saya lagi masuk bengkel" jawab Lia. Suaranya agak lirih.
"Motornya kenapa?"
"Gapapa, sih. Cuma emang lagi jadwalnya di serivice"
"Ooh... Eh, ini rumah kamu kemana?"
"Apartemen deket sini, kok. Turun resto dwpan itu aja"
"Yakin?"
"Ya,"
"Umm.. enggak, deh. Apartemennya yang belakang resto itu, kan? Saya anter aja, ya"
"Eh? Umm.. yaudah, deh"

***

Alif menyetir dengan santai. Tak lama, mereka sampai di apartemen tempat Lia tinggal.
"Terima kasih, pak" ujar Lia setelah turun dari mobil. Alif hanya tersenyum sambik mengangguk.
"Eh, iya, kamu tinggal disini sendiri atau sama orangtua?" Tanya Alif tiba tiba.
"Eh? Umm.. sendiri." jawab Lia agak ragu.
"Oh, yaudah saya pulang dulu, ya. Assalamualaikum...😊"
"Wa alaikum salam"
Sesudah mobil Alif hilang dari pandangan, Lia segera masuk. Menuju lift, kemudian menekan tombol dengan nonor 7.





Cinta Dalam Doa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang