BAB II TEMPAT YANG DINAMAKAN "SAUNG"

40 4 0
                                    

" Kehidupan manusia tak terlepas dari berbagai peristiwa, tantangan, rintangan, kesempatan, dan pengalaman. Semua itu bisa dijadikan pelajaran setiap insan untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari. Pengalaman adalah guru terbaik yang mengajarkan banyak hal, sehingga seseorang tidak jatuh di lubang kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. "

Karawang, Willy adalah seorang laki-laki paruh baya yang asli lahir ditanah sunda namun mempunyai paras seperti rupa orang tiongkok, dan yang cukup unik juga hanya satu keluarga berparas seperti orang tiongkok yang tinggal ditengah-tengah lingkungan desa yaitu hanya keluarga Willy saja.

Dulu waktu awal-awal pindah rumah sih keluarga mereka sering banget mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan dari warga sekitar karena hal-hal yang mendasar seperti warna kulit, jenis mata yang sipit namun seiring berjalanya waktu, tahun demi tahunnya keluarga Willy tetap merespon baik dan tidak mempermasalahkan hal-hal yang seperti itu dan mampu hidup berdampingan sehingga orang-orang yang dulunya mencibir berubah menjadi sapaan lembut setiap keluarga itu keluar rumah.

Panas terik matahari sudah mulai menyinari bumi kala pagi itu, laki-laki yang akrab dipanggil Willy  terbangun dari tidurnya, bulan itu skitar bulan Agustus tahun 2010, dimulai dari sebuah  desa kecil  yang bernama Adiarsa Pusaka, desa yang benar-benar asri nan indah sangat jauh sekali  dari pelik dan bising akibat keramaian kota .

Terdengar dari luar rumah suara orang memanggil-manggil dengan kerasnya.

" Willy...Willy....? Nadanya seperti seorang anak kecil yang sedang disuruh ibunya berbelanja diwarung

Ternyata dibalik suara itu adalah suara anak laki-laki yang bernama Kusdianto, laki-laki yang perawakan cukup tinggi dan besar, Ia terlahir dari keluarga yang sangat-sangat sederhana sekali, biasanya Ia kerap kali dipanggil Ato oleh teman-teman sebaya nya.

Willy pun keluar rumah dengan wajah yang terlihat seperti baru bangun tidur,

" Ada apa sih To ? manggil-manggil masih pagi juga " ujar Willy saat baru membuka pintu rumahnya.

Ternyata pagi itu Ato mengajak Willy pergi keluar rumah karena ingin pergi ke kebun, membantu bapak nya Ato mencari umbi-umbian untuk dijual dan kerap kali dikonsumsi keluarganya  sebagai pengganti beras putih yang harganya kala itu sedang naik , jangan salah desa Adiarsa yang mereka  tinggali saat itu sangat unik karena hampir seluruh jenis sayur-sayuran tumbuh sumbur ditanah desa Adiarsa.

" Ayo Wil , ko malah ngelamun seperti biasanya kita ke kebun, cepat mandi dan pergi kesanah karena sudah ditunggu...mau ikut ndak nih ?" lanjut Ato saat melihat Willy masih melamun sembari mengucek-ngucek matanya

" Tunggu dulu sebentar to , siap-siap dulu baru bangun nih soalnya gue mau mandi dulu "  jawab Willy.

Setelah beberapa menit kemudian, mereka berdua bergegas pergi ke kebun, diperjalanan mereka bercerita ngalor ngidul ( kesanah -kemari ) karena Willy dan Ato adalah pasangan sahabat dari kecil, mereka hampir kemana-mana selalu bersama yang dipersatukan oleh hobi yang sama yaitu berenang disungai citarum dan juga suka bermain bola didalam hutan belantara.

Baru setengah perjalanan menuju kebun , Willy bertanya kepada Ato .

" To, kalo sudah lulus sekolah kira-kira mau jadi apa To ? tanya Willy dengan nada yang agak serius .

Ato pun terdiam dan sedikit melamun namun tetap melangkahkan kakinya ke depan .

" Hmmm...gimana ya Wil , gua kan cuman anak seorang petani, sekolah juga cuman formalitas aja sih biar waktu terisi aja, paling habis lulus sekolah juga ujung-ujungnya bantu-bantu bapak di kebun " jawab Ato dengan nada yang pelan .

Buku Yang Sederhana ( Part 1 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang