"Tunjukan senyum dihadapan orang banyak, tangis di hadapan sahabat, pengorbanan di hadapan keluarga, dan rasa beryukur di hadapan Tuhan".
Sekitar akhir tahun 2010 , kala itu malam terasa gelap sekali , terdengar suara jeritan seorang anak laki-laki memecah keheningan malam kala itu menangis dengan tersedu , terdengar semakin kencang, isak tangis bocah kecil yang dimandikan oleh ibunya karena baru pulang bermain diluar sampai larut malam , Willy sebutan anak laki-laki dari dua bersaudara dikeluarga yang amat sangat sederhana , ayah nya pak Jefri hanya bekerja menjadi buruh pabrik disuatu perusahaan menengah, keluarga itu sudah terlatih hidup sederhana dan menghargai apa yang mereka miliki kala itu, untung saja ada Ibu Willy yang pintar sekali mengatur keuangan, walaupun penghasilan minim namun bisa mencukupi. Willy mempunyai kakak yang berbeda dua tahun dari nya , dia bernama Jordan , sang musisi amatir kala itu, iya betul disebut musisi karena dari kecil sudah cukup handal bermain alat musik, gitar dan keyboard sudah Jordan kuasai dalam waktu singkat yang lebih unik lagi, Ia hanya belajar dari tontonan video yang ada di internet saja.
Ini adalah hari senin, hari yang biasa nya disebutkan orang, hari yang memberatkan namun berbeda dengan pak Jefri , ayah Willy . senin pagi ia sudah bangun dari tempat tidurnya , dan bersiap-siap untuk pergi bekerja , maklum pagi-pagi buta pak Jefri sudah harus bangun karena setiap harinya ia pergi keluar kota untuk bekerja, namun ada satu hal yang menjadi sebuah kebiasaan dikeluarga ini yaitu Willy ingin selalu mengantar ayahnya pergi bekerja sehingga disatu motor mereka pun harus berboncengan tiga sampai ke stasiun untuk pergi bekerja, maklum keluarga ini sangat sederhana tidak punya mobil pribadi ditambah memakai kendaraan umum seperti kereta api agar lebih irit dan cepat sampainya, tak lama kemudian mereka pun bergegas pergi ke stasiun, tak lupa juga mereka selalu sarapan nasi kuning di warung bu Ade lokasinya tepat disamping stasiun kereta jadi tidak terlalu jauh sebelum membeli tiket kereta.
" Bu Ade , biasa ya pesan tiga piring , tidak pakai sambal semua " ujar pa Jefri sambil tangannya mengorek kaleng kerupuk dimeja itu .
"Oh iya baik pa Jefry , tumben nih apa tidak terlalu kepagian datang ke stasiun nya ? " Tanya Bu Ade sambil melihat wajah Willy yang masih mengantuk karena pagi-pagi buta, Ia harus bangun mengantar ayah nya pergi.
" Gapapa bu , ngantuk cuman sebentar ini , Willy harus dibiasakan bangun pagi agar nanti jika sudah sekolah sudah selesai libur nya , tidak terlambat terus lagian kemauannya Willy sendiri yang mau ikut terus nganterin saya ." Jawab Pak Jefry .
Kala itu, sekolah Willy memang sedang libur semester , jadi Ia mempunyai banyak waktu luang dirumah.
Setelah selesai makan , pak Jefri pun langsung pergi ke loket untuk membeli tiket kereta agar tidak kehabisan , maklum hari senin jika telat sedikit , tiket kereta langsung ludes tak tersisa oleh orang-orang yang pergi keluar kota. Seperti sudah terskema, orang-orang itu lalu lalang dengan tujuan nya masing-masing seperti gerombolan semut rangrang yang sering kali kita lihat berjalan diatas batu untuk mencari makanan.
Sekarang, Willy mengerti laki-laki itu harus kuat dan bertanggung jawab dengan resiko yang ada, menjadi laki-laki tidak harus egois apalagi kasar kepada wanita namun sebaliknya menjadi laki-laki itu harus siap mengayomi keluarga nya, seperti pak Jefri rela setiap hari bangun pagi, berdesak-desakan di kereta, pulang malam hari demi kompor dapur rumah nya tetap ngebul oleh asap makanan .
Hari pun cepat berganti, kebetulan hari itu adalah tanggal merah tujuh belas Agustus, seperti biasa nya keluarga Pak Jefri pun selalu bangun pagi dan karena Bu Yenni saat itu tidak membuat sarapan pagi untuk keluarganya, jadi Willy yang harus membeli sarapan.
" Wil...Will.. coba beli nasi uduk dulu dan gorengan di bu Mimin, inih uang nya dua puluh ribu sama gorengan nya lima ya " ujar Bu Yenni menyuruh Willy membeli sarapan.
Tepat pukul jam lima pagi itu, mentari pun belum sempat memunculkan wajahnya, Willy harus berjalan keluar rumah dan membeli nasi uduk diwarung sederhana milik bu Mimin yang jarak nya lumayan dekat sekitar 5 menit jika berjalan kaki karena warung bu Mimin lah warung yang satu-satunya buka pagi menjual Nasi.
" Bu Mimin, biasa ya 4 bungkus sama gorengan nya 4 dipisah sambalnya bu " ujar Willy dari luar warung karena memang lumayan banyak orang yang mengantri pagi itu hanya untuk membeli nasi uduk di warung Bu Mimin maklum lah harga yang murah dan rasa yang cukup enak untuk sekelas nasi uduk di Desa itu.
Beberapa menit kemudian, Bu mimin bertanya.
" Dek Willy pagi-pagi udah bangun ya, memang masih libur sekolahnya ? " tanya bu Mimin dengan nada yang lembut
" Iya bu Mimin, masih libur sekolah minggu depan sepertinya baru mulai masuk ajaran baru bu " Jawab Willy seketika
Setelah membeli nasi uduk dari bu Mimin , dipertengahan jalan terbesit dalam benak Willy beberapa pertanyaan
" Apa pendidikan itu penting ? dan memang apa bedanya orang yang tidak sekolah dengan orang yang bersekolah jika sudah besar nanti ?" apa mungkin orang-orang sudah terbiasa bersekolah dari dulu jadi jika ada anak yang tidak bersekolah akan dicap atau dianggap aneh ?
pertanyaan itu berulang kali dipikirkan Willy didalam hatinya sepanjang jalan arah pulang kerumahnya.
Tidak ada yang lebih tulus menyayangi kita selain keluarga kita sendiri. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, yang terdiri atas beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap yang sama.
Hampir setiap orang memiliki harapan yang sama tentang keluarga, yaitu keluarga yang tenang, tentram, bahagia, dan sejahtera. Namun untuk menciptakan keluaraga yang bahagia serta langgeng adalah hal yang tidak mudah.
Peran ibu dan ayah sangat penting dalam sebuah keluarga. Banyak hal yang bisa terjadi karna jasa-jasa mereka. Mereka telah melalui rasa lelah dan sakit karena merawat dan menyekolahkan anak-anaknya.
Tak perlu menjadi kaya untuk menambah keharmonisan di dalam keluarga. Berikanlah apa yang bisa diberikan untuk keluarga, walau hanya sekadar kumpul bersama, bercanda bersama, dan melihat wajah-wajah ceria dari keluarga kita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Yang Sederhana ( Part 1 )
Teen FictionNovel yang menceritakan kisah hidup seorang pemuda sederhana yang sedang mencari jati dirinya lewat berbagai peristiwa yang ia temui, sampai-sampai bertemu dengan seorang wanita yang membuatnya semakin penasaran lagi arti tentang kehidupan