Pertengkaran

257 54 7
                                    

Puas dengan satu cup mie instan Hanamaki mulai mencari barang-barangnya. Walaupun Matsukawa bilang akan membayarnya 10x lipat Hanamaki tak akan menukar kalung itu.

"Mana bajuku ?" Matsukawa berdiri, mengacuhkan Hanamaki. Matsukawa berjalan menuju kamarnya, ia bersiap untuk mandi.

Hanamaki malas mencari. Ia lebih memilih membaringkan tubuh di sofa lalu menonton siaran televisi dengan tenang.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Hanamaki. Apa ada seseorang diluar ? Pikirnya. Tentu saja itu sudah jelas, Hanamaki penasaran siapa yang mengunjungi pria dingin bertampang rentenir itu.

Kenop pintu di tarik perlahan "Matsukawa lagi mandi"

Hanamaki di sambut dengan senyuman manis seorang wanita lansia. Ia membawa sebuah keranjang baju, Hanamaki membalas senyumannya canggung.

"Eeh kau siapa ?"

Hanamaki bingung mau menjawab apa, mereka berdua bukan teman. Bukan juga partner kerja, masa Hanamaki harus bilang 'iya aku orang yang nyasar kemari' bisa-bisa Hanamaki disangka orang bodoh yang sedang berkeliaran.

"Anu... Kenalan" wanita itu ber oh ria, ia masih tersenyum hangat.

"Bibi cari apa ya ?"

"Ini jemuran Mattsun. Tolong beri dia, cuaca sudah mendung" Hanamaki menerima keranjang tersebut. Matanya terbelalak, ia melihat dalaman bermotif polkadot hitam putih di keranjang itu.

"KOLORKU ?!" teriak Hanamaki dalam hatinya. Dia tidak menyadari jika dalamannya juga di ganti.

"Akhirnya Mattsun punya teman, aku jadi tidak perlu khawatir lagi" wanita itu terkekeh pelan.

"Maaf sebelumnya nama bibi siapa ?"

"Panggil saja Yumi, aku tetangganya" Hanamaki mengangguk menyiakan. Bibi Yumi memberikan sebuah bingkisan kecil.

"Ini ada krim puff. Semoga kau suka" mata Hanamaki berbinar, mana mungkin ia menolak kue favoritnya. Mudah sekali Hanamaki di sogok.

"Apa kalian akrab ?"

"B-Begitulah" Hanamaki mengusap tengkuk yang tak gatal, bola matanya melirik sembarangan arah. Telihat jelas sedang mencari-cari alasan yang bagus untuk menjawab.

"Hahahaha dia memang agak kasar dan kurang sopan. Tapi sebenarnya dia pemuda yang sangat baik"

"Menurutku dia agak idiot" gumam Hanamaki pelan. Bagaimana tidak idiot menawar barang yang sudah Hanamaki beli 10x lipat. Padahal beli di toko lain juga bisa.

"Dia juga sering memberiku obat dan mengantarkan ke klinik terdekat" Hanamaki terkejut, bisa juga pria muka tembok itu mengerti menolong sesama. Hanamaki memang tidak tau diri, padahal dia juga sudah di tolong Matsukawa.

"Oi nenek tua, mau apa kemari" sang pemilik apartemen dengan tidak sopannya berucap. Dengan rambut setengah basah, handuk yang bertengger di leher, lalu bathrobe menutupi tubuh Matsukawa.

"Aku hanya menitipkan jemuranmu" wanita itu tertawa pelan, lalu meninggalkan mereka berdua. Setelah bibi Yumi menutup pintu apartemennya Hanamaki menatap horor ke arah Matsukawa.

"OI KAU GILA ?" Hanamaki malu, pasti ini ulah Matsukawa. Siapa lagi dalang jika bukan pemuda beralis tebal ini. Masalahnya boxer yang ia pakai kemarin motifnya agak memalukan. Dan lagi wanita lansia itu pasti sudah melihatnya.

Matsukawa tertawa meremehkan. "Kolor yang bagus"

Padahal Hanamaki lihat jemuran pemuda itu ada di balkon, kenapa pakaiannya tergantung di depan pintu apartemen.

Save Her [Matsuhana] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang