Malam yang Hangat

252 48 4
                                    

Tak ada yang membuka suara usai Harumi memeluk Hanamaki. Kini gadis itu menopang dagu dengan kedua tangannya, tersenyum kemenangan ke arah Matsukawa. Rencana berjalan sukses tanpa hambatan, ia tidak tahu apa yang akan terjadi jika sang ayah mengetahui ulahnya.

"Ayo kita pergi ke suatu tempat" ajak Harumi. Sesudah membayar, ia beranjak dari cafe, Matsukawa dan Hanamaki cuma mengikuti tanpa mengoceh sedikitpun. Mereka berdua sangat canggung, padahal sebelumnya Matsukawa sudah merasa sedikit akrab.

Matsukawa membuka pintu belakang mobil, memberi kode untuk sang nona muda masuk. Harumi menggeleng cepat lalu tersenyum aneh.

"Kau bawa motor ?" tanya Matsukawa menyelidik. Harumi menyatukan kedua ujung jari telunjuk, melihat Matsukawa dengan puppy eyesnya. Matsukawa tau apa yang anak itu lakukan, ia berusaha membuat Matsukawa luluh. Kebiasaan buruk Harumi selalu membuatnya penat. Usia Harumi belum cukup untuk mengendarai kendaraan, tapi ia sudah kepergok beberapa kali melakukan hal tersebut.

"Ikuti saja motorku" Harumi berlari ke arah parkiran sebelum Matsukawa memarahinya. Hanamaki seperti orang dungu, ia tidak tau harus bilang apa. Ia merasa sangat canggung di dekat adiknya dan Matsukawa, ia jadi tidak enak mengingat hubungan Matsukawa dan Harumi. Ia masih percaya ucapan Harumi, walaupun jelas Harumi sedang berbohong kala itu.

Harumi melajukan motor sport putihnya di jalan raya, dengan lihai ia melajukan motor melewati beberapa mobil yang melintas di dekatnya. Sama sekali tak ada keraguan di benak Harumi, berbeda dengan Matsukawa yang terus berdecih.

"Anak itu" Matsukawa berusaha mengejar Harumi. Pantas saja ia memakai celana panjang dan jaket kulit.

"Tenang saja, dia memang nakal tapi selalu bisa menjaga diri" ucap Hanamaki menenangkan Matsukawa. Pemuda berlais tebal menoleh saat Hanamaki membuka suara, senyuman teduh dan tatapan lembut Hanamaki membuatnya kagum. Walaupun sudah lama tak bertemu, tapi ia masih mengingat dan mempercayai Harumi. Matsukawa luluh terhadap pemuda bersurai coklat muda di sampingnya.

Mereka sampai di sebuah pantai. Terdapat dua tenda dan beberapa kayu bakar yang akan siap di jadikan api unggun. Harumi telah mempersiapkan semuanya sebelum datang membawa Matsukawa dan Hanamaki.

"Selamat datang !" sambut Harumi kegirangan. Ia melepas sepatu dan berlari diantara pasir pantai. Dentuman ombak dan angin malam menyapa indra pendengaran, walaupun cuaca sedikit dingin tak membuat semangat Harumi memudar.

"Kau menyiapkan semua ini ?" tanya Hanamaki penasaran. Harumi mengangguk cepat, berlari kecil menghampiri kakaknya.

"Aku sudah menunggu lama untuk ini !" Harumi tertawa bahagia. Rindu sekali Hanamaki dengan senyuman adiknya, tanpa sadar tangannya menarik Harumi kedalam dekapannya, mengelus si surai pink pelan. Hanamaki memejamkan mata, menikmati waktunya yang sempat terputus dengan sang adik.

"Terima kasih Harumi" bisiknya lembut. Perasaan Matsukawa semakin bimbang, ia tidak tau harus memilih jalan apa nantinya. Ia juga belum tau penyebab Hanamaki meninggalkan rumah dulu.

"Nanti lagi kangen-kangennya ayo kita siapkan ini"

Mereka bertiga menyiapkan perkemahan mendadak yang Harumi siapkan. Hanamaki dan Matsukawa menyiapkan makanan sedangkan Harumi membersihkan tenda. Sebenarnya Harumi tidak sendiri menyiapkan semua itu, salah satu teman dekatnya bernama Shinji juga ikut andil.

Tapi Harumi tak melihat keberadaan Shinji, mungkin anak itu sedang ke minimarket terdekat untuk membeli barang. Setelah semua persiapan selesai mereka duduk di perapian, mengulurkan tangan mencari kehangatan. Mereka akan makan malam saat Shinji datang.

"Aku tidak menyangka bisa berkemah dengan kedua kakakku"

"Kedua kakak ? Bukannya kalian ..." Hanamaki mengernyitkan alis. Apa ia tidak salah dengar Harumi barusan bilang kedua kakak? Harumi tertawa, ia lupa kalau berbohong tentang hubungannya dengan Matsukawa.

Save Her [Matsuhana] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang