Prolog A📝

716 74 5
                                    

Happy Reading gays!

Weekend begini biasanya Arthur akan habiskan dengan bermain bersama temannya tapi entah kenapa kasurnya sangat posesif hari ini.

Membuka sebelah mata Arthur mengambil Ponselnya di meja nakas samping tempat tidur. Bangun tidur langsung buka hape, siapa tau Doi ngechat kan yak. Membuka Aplikasi Wa juga gada yang chat, Jomblo ngenes mah gini, paling cuma grup beranggotakan empat orang itupun cuma sahabatnya dan herannya kenapa sehari saja udah nyampe seribu lebih pesan. Dan pembahasan di dalam pun tidak ada yang berfaedah.

Menyimpan Kembali benda pipih itu, dan menutup mata untuk tidur kembali.
"Arthur sayang bangun!" Teriak Annisa menggedor pintu sang anak.

"Iyya mah ini arthur bangun" Gumam Arthur lirih menenggelamkan tubuhnya pada selimut tebalnya.

"Arthur, sayang bangun yuk, temenin mama pergi ke pasar yah. Kalo Arthur gak bangun, mama bakar Frozen kesayangan kamu hm? mau?" Ancam Annisa dengan suara lembut.

tak lama pintu terbuka menampilkan wajah masam Arthur.

"Nah sayang. kamu mandi, sarapan terus temenin bunda ke pasar ya!" Ucap Annisa penuh penekanan lalu tersenyum manis.

"Iyya mamahku yang paling cantik istrinya papa, mantunya oma opa, anaknya kakek nenek" Sahut Arthur malas dan tersenyum yang amat sangat di paksakan. Definisi anak kurang ajar.

...

"Mah ini jadi gak ke pasarnya?!" Teriak Arthur dari dalam mobil.

"Ih jadi dong sayang" dengan terburu buru Annisa keluar dari rumah.

Mobil pun melaju keluar dari gerbang rumah keluarga Aristya.

"Mah rumah sebelah kok banyak barang sih?" Tanya Arthur saat melihat rumah yang dijual samping rumahnya di penuhi banyak barang.

"Oh itu, Rumah tetangga udah kejual dan hari ini pemiliknya yang baru bakalan pindah kesini. Sebenernya itu juga yang buat mamah mau ke pasar soalnya mau masak banyak buat di bagi sama tetangga itung itung silaturahmi lah" jelas Annisa di balas oh doang

Sampai di pasar Arthur menemani Annisa berbelanja yang lumayan banyak. Ini yang Arthur tidak suka saat berbelanja di pasar menemani Annisa Karena pasti ibunya akan lama berbelanja, udah pengap banyak orang lagi, mana bau ikannya gak enak lagi.
Tapi kata Annisa lebih baik di pasar aja biar bisa menawar harga. Hei! apa Arthur harus mengingatkan kalau mereka berasal dari keluarga Aristya! kelurga kaya tujuh turunan, enam tanjakan, delapan belokan dan sembilan tikungan!. keluarga Aristya tidak akan jatuh miskin hanya karena cabe.

Setelah menemani Sang nyonya Annisa Rasyida berbelanja, Arthur langsung pergi ke kamarnya, Bogan bobo ganteng.

Kini jam menunjukkan pukul 1 siang, sudah dua jam Arthur tidur dengan posisi yang masih sama.

Annisa masuk ke kamar sang anak dan menggeleng melihat posisi tidur anaknya yang kurang nyaman di lihat.

"Arthur bangun!" Pekik Annisa menarik tangan anaknya.

"Ham iya mah kenapa?" Ucap linglung Arthur masih setengah sadar.

"Cuci muka dulu sana, Mama mau minta tolong" Perintah Annisa.

Arthur menurut.
"Kenapa mah?" Tanya Arthur menghampiri Annisa di sofa kamar dengan wajah segar.

"Kamu panggil tetangga sebelah yah, suruh makan di sini aja. Mama yakin mereka belum sempet makan karena beberes tadi cepek pasti. kamu ke sana yah"

"Kenapa gak mama aja sih yang ke sana" Ucap Arthur.

"Heh! ngebantah kamu hah! mau kamu mama keluarin dari kk karena gak nurut sama mama, mau hah?" Delik Annisa dengan mata melotot.

"Iya mah iyya, Arthur yang panggil" Ucapnya nurut, kan gak lucu kalo ada berita tentang dia dan caption-nya Arthur putra Arganta bukan lagi bagian dari keluarga Aristya di karena Arthur tidak menuruti perintah Ibunya untuk memanggil tetangga makan! makanya ia di keluarkan Nah kan gak lucu!

Sampai di depan pintu bercat coklat itu Arthur mengetuk pintu, tidak ada sahutan.
Mengetuk lagi masih sama tidak ada sahutan, karena Arthur punya kesabaran yang pas pasan maka ia mengedor gedor pintu itu, Pintu terbuka tapi tidak menemukan ada sang sosok pembuka pintu.

"Anjir rumahnya serem amat, udah di tinggal lama sama pemiliknya jadi agak mistis gini yak. Hih!. Merinding aing " Gumam Arthur mengusap tekuk nya.

"Heh Om, kalo mau beltamu itu ngucap salam atau apa kek, lah ini mau beltamu kayak mau ngajak libut" Oceh seseorang.

Tubuh Arthur meremang, ia celingukan tapi tak menemukan wujudnya.

"Woi om, Aulel di sini elah. Nyali siapa sih?" Ucap kesalnya. Karena kesal tidak di anggap ia pun menginjak kaki Arthur.

"Akh Setan!" Pekik Arthur antara sakit karena kaki nya di injak dan kaget karena melihat bocah di bawahnya.

Mana Arthur tau kalo di bawah ada bocah, siapa suruh pendek sih gak keliatan kan mana tingginya gak nyampe pinggang lagi.

"Ih om, Aulel cantik cantik gini masa di bilang setan sih! Au ah Aulel ngambek" Oceh Anak di depannya membuat Arthur sadar.

"Heh bocah, kalo mau nongol itu bilang bilang kek! aing kan kaget" Sertak Arthur.

"Salah om sendili siapa suluh gak liat Aulel" Balasnya tak mau kalah.

"Dasar bocah!" Geram Arthur menggepalkan tangannya seolah akan memukul Aurel, dan menatapnya melotot.

"Apa mau pukul? sini?" Ucapnya sambil menepuk nepuk pantatnya.

"Huh gak belani, om mah payah" lanjutnya menjulurkan lidah mengejek.

"Dasar bocah kampret" Kan kan Arthur kesal sendiri jadinya.

"Lagian Om ngapain ke lumah Aulel, Mau beltamu apa mau ngajak Aulel gelut sampe gedol gedol pintu Aulel hah!" Ucap Aurel melototkan matanya pada Arthur yang menatapnya tak kalah melotot.

"Lagian ellu sih cil!. orang tadi gue ngetuk pintu pelan pelan, gada yang nyahut makanya pake ngedor ngedor"

"Lagian si Om Payah, Masa gak liat kalo ada bel sih hahaha" Barulah Arthur sadar jika ada bel di samping pintu yang sama dengan milik rumahnya.

Ah Arthur malu nih tolong tenggelemmin di bak mandi!

"Eh cil Bapak sama mak lu mana?" Tanya Arthur mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

"Ada di dalem om, emang om mau ngapain? Kalo mau lamal Aulel nanti aja yah pas Aulel udah dewasa, kalo sekalang Aulel masih kecil om." jelas Aurel membuat mimik mukanya sesedih mungkin, padahal udah mau ketawa gara gara melihat Om di depannya cengo.

"Bocah meresahkan ini mah" Ucap Arthur.

"Aurel sayang, kenapa lama banget sih? emang siapa tamunya nak?" Ujar seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik.

"Ini buna, Om emh gak tau namanya hehe" Ucap cengengesan Aurel.

"Duh nah, kok tamunya gak di suruh masuk sih. Duh maafin anak saya ya nak ganteng, ayo masuk dulu" Ucap Mesya ibu Aurel lembut. Aurel mendelik mendengar gaya bicara ibunya.

"Hehe iyya tante gak papa" Ucap Arthur malu malu mintak nambah.

"Jadi ada apa gerangan nak ganteng dateng ke rumah?" Tanya Mesya setelah mereka duduk.

"Anu itu tan. Mama nyuruh Arthur buat manggil tante beserta keluarga untuk makan bersama, kebetulan mama di rumah lagi masak banyak." Jawab Arthur. Mesya dan Aurel mengangguk angguk.

"Oh namanya nak ganteng Arthur toh. Yasudah tante mau nerima ajakan makan bersama di rumah nak Arthur. Rejeki gak boleh di tolak, kebetulan juga tante belum sempet masak"

"Om, Aulel gak di ajak makan juga?" Tanya Aurel polos.

Nggak! inginnya bilang gitu tapi dengan amat terpaksa Arthur mengangguk.

"Oh makasih loh om" Ujar Aurel malu malu.

GIMANA NEH? SUKA GAK? SUKA LAH! MASA ENGGAK!

OM ARTHUR! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang