ー❃ two。

126 25 1
                                    

🌸

Deuce menghela napas, mencoba menetralkan kembali detak jantungnya yang berdegub kencang. Ia mengambil tempat, menghempaskan badannya di tanah lapang yang hijau dan luas. Kemudian, pemuda itu berbaring sejenak seraya merentangkan kedua tangannya dengan bebas.

Latihan track and field club memang berat, tapi baru kali ini ia merasa sangat lelah. Memang benar kata orang, pikiran yang tak jernih adalah beban utama kesehatan.

"Hah ... aku tidak menyangka memikirkan asal bunga itu dari mana membuatku stress seperti ini," gerutu Deuce sebal.

Kerutan di dahinya makin bertambah, bahkan lelahnya pun masih terasa dan tak mau pergi. Pemuda itu memalingkan wajahnya, lalu bangkit ketika menangkap siluet dirimu yang tengah bersama dengan Leona.

Sontak, badannya gemetaran, memikirkan mengapa kau bersama ketua menyeramkan tersebut. Apa kau sedang dirundung karena tak sengaja menginjak ekor Leona? Atau, mungkin saja kau dijadikan babu karena kau terlalu baik? Yang mana pun, keduanya punya potensi, lagipula Deuce tidak habis pikir alasan kau menghabiskan waktu bersama pemuda berambut cokelat lebat tersebut.

Tak ingin berlama-lama untuk terlarut di dalam pikiran bodohnya, Deuce pun beranjak dari tempat. Pemuda bermarga Spade tersebut memanggilmu, "[Name]!"

Kau menoleh, "Oh, Deuce?" Senyum kecil kau ulas, bermaksud untuk ditujukan pada Deuce, "apa kabar? Lagi latihan, ya?"

Deuce memegang dadanya yang kembali berdetak cepat dari biasanya. Pemuda itu terheran-heran, padahal ia sedang tidak olahraga saat ini, namun kenapa bisa?

"A-ah, ya ... begitulah. Ngomong-ngomong, kenapa bersama Leona-senpai?" tanya Deuce seraya melirik-lirik ke arah Leona yang tengah menguap malas.

"Hm, aku meminta Leona-senpai untuk menjadi modelku. Dan ia tidak keberatan untuk digambar katanya, asal tidak mengganggu tidur siangnya, hehe."

"Benarkah? Syukurlah," Deuce menghela napas lega. Ia pun bergerak kikuk saat menangkap sebuah buku di penglihatannya.

"E-eh, tapi, kalau begitu kau sudah tidak butuh bunga berwarna merah muda yang ada di sketchbook-mu, ya?" tanya Deuce hati-hati.

Pipimu memerah, refleks kau menggelengkan wajah dengan pelan lalu membuka sketchbook-mu. Kau membuka suara, berusaha mengelak, "Walau aku senang menggambar bunga sakura, bukan berarti aku ingin melihatnya tumbuh di Night Raven College!"

"Sakura? Ah, jadi itu nama bunganya! Cantik," ujar Deuce blak-blakan. Wajahmu makin memerah, membuatmu dengan cepat menutupinya memakai sketchbook tersebut. Sadar, Deuce tertawa kaku sembari memalingkan wajahnya malu.

"Hm, bunga sakura, ya? Bunga ini ada di daerah timur, bukan?" tanya Vil yang entah sejak kapan muncul dari mana. Ia mengerjap, memerhatikan sketsa yang membentuk siluet Leona di atas kertas putih. Dahinya pun mengerut, merasa sedikit tidak terima, "bukankah lebih baik kau menggambar yang lebih indah sedikit, Kantoku-sei?"

Vil memberi penekanan pada kalimatnya, membuatmu hanya bisa terkekeh pelan. Sedangkan Leona mulai mendengus sebal, tak suka akan kehadiran Vil yang menurutnya mengganggu.

Pemuda dengan helaian rambut biru tua dan tatoo spade card tersebut terlihat seperti tengah mendapatkan ide. Senyuman layaknya preman merekah di wajah tampannya tersebut. Deuce mengepalkan tangan semangat lalu menepuk-nepuk pelan punggung kecil milikmu. Irisnya terlihat bersinar, seolah telah mendapatkan kembali harapan.

"Aku pergi dulu, [Name]! Tolong jaga dirimu selama aku tidak ada, ya!" seru Deuce lalu meninggalkan dirimu bersama Vil dan Leona yang tengah bertengkar.

Gelengan kecil nan pelan kau berikan sebagai respon, tak lupa helaan napas yang ke luar dari mulutmu. Senyum kecil kau ulas, senang melihatnya kembali bersemangat.

Kau bergumam kecil, "Aku tidak tahu apa yang membebani pikirannya akhir-akhir ini. Tapi, semangat ... Deuce."

🌸

Hanami ⇢Deuce Spade × Reader [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang