ー❃ six。

97 21 4
                                    

🌸

Hal yang pertama kali ditangkap oleh irismu adalah sebuah pemandangan penuh helaian kelopak bunga sakura yang beterbangan. Langit biru nan cerah seakan mendukung kegiatan melihat bunga yang diadakan oleh anak-anak Heartslabyul tersebut. Hal yang membuatmu merasa nolstagia ini, secara tiba-tiba memenuhi dadamu. Perasaan hangat mulai membuncah.

Kau memeluk Deuce yang berada di sampingmu, membuat pemuda itu sontak tak bisa merespon apa-apa saking terkejutnya. Beberapa menit kemudian, kau melepasnya lalu memasang senyum penuh haru lalu berujar, "Rasanya seperti hanami bersama Ayah."

Deuce memiringkan kepalanya kaku, gelagapan karena rasa gugup masih memenuhi dirinya. Tentu saja, kau bisa melihat bahwa pemuda itu berusaha keras agar bisa sadar kembali.

"Huh, hanami? O-oh, festival khusus di duniamu, ya?" tanya Deuce takut-takut.

Anggukan pelan kau berikan sebagai jawaban. Kemudian, sebuah kekehan ke luar dari bibir kecil milikmu. Irismu melirik ke arah pemuda itu dengan lembut, "Deuce kemarin menanyakan soal sakura untuk mempersiapkan hanami, ya?"

"Begitulah! T-tapi, aku tidak tahu kalau namanya hanami," ujar Deuce seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. Lalu, pemuda dengan helaian biru tua tersebut ikut menatapmu dengan seksama, "aku harap [Name] nyaman tinggal di sini. Meskipun, mungkin aku dan yang lain ... tidak sehebat ayahmu. Tapi, aku akan berusaha sekeras mungkin agar pengalamanmu di dunia iniーah, tidak, maksudku, a-agar kau tidak melupakanku!"

Kau tersentak kaget, begitu pula Deuce. Kalian berdua masing-masing memalingkan wajah malu, tak bisa menatap satu sama lain. Entah apa yang kalian rasakan saat ini, kau maupun Deuce tak tahu apa namanya. Perasaan nyaman, hangat, manis, bahkan terkadang sesak selalu memenuhi ketika berhadapan dengannya.

Lalu, lengan Deuce menyentuh lenganmu. Ia menghela napas, menetralkan kembali detak jantungnya.

"M-mungkin sedikit telat, tapi, bisa kau ceritakan lagi bagaimana hanami bersama ayahmu?" tanya Deuce dengan polosnya. Ia pun kembali melanjutkan dengan kaku, "saat kau bercerita mengenai ayahmu, rasanya aku seperti sedikit mengerti ... kalau soal ibuku."

Senyuman hangat terpancar di wajahmu. Kau mengangguk kecil seraya membuka mulut, menjawab pertanyaan pemuda tersebut, "Seperti yang Deuce bilang sendiri, acara melihat bunga. Melihat bunga di Jepang disebut hanami, aku tidak bisa bercerita banyak mengenai pengalamanku dengan Ayah. Tapi, yang pasti aku merasa senang saat melihat berbagai bunga bermekaran terutama sakura. Ayah biasanya akan tertawa bersamaku." Irismu beralih menatap tatanan tikar yang telah tergelar rapi serta beraneka macam makanan di atas tikar tersebut.

'Senang, ya?'

Deuce membatin khawatir. Lalu, pemuda itu menghela napas pasrah, "Kalau ... sekarang? Apa kau juga merasa senang meskipun tengah hanami di dunia kami?"

Kau mengerjap. Melihat Deuce yang begitu gundah, entah kenapa kau hanya bisa tersenyum tipis. Kau menengadah, menatap langit biru yang cerah. Burung-burung berkicauan, seolah mengingatkan dirimu dan Deuce agar tidak berlarut-larut dalam percakapan tak henti ini.

"Yah, bagaimana ya ... kalau dipersiapkan penuh usaha seperti ini, mana mungkin aku tidak senang? Terima kasih banyak, Deuce," ujarmu seraya mengulas senyum lembut.

Kali ini, Deuce yang mengerjap, ia menunduk sembari menyembunyikan wajah meronanya dengan lengannya sendiri. Panggilan Ace memecah penuh obrolan kalian berdua, lantas kau menarik tangan milik Deuce. Kau dan pemuda itu duduk di atas tikar putih bergaris-garis merah. Lalu, kau mengambil sandwich yang disiapkan oleh Trey sembari menengadah ke atas, menatap pohon sakura yang tak terlalu besar namun indah tersebut.

"Cantik, ya," ujarmu tertuju pada bunga sakura tersebut. Iris Deuce melirik ke arahmu, mengangguk kecil seraya ikut bergumam pelan. Ia bahkan tak menyentuh makanan sama sekali.

"Uhm, benar-benar cantik."

Di belakang kau dan Deuce, Ace mendengus kasar. Ia mengacak helaian rambut red cherry-nya dengan kesal. Ingin sekali ia masuk ke tengah-tengah kalian berdua, namun ia sadar Riddle pasti akan memarahinya jika seenak jidat melakukannya.

"Enak sekali dia itu, kita malah sibuk mempersiapkan kencannya dengan [Name]," sindir Ace.

Cater tertawa, "Yah, yang penting [Name] senang, kan?"

Trey mengangguk kecil, ikut menambahkan, "Benar. Setidaknya kita mendoakan kebahagiaan mereka berdua saja."

"Apa-apaan itu? Memangnya mereka berdua mau menikah atau apa?" tutur Riddle seraya menghela napas melihat kelakuan para murid dorm-nya.

Tapi, perkataan Trey ada benarnya. Melihat hubunganmu dengan Deuce, para murid yang tinggal di Heartslabyul hanya bisa mendukung dari belakang. Dan salah satu bentuk dukungan mereka adalah mengadakan hanami ini.

🌸

.
"It's spring."

"But, even though ...
when this season is over,"

"May your happiness always walk with you."
.
.
[END]

Hanami ⇢Deuce Spade × Reader [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang