ー❃ three。

98 21 1
                                    

🌸

Leader Heartslabyul tengah mengerutkan dahinya, menatap kebingungan pada sosok pemuda yang lebih muda setahun tetapi lebih tinggi darinya tersebut. Di samping Riddle, terdapat Ace yang mendengus kasar melihat tingkah teman sekelasnya itu. Ace mengerti jalan pikiran Deuce, namun ia tidak sampai blak-blakan bertindakーmeskipun, kadang tak dapat dipungkiri mereka berdua sering menjadi one braincell dalam bertingkah.

Deuce membeli sebuah gambar bunga sakura di toko Sam. Beruntunglah pedagang itu mempunyai barang yang Deuce butuhkan untuk diperlihatkan kepada teman-temannya.

"Jadi, kau ingin mengubah taman mawar di Heartslabyul menjadi bunga sakura, huh?" tanya Riddle dengan intens dan mengintimidasi.

Pemuda bermarga Spade itu sempat goyah, jika saja ia tak mengingat dirimu, "B-b-benar, Ryoucho! Aku khawatir dengan [Name] yang selalu murung karena mengingat dunianya ...."

"Aku menghargai kepedulianmu terhadap [Name]. Tapi, tetap saja aku tidak bisa membiarkan dekorasi Heartslabyul diubah semena-mena," ujar Riddle seraya menghela napas. Ia memijat pelipis kepalanya, merasa pusing akan permintaan Deuce yang terlalu tiba-tiba.

Lambaian tangan milik Cater memecah suasana suram akibat keputusan Riddle. Seluruh perhatian mulai terfokus pada pemuda dengan helaian rambut berwarna oranye serta tatoo diamond di pipi kanannya. Ia pun membuka mulut sembari mengulas senyum, "Bagaimana kalau bunga sakuranya kita letakkan di tengah-tengah tanpa harus mengubah bunga mawar yang lain?"

"Oh, semacam pusat acara, gitu? Seperti panggung yang menarik perhatian, tapi bukan panggung," tambah Trey.

"Ah! Yang begitu keren juga!" seru Ace, seringai melebar di wajah putihnya.

Cater mengangguk antusias, "Sou! Seperti itu! Jadi, bagaimana?" Iris berwarna leaf green tersebut bergulir, melirik ke arah Riddle yang menghela napas.

"A-anu, kalau misalnya repot, sepertinya tidak usah ya? Aku akan coba memikirkan cara lain," ujar Deuce dengan kikuk. Ia merasa tidak enak dengan teman-temannya yang berdiskusi seperti ini hanya karena permintaannya.

"Tidak, [Name] juga sudah banyak membantu kita. Kenapa aku harus menolak kali ini?" Riddle mengulas senyum.

Mendengar keputusan terakhir dari Riddle, Deuce menghela napas lega. Ia duduk di sofa, mengelus dadanya untuk mencoba menenangkan napasnya yang serasa sesak. Pemuda itu benar-benar bersyukur mode premannya tidak ke luarーyah, pengecualian kalau ada yang melukai dirimu.

Pemuda dengan helaian rambut cherry itu mendengus kasar, lalu menepuk pundak Deuce. Partner in crime-nya tersebut menoleh, melemparkan tatapan sinis, "Kenapa, Ace? Mau meledekku? Sebaiknya hentikan, sebelum kupukul kau."

"Santai, bro! Cuman mau tanya, pohon sakuranya dapat dari mana?" tanya Ace ketus, ia telah mengangkat tangannya. Ia tak ingin memperkeruh suasana, meskipun ujung lidahnya telah gatal untuk melontarkan ejekan pada Deuce.

Melihat Deuce yang hanya diam tak merespon, membuat seluruh penghuni ruangan berpikir bahwa pemuda itu tak mempunyai rencana yang lebih jauh. Mau tak mau, mereka hanya bisa memaklumi kapasitas otak Deuce yang memang tak sebagus anak-anak lainnya. Sedangkan Deuce kembali bergulat dengan pikirannya, mencari cara di mana ia bisa mendapatkan bunga sakura.

"Kita bisa cari dahan atau tangkai tanpa daun, membuat bunga sakura memakai kertas origami, lalu menyusunnya di dahan tersebut," usul Riddle. Ia mengelus dagunya sendiri lalu bergumam kecil, "tapi, tak kusangka ... kampung halaman [Name] mirip dengan daerah timur di dunia ini."

"N-naruhodo!" seru Deuce, ia menengadahkan kepalanya, menatap kagum atas ide Riddle yang tak terlintas sedikitpun di kepalanya. Deuce mengepalkan tangannya, "baiklah! Kita bisa mulai minggu depan, di mana waktu bunga-bunga untuk mekarー"

"Hm? Heartslabyul akan mengadakan Unbirthday Party, lagi?"

Suara familiar memasuki indra pendengaran Deuce serta yang lain, membuat mereka tertohok kaget. Deuce bahkan hampir terjatuh dari tempat duduknya, jika saja tidak Ace tarik. Kau mengerjap, kebingungan akan tingkah mereka yang tiba-tiba terlihat aneh. Namun, langkah kakimu tetap tak terhenti untuk masuk lebih jauh ke dalam ruangan.

Lenganmu mengeratkan pelukan pada Grim, ekspresi milikmu sedikit sendu, "U-uhm, apa aku tidak boleh masuk? Tadi, aku bertanya pada murid Heartslabyul yang lain kalian ada di mana dan mereka menjawab ada di common room ini. Apa jangan-jangan ... aku datang pada timing yang salah?"

"Cih, kalian ini sampai membuat [Name] sedih! Memang yang jadi sahabat terbaiknya [Name] hanya Grim seorang!"

Deuce panik karena melihat dirimu yang mulai sedih, begitu pula dengan penghuni ruangan yang lain. Pemuda berhelai rambut berwarna biru tua tersebut mulai melambai sebagai bentuk elakan, "B-bukan begitu, kok, [Name]! Kami hanya kaget saja dengan kedatanganmu!"

Kau mengerjap, tersenyum kecil.

"Begitu, ya. Kupikir ada apa. Ah, apa boleh aku bermain di sini? Para ghost katanya sedang sibuk membersihkan dormーaku tidak tahu mereka tersambar apa. Padahal sudah kubilang mereka tidak perlu, tapi mereka memaksaku untuk menghabiskan waktu di sini dulu," ujarmu sedikit khawatir.

Iris peacock green milik Deuce melirik-lirik ke arah Riddle. Membuat leader dorm itu hanya bisa menghela napas seraya mengangguk, pertanda memperbolehkan kehadiran dirimu.

"Yes!" seru Deuce, Ace, Grim, serta dirimu.

Kalian mengerjap, menatap satu sama lain, lalu terkekeh kecil. Para kakak kelas yang melihat kalian berempat hanya bisa menggeleng pelan, merasa hangat melihat kedekatan para adik kelas mereka.

🌸

Hanami ⇢Deuce Spade × Reader [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang