9. Perkara Air

49 5 0
                                    

Next Part Cuss

Tenagaku habis sangking teriak-teriaknya. Setelah pergulatan panas, akhirnya aku, Juwita, Varo, dan Alino yang pergi ke sumur. Kita tetap mutusin pergi ke sumur walaupun udah jam 8 pagi.

Jarak ke sumur itu sekitar 20 menit dengan berjalan kaki. Banyak warga ngantri di tempat ini hanya untuk mengambil air. Aku lihat di sekitaran sumur adalah hutan yang dipagari oleh pagar kayu. Hutannya terlihat lebat dan seram. Para warga ngelihat kita tersenyum kecil. Aku jadinya tersenyum malu ke mereka. Banyak juga anak-anak disini menimba air.

Aku perhatiin terus pohon yang berada di dalem pager kayu itu. Cukup rindang sehingga menjadi tempat berteduh bagi burung-burung disana. Ingin rasanya menembak burung-burung itu. Tanganku rasanya gatel ingin menembak burung-burung itu.

Cukup lama aku dan Juwita ngantri karena satu desa harus ngambil air disini. Sambil ngantri kita sambil bercerita dan mengobrol dengan ibu-ibu dan bapak-bapak yang juga tengah mengantri. Sedangkan Alino dan Varo mengobrol dengan bocah-bocah itu. Mereka terlihat asik bercerita sehingga cukup terdengar ramai.

Keasikan ngobrol, akhirnya giliran kita untuk ngambil air. Alino mulai nimba airnya di Jerigen sampai penuh. Btw, kita bawa jerigen ada 8 jerigen. jadi masing-masingnya bawa 2 jerigen. Setelahnya, kita ngangkat tuh jerigen yang udah diisi air tadi. Baru setengah perjalanan aku udah ngos-ngosan.

"Gue gak kuat" Keluhku

"Sama, gue juga. Mana masih jauh lagi" kata Juwita

"tadi kenapa kita gak bawa motor aja ya? kok pe'a kita. Punya motor gak dipake!" Kata Varo

"ya gimana, udah terlanjur!"

"Yok semangat yok, bisa yok" Kata Alino

"Enak aja gue udah mau mampus ya" Kata Varo

"Harusnya gue yang bilang kek gitu, curut" Kataku

"Tapi mau gimana lagi, mau gak mau kita harus sampe ke Ruko (Ruma Posko) {kita udah sepakat sebut nama rumah penginapan ini dengan Ruko sejak semalam}" Kata Alino

"Gapapa kalo kita banyak istirahatnya. Daripada gak nyampe" Kata alino

Semuanya menganguk setuju. Aku tau, aku capek. Tapi kalo aku ngeluh yang ada makin tambah capek. Sebaiknya, jalan aja dah daripada ngeluh buang buang waktu di jalan.

Butuh waktu yang cukup lama hampir 20 menit aku dan lainnya sampai di Ruko. Mengapa? Karena kita sering berhenti kalo capek. Sampai rumah, ternyata rumah udah dibersihin. Udah rapi, di sapu, dan aku jadinya gak marah-marah. Bayu dan Maria juga udah beli sayur buat masak. Akhirnya mereka gak bikin emosi lagi.

Aku langsung selonjoran di lantai. capek poll. Setelahnya Pandu dan Jonathan ambil alih bikin minum. Aku, Alino, Varo, dan Juwita berleha leha sambil baring di lantai.

Tidak lama setelahnya, Pandu dan Jonathan bawa minum. Akhirnya, semuanya pada ngumpul sambil sarapan dan kita sambil bercengkrama. Btw barusan Bayu dan Maria beliin kita kue untuk sarapan jadi bisa ingisi energi setelah kegiatan yang cukup melelahkan.

"Lain kali kalian cewek-cewek gak usah ngambil air. Mulai sekarang itu tugas cowok" Kata Alino Semuanya pada nganguk setuju.

"Kalo itu tugas kalian harusnya dikerjain ya. Jangan molor terus. Kalian gak tau kan, ngantri tau disana. Untung aja rindang disana jadi gak kepanasan." Gerutu Juwita

"Yaudah maaf maaf ya gue gak bangunin anak-anak." Kata Bayu

"Ini bukan salah loh kok bay, bukan loh yang harusnya bertanggung jawab tetapi mereka tuh" Kataku sambil melotot kearah jonathan sama Alino "Harusnya kalian tuh lebih disiplin waktu lagi. Kita tuh udah pada gede ya udah harus ngerti tanggung jawab" Kataku.

Aku ngomong panjang lebar dan semuanya cuman nganguk setuju mendengar ucapanku. Gak lama Dewa langsung bangun dan pergi. "Lo mau kemana Dewa. Gue belum selesai ngomong?" pekikku

"Gue mau mandi. Kita ada janjian penguburan pak Anton siang ini. Sebaiknya semuanya mandi dah. HARUS DISIPLIN WAKTU" Teriak Dewa memberikan penekanan pada 3 kalimat terakhir.

"Kok dianya yang marah-marah" Batinku

******

Aku, Juwita, Maria, Varo, Pandu, Jonathan, dan Alino pergi menuju rumah duka. Sedangkan Bayu dan Dewa harus pergi memenuhi panggilan dari Pak Kades untuk membahas beberapa hal yang akupun tak tahu.

Ketika tiba di rumah duka udah terdengar suara tangisan memenuhi rumah tersebut. Banyak orang juga udah berada di sana. Aku, Maria dan Juwita langsung menuju dapur untuk membantu ibu-ibu di dapur. Sedangkan Varo, Pandu, Jonathan dan Alino membantu bapak-bapak mengurusi sound sistem, perkabelan, mengatur kursi-kursi dan lain sebagainya. Kita semua bekerja dengan tugas masing-masing. sampai tak kerasa acara penguburan pun dimulai.

Acara dimulai dengan pendeta yang memulau ibadah dengan nyanyian-nyanyian, Berdoa, dan terakhir penguburan. Keluarga atau anak-anak dari pak Anton juga sudah hadir hari ini. Aku melihat pilu yang membasahi wajah mereka semua. Tak sanggub melihatnya, ketika peti hendak ditutup. Linangan, tangisan, terdengar melengking di telingaku. Varo, Pandu, dan Jonathan turut sedih.

Setelah acara pemakaman selesai, saatnya kita makan. Sementara makan, Dewa sama Bayu muncul pake motor. Bayu duduk disampingku, keringatan.

"Habis ngapain kalian?" Tanyaku

"Dorong motor. Bannya pecah" Jawab Bayu

"Mampus. Dorong dari mana kalian" Kata Varo

"Diem lu, curut. Capek gue" balas Dewa

"Makan gih." Kata Juwita

Dewa sama Bayu langsung mengambil bagian mereka setelahnya mereka kembali duduk dan makan. Setelah makan, kami memutuskan pulang ke Rumah Posko dengan Jalan kaki sementara Alino dan Pandu ditugaskan ke bengkel buat benerin motor.

"Oke tadi gue sama bayu ke rumah Pak Kades dan membahas tentang pembuatan pasar" Celetuk Dewa

"Kita udah sepakati beberapa hari lalu terkait hal ini. Gue harap gak ada yang kaget soal program kita ini. Hari ini hari minggu, mulai besok hingga ke depannya, gue yakin kita bakal sibuk banget jadi gue harap kita semua bisa ngerti tanggung jawab" kata Bayu

"Besok rencananya kita mau survey lokasi untuk tahap awal. Gue udah bilang ke Pak Kades, jadi Jonathan nanti sama Pandu ikut gue survey lokasi" jelas Bayu "Sedangkan yag lain tetap ke sekolah-sekolah seperti biasa"

"Yang ngambil air dan sebagainya, tetap kerjakan dan harus bangun lebih awal." lanjut Bayu

"Besok siapa emang" Celetuk Jonathan

"Lo sama gue" Kata Dewa

"Mampus gue gak bisa bangun pagi"

"Urusan lu. Gue gak mau tau besok pagi udah ada air" Kata Maria

"Lu mau tau gak caranya bangun pagi. Ampuh dari gua" Kata Alino

"Apaan?" Kata Varo serius denger

"Tidur gak usah pake selimut. Selimut lu gue pake"

"eh anjir. Besok pagi gue jadi bule kaku. gue udah serius denger juga"

"Yakali lu percaya kata-kata Alino. Lu ama dia disini tuh paling kebo tau gak" Balas Bayu

Gue menggeleng kepala ria. Semoga besok gada yang telat bangunnya. Karena gue kebelet pipis, seperti biasa gue minta Alino temani gue ke WC. Oke sekarang gue udah punya tukang anter ke WC. Kalo terang gue berani, tapi ya gelap gue gak berani lah.

Seperti biasa kita diem-dieman. Gue lalu masuk ke dalam. langsung juga gue basuh muka sama sikat gigi setelahnya kita kembali ke dalam buat istirahat.























30 September 2021
Dear my Readers

Don't forget to Vote and Comment, please!

KKN 21Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang