6 - cerita

3.2K 492 66
                                    

"SIAPKAN alat tulis kalian, dan kumpulkan tas kalian di depan!"

Suara sentakan dari depan kelas bikin Haruto sama Doyoung serentak kaget.

Doyoung dengan cepat berdiri dari duduknya, "Obrolan kita belum selesai, pulang sekolah entar lu bareng gue," setelah mengetakan itu Doyoung segera menuju bangkunya.

Haruto hanya menghela napas, untuk saat ini dia merasa lega karena Doyoung ga maksa buat jawab pertanyaan dia. Tapi gimana pulang sekolah nanti? Doyoung gaakan biarin dia kabur gitu aja kan?

Mari pikirkan hal itu nanti saja, sekarang adalah hari pertama ujian, Haruto harus fokus.

Sejujurnya Haruto sedikit tak menyangka sudah masuk masa ujian saja, apa dia terlalu lama melamunkan tentang perasaannya pada teman masa kecilnya sampai tak sadar sudah masuk masa ujian saja.

Haruto pikir harusnya dia benar-benar udah biasa-biasa aja sekarang, lagi pula udah jelas kan Jeongwoo cuman anggap dia teman.

Lagi pula dari kecil juga mereka hanya teman, sampai sekarang pun harusnya teman, seharusnya itu yang terjadi. Tapi kenapa bisa-bisanya dia menganggap Jeongwoo lebih dari sekedar teman?

'Gue gabisa fokus. Gue harus jawab apaan ntar kalo Doyoung nanya hal tadi lagiii?'

Sejak awal mereka kan memang cuman teman. Padahal kalo dia tak merubah cara pandangnya, tak pernah memperhatikan teman masa kecilnya hal sekecil apapun, tak mencoba berpikir kalo temannya itu ganteng... pasti dia hanya akan menganggapnya teman juga kan?

'SEMUANYA SALAH KIM DOYOUNG!!!'

Ya, sayanganya semua telah berlalu, dan Haruto hanya bisa menggerutu dalam batinnya.

•••

Sejak tadi Haruto hanya menatap jari telunjuknya yang sedang mengetuk-ngetuk meja dengan gugup.

Haruto sama sekali tak ingin menatap temannya yang sedang duduk tegap dengan melipat kedua tangannya, menunggu jawabannya.

"Jadi, lu mau cerita kapan?" tanya Doyoung yang sudah tak sabar, karena minumannya sudah habis sejak tadi sedangkan temannya sama sekali tak ada tanda-tanda akan bercerita.

Haruto mengangkat kepalanya perlahan, tersenyum kecil sembari menyerahkan segelas minumannya yang masih penuh.

"Nyampe minuman gue abis, silakan lu abisin dulu," pintanya membuat Doyoung menggeram kesal.

"Lu pengen buat perut gue kembung apa gimana sih To? Lu pasti mau balas dendam sama gue kan, iya kan? Padahal ga sepenuhnya salah gue juga."

Haruto tak terima dengan ucapannya, "Apanya yang bukan salah lu, kalo aja lu ga nyuruh gue buat liat Jeongwoo bukan cuman sekedar temen kecil gue doang, gue ga bakalan jadi aneh kaya gini."

"Tapi kan emang bukan sepenuhnya salah gue, lagian bisa-bisanya lu suka sama temen kecil lu sendiri."

Tiba-tiba Haruto menutup wajahnya yang memerah, "Ya soalnya dia ganteng," jawabnya yang sejujurnya Doyoung tak percaya dengan jawabannya.

"Jadi intinya, lu suka Jeongwoo, tapi Jeongwoo anggap lu temen doang. Makanya pagi ini sikap lu kaya pura-pura gapapa gitu?" tanya Doyoung, mencoba mengerti situasi.

Haruto menurunkan kedua tangannya, "Emangnya gue keliatan banget pura-pura ga kenapa-napa tadi?"

Doyoung menggeleng, "Ngga sih, gue ga sadar kalo ternyata lu pura-pura doang tadi pagi kalo aja lu ga cerita barusan. Tapi mungkin temen kecil lu itu sadar."

Haruto tersentak kaget, "Jeongwoo sadar?"

"Soalnya tingkah dia masih keliatan khawatir banget sama lu, jadi kayanya dia sadar kalo lu sebenernya masih kenapa-napa."

Kemudian Doyoung melanjutkan ucapannya, "Tapi walopun dia khawatir banget sama lu, dia masih cuman anggap lu sekedar temen doang. Apa menurut lu itu mungkin?"

Haruto menyedot minumannya sebelum membalas ucapan Doyoung.

"Apanya yang ga mungkin? Lagian dia emang gampang khawatir sama gue sejak kita kecil, padahal gue udah bukan anak kecil, tapi masih suka anggap gue anak kecil mulu."

Jawaban Haruto, membuat Doyoung menatapnya kasian, "Kalo udah gitu sih, gue ga bisa banyak bantu To. Temen lu ga pekaan banget anaknya, jadi kayanya ga mungkin dia sadar kalo lu suka sama dia. Kecuali lu ngomong langsung ke dia."

"MANA BISA GUE NGOMONG LANGSUNG?!"

Doyoung menarik Haruto untuk kembali duduk, "Ya makanya kata gue juga, lu yang sabar aja, kali aja ada keajaiban tiba-tiba temen kecil lu peka."

"Keajaiban ya... kalo aja ini ff genre fantasi, mungkin bisa aja dibikin ada keajaiban."

"Lu jangan ngerusak dinding keempat gitu dong To."

"Oh iya maaf."

Mari untuk tidak terlalu memikirkan percakapan mereka sebelumnya.

Doyoung tiba-tiba terpikirkan sesuatu, "To, kayanya lu butuh liburan."

Haruto menatap Doyoung, bingung, "Liburan?"

"Akhir-akhir ini lu banyak pikiran kan, kali aja pikiran lu bisa jernih dikit kalo lu liburan. Dan mungkin aja selama liburan nanti lu bisa lebih beresin masalah hati lu, dan bisa kembali berpikir kalo Jeongwoo tuh cuman temen lu doang, gimana?"

Entah mengapa saran Doyoung sepertinya tak terlalu buruk.

•••

Pada beberapa meja tak jauh dari tempat Haruto dan Doyoung berdiskusi, ada tiga remaja berseragam yang sedang bersembunyi-sembunyi memperhatikan mereka.

"Mereka ngomongin apaan sih? Gabisa apa kita duduknya lebih deket lagi?" gerutu Yedam yang gemas karena tak bisa menguping pembicaraan orang.

"Gaboleh, kalo kita pindah tempat bakal ketauan. Lu mau kita ketauan?" tolak Junghwan yang masih berusaha keras ingin mendengar percakapan kedua temannya tanpa perlu pindah meja.

Jeongwoo hanya terduduk lemas melihat Yedam dan Junghwan yang masih berusaha keras ingin tahu apa yang dibicarakan Haruto dan Doyoung di meja tak jauh disana.

Sebenarnya Jeongwoo juga penasaran, namun mengingat sikap teman masa kecilnya sedikit berubah akhir-akhir terhadapnya entah mengapa membuatnya kepikiran.

Apalagi tadi saat setelah ujian Haruto tak menyapanya, malah langsung menarik Doyoung untuk pergi bersamanya.

Apa tak bisa bilang dulu padanya ada urusan apa diantara mereka berdua itu?

Entah mengapa Jeongwoo merasa sedikit iri karena sepertinya Haruto terlihat lebih nyaman bercerita pada Doyoung dari pada padanya.

"Woo!" panggilan Junghwan bikin Jeongwoo menoleh.

"Mereka pegangan!"

Dan pemandangan selanjutnya yang dia lihat adalah kedua tangan Haruto yang memegang erat tangan Doyoung dengan wajah berseri lucunya.

"Tebakan gue sih mereka jadian."

Jeongwoo hanya bisa mengepalkan telapak tangannya erat-erat.

Mengapa dia tak suka mendengarnya?

•••

TBC

changed | jeongharuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang